Kecemasan sosial merupakan bentuk gangguan kecemasan yang ditandai dengan ketakutan berlebihan terhadap situasi sosial yang melibatkan penilaian orang lain. Menurut American Psychiatric Association (APA, 2013), individu dengan social anxiety disorder mengalami rasa takut intens bahwa mereka akan dipermalukan, dihakimi, atau ditolak dalam interaksi sosial. Pada masa remaja, kondisi ini menjadi semakin signifikan mengingat periode perkembangan ini ditandai dengan peningkatan sensitivitas terhadap penerimaan sosial dan pembentukan identitas diri.
Penelitian sebelumnya seperti Damanik et al. (2023) menunjukkan bahwa pengalaman kecemasan sosial pada remaja tidak bersifat seragam, melainkan dipengaruhi oleh faktor internal seperti persepsi diri dan pengalaman masa lalu, serta faktor eksternal seperti lingkungan sosial dan dukungan teman sebaya. Kecemasan sosial ini sering kali muncul dalam bentuk menghindari interaksi, gugup berbicara di depan umum, serta rasa tidak nyaman saat berada di lingkungan baru.
Dalam konteks pengalaman subjektif, pendekatan fenomenologis dianggap relevan untuk menggali secara mendalam bagaimana remaja memaknai dan menjalani kecemasan sosial dalam kehidupan sehari-hari. Pendekatan ini memungkinkan peneliti memahami dunia batin individu secara utuh, termasuk pikiran, perasaan, dan persepsi mereka terhadap situasi sosial yang dianggap menegangkan.
Penelitian ini berpijak pada asumsi bahwa social anxiety tidak hanya berdampak pada fungsi sosial remaja, tetapi juga berpengaruh terhadap harga diri, kesehatan mental, serta perkembangan identitas sosialnya. Oleh karena itu, perlu dilakukan penggalian mendalam terhadap narasi pribadi para remaja yang mengalami kecemasan sosial guna memahami kompleksitas emosi dan makna yang mereka konstruksikan dari pengalaman tersebut.
Secara konseptual, penelitian ini menempatkan pengalaman subjektif remaja sebagai pusat perhatian, dengan fokus pada bagaimana mereka mengalami, menginterpretasikan, dan mengelola kecemasan dalam berbagai konteks sosial. Dengan demikian, kerangka berpikir penelitian ini dibangun atas dasar hubungan antara fase perkembangan remaja, tekanan sosial dari lingkungan, dan pemaknaan individu terhadap interaksi sosial yang menjadi sumber kecemasan.