Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
EPILEPSI, NUR FAUZHAN DWI PRAETIO 2306279706, NUR FAUZHAN DWI PRAETIO…
EPILEPSI
PATOFISIOLOGI
Proses Patofisiologi Umum
HIPEREKSITABILITAS
DISEBABKAN OLEH
Abnormalitas pada transport vesikel dan pelepasan, metabolisme, dan uptake neurotransmitter
Upregulasi SV2A → Fusi vesikel synaptic dengan membran sel (pelepasan neurotransmitter)
Metabolisme GABA oleh GABA-T → Penurunan efek GABAergic
Peningkatan predisposisi untuk terjadi depolarisasi neuron → pelepasan neurotransmitter akibat stimulasi
DISEBABKAN OLEH
Perubahan jumlah, tipe, dan sifat biofisika dari kanal ion K+, Na+, Cl-, Ca2+ (Voltage gated maupun ligand gated)
Mutasi genetik
LAINNYA
Modifikasi Biokimia reseptor, modulasi ekpresi gen, perubahan konsentrasi ion ekstraseluler.
HIPERSINKRONISASI
Modifikasi Biokimia reseptor, modulasi ekpresi gen, perubahan konsentrasi ion ekstraseluler.
Diatur oleh sirkuit lokal hippocampus, neocortex, hipotalamus → pembentukan sekaligus sinkronisasi respond epileptiform
Faktor promosi
epileptogenesis
Modifikasi rasio dan fungsi sirkuit inhibitory yang sering terhubung secara luas
Terjadinya pertumbuhan atau reorganisasi sirkuit saraf pada jaringan abnormal atau akibat kerusakan saraf menjadi lebih terhubung
EPILEPSI METABOBIK
Kekurangan Piridoksin
menyebabkan penurunan aktivitas enzim yang memerlukan kofaktor ini, termasuk enzim jalur katabolik lisin.
Akumulasi Semialdehid α-aminoadipik
Tanpa piridoksin yang cukup, antikuitin (ALDH7A1) mungkin tidak dapat mengubah semialdehid α-aminoadipik menjadi asam α-aminoadipik secara efisien. → akumulasi semialdehid α-aminoadipik.
Neurotoksisitas
Terjadi Epilepsi
Semialdehid α-aminoadipik: neurotoksik.
Akumulasinya di otak → menyebabkan kerusakan dan disfungsi neuronal → kejang dan gejala neurologis yang terkait dengan piridin dependent epilepsy.
EPILEPSI PASCA STROKE
Aktivasi astrosit dan sel mikroglia dan pelepasan sitokin inflamasi terkait (interleukin [IL]-1β dan protein kelompok mobilitas tinggi B1) → terjadi gangguan pada BBB → pelepasan albumin dan aktivasi jalur transforming growth factor-β → induksi epilepsi
Stroke hemoragik → menyebabkan kebocoran albumin ke dalam parenkim otak → aktivasi reseptor transforming growth factor-β pada astrosit → menginduksi epileptogenesis.
Pengaruh patogenik juga dikaitkan dengan ekstravasasi zat lain yang berasal dari darah seperti hemosiderin atau zat besi.
Epilepsy Genetik
Mutasi pada subunit kanal potassium → melalui gen KCNQ2 dan KCNQ3 sehingga menyebabkan gangguan repolarisasi
Mutasi subunit reseptor GABA → melalui gen GABRG2 dan GABRA1, sehingga menghalangi ekspor ion klorida melalui reseptor GABA-a dan mengurangi kemampuan neuron mencegah hipereksitabilitas
Mutasi subunit kanal sodium → melalui gen SCN1A menyebabkan peningkatan aliran membran plasma terhadap ion natrium sebagai respons terhadap depolarisasi yang menyebabkan epilepsi
Mutasi kanal kalsium → melalui gen CACNA1H sehingga mengganggu fungsi regulasi kanal kalsium serta meningkatkan arus kalsium
Epilepsy Drug-Induces Seiizure
kejang yang terjadi akibat penggunaan obat tertentu, baik karena overdosis, efek samping, atau penghentian obat secara tiba-tiba.
Epilepsi Pengaruh Radikal Bebas
Status epileptikus → kejang klinis dan/atau elektrografis terus menerus selama 5 menit atau lebih atau aktivitas kejang berulang tanpa pemulihan di antara kejang
Seseorang yang mengalami status epileptikus → mengalami peningkatan kadar ROS & RNS dimana hal tersebut akan memicu terjadinya stres oksidatif
Stres oksidatif menyebabkan hipereksitabilitas neuron dan kematian sel neuron melalui berbagai mekanisme, termasuk kerusakan oksidatif pada protein membran, seperti reseptor neurotransmitter dan kanal ion.
EPILEPSI TERKAIT INFEKSI DAN INFLAMASI
Infeksi virus dapat menyebabkan neuroinflamasi → terjadi peradangan jaringan dan kerusakan jaringan otak → dapat mengubah aktivitas listrik neuron → menyebabkan kejang
Beberapa infeksi virus sistem saraf pusat yang umum yang dapat menyebabkan epilepsi adalah virus herpes simpleks (HSV), HIV, virus rabies, virus West Nile, dan virus ensefalitis Jepang.
Demam yang berhubungan dengan infeksi atau vaksinasi memicu timbulnya epilepsi yang sensitif terhadap demam (rute 7)
Parameter Monitoring
Keberhasilan terapi
Tujuan utama terapi epilepsi adalah mengupayakan pasien epilepsi dapat hidup senormal mungkin dan tercapainya kualitas hidup optimal.
Syarat umum untuk menghentikan pemberian OAE
Minimal 3 tahun bebas bangkitan
Gambaran EEG normal
Penghentian OAE disetujui pasien/keluarga
Harus dilakukan bertahap, 25% dari dosis semula setiap bulan dalam jangka waktu 3-6 bulan
Bila digunakan lebih dari 1 OAE, maka penghentian dimulai dari 1 OAE yang bukan utama
PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pencitraan otak untuk mendeteksi lesi epileptogenik di otak.
CT scan kepala pada kasus kejang pertama kali pada usia dewasa (kasus gawat darurat)
MRI (minimal 1,5 Tesla)
Positron Emission Tomography Scan (PET-Scan)
Single Photon Emission Computed Tomography (SPECT)
Magnetic Resonance Spectroscopy (MRS)
USG Doppler (pada neonatus)
Pemeriksaan laboratorium
Pemeriksaan hematologis, dilakukan pada
Awal pengobatan untuk pemilihan OAE
Dua bulan setelah pemberian OAE (untuk cek ESO)
Rutin diulang setiap setahun sekali
Pemeriksaan kadar OAE dalam plasma
Dilakukan ketika bangkitan belum terkontrol meskipun OAE sudah mencapai dosis terapi maksimal atau untuk memonitor kepatuhan pasien.
Elektroensefalografi (EEG) membantu:
menunjang diagnosis,
penentuan tipe bangkitan maupun sindrom epilepsi,
menentukan prognosis,
menentukan perlu/tidaknya pemberian OAE,
menentukan penghentian OAE
KEAMANAN OBAT
Na + Channel Modulator
Fenitoin
ESO
Umum
Morbilliform eruption, ruam, konstipasi, mual, muntah, ataksia, masalah koordinasi, kebingungan, rasa gugup
Serius
Nistagmus, cardiac arrest, bullous dermatosis, eritroderma, sindrom Stevens-Johnson, lupus eritematosus, nekrolisis toksik epidermal, agranulositosis, anemia aplastik, leukopenia, trombositopenia, hepatotoksisitas, kerusakan liver, angioedema, suicidal thoughts, nefrotoksisitas
Interaksi Obat
Konsentrasi meningkat dengan halotan, cimetidine, fluvastatin, tacrolimus, tolbutamide, omeprazole, beberapa antibiotik dan antikonvulsan
Konsentrasi menurun dengan rifampicin, vigabatrin, teofilin, reserpine, asam folat, ARV, dan beberapa antikonvulsan
Karbamazepin
Interaksi Obat
Konsentrasi menurun dengan CYP3A4 inducer (doxorubicin, fenobarabital, feniton, primidone, methosuximide, teofilin, aminofilin)
Konsentrasi meningkat dengan CYP3A4 inhibitor (cimetidine, ciprofloxacin, omeprazole, ibuprofen, protease inhibitor, loratadine, verapamil, trazodone, erythromycin)
ESO
Serius
Atrioventricular block, disritmia jantung, CHF, miokarditis eosinofil, Stevens-Johnson, nekrolisis epidermal toksik, hipokalsemia, hiponatremia, pankreatitis, agranulositosis
Umum
Hipotensi, pruritus, ruam, konstipasi, mual, muntah, anemia, astemia, ataksia, pusing, somnolence, pandangan kabur, nystagmus
GABA Agonist
Clonazepam (Benzodiazepine)
ESO
Pusing, kelelahan, depresi, ataxia, hiperaktif dan agresif, konstipasi, sedasi, amnesia, withdrawal symptom, gangguan mood dan perilaku, hipotonia, hipersalivasi
INTERAKSI OBAT
Efek depresan SSP aditif dengan antikonvulsan lain
Dapat meningkatkan atau menurunkan kadar serum fenitoin.
Inhibitor CYP3A4 (misalnya flukonazol, simetidin) dapat mengganggu
metabolisme klonazepam.
Fenobarbital (Barbiturat)
ESO
Hiperaktivitas, depresi pernafasan, bradikardia, anemia megaloblastik, osteoporosis, ketergantungan obat, kerusakan hati, sedasi, pusing, perubahan mood, defisiensi vitamin K dan D
INTERAKSI. OBAT
Dapat mengurangi konsentrasi plasma kloramfenikol, doksisiklin, metronidazol, rifampisin
Penggunaan bersama dengan MAOIs, SSRIs dan TCAs dapat mengantagonis aktivitas antiepileptik fenobarbital dengan mengurangi ambang kejang.
GABA-T Inhibitor
Vigabatrin
Visual loss permanen, depresi CNS, anemia, edema, neuropati periferal, niat bunuh diri, BB naik, kerusakan hati, pusing, peningkatan bangkitan mioklonik dan bangkitan lain
Interaksi obat
Memperparah sedatif apabila diberikan dengan clonazepam
HCN Channel Enhancer
Lamotrigine
ESO
Steven Johnson Syndrome (apabila dosis berlebih, muncul gejala berupa rash yang awalnya ringan tetapi eskalasi menjadi fatal), dysritmia jantung, toxic epidermal necrolysis, erythema multiforme, anemia, leukopenia, trombositopenia, gagal liver, aseptik meningitis.
INTERAKSI OBAT
Metabolisme lamotrigine berkurang jika diberikan bersama valproat
Fenitoin, karbamazepin, fenobarbital, dan inducer UGT1A4 lainnya menurunkan konsentrasi lamotrigine
ESO CNS meningkat apabila diberikan bersama karbamazepin
Meningkatkan konsentrasi plasma topiramat
Meningkatkan risiko aritmia apabila diberikan bersama inhibitor kanal Na+ lainnya
AMPA Receptor Antagonist
ESO
Pusing, fatigue, ataksia, paresthesia, anoreksia, penurunan ingatan, serious skin reaction
Interaksi Obat
Konsentrasi plasma menurun dengan fenitoin dan karbamazepin.
Penggunaan bersamaan dengan asam valproat dapat menyebabkan hipotermia dan hiperamonemia dengan atau tanpa ensefalopati
Penggunaan bersamaan dengan penghambat karbonik anhidrase lainnya (asetazolamid) dapat meningkatkan keparahan asidosis metabolik
INTERAKSI OBAT
Konsentrasi plasma menurun dengan fenitoin dan karbamazepin.
Penggunaan bersamaan dengan asam valproat dapat menyebabkan hipotermia dan hiperamonemia dengan atau tanpa ensefalopati
Penggunaan bersamaan dengan penghambat karbonik anhidrase lainnya (asetazolamid) dapat meningkatkan keparahan asidosis metabolik
Antikonsulvan
Asam Valproat
ESO
Tremor, peningkatan berat badan, sedasi, astenia, gejala ekstra piramidal, mual, muntah, hiperamonemia, peningkatan berat badan, sindroma polikistik ovarium, kerontokan rambut, gangguan platelet dan koagulasi, hepatotoksik, pankreatitis, efek teratogenik
INTERAKSI OBAT
Tremor, peningkatan berat badan, sedasi, astenia, gejala ekstra piramidal, mual, muntah, hiperamonemia, peningkatan berat badan, sindroma polikistik ovarium, kerontokan rambut, gangguan platelet dan koagulasi, hepatotoksik, pankreatitis, efek teratogenik
Gabapentin
ESO
Pusing, ataksia, fatigue diplopia, paraestesia, amnesia, mual, muntah, peningkatan berat badan, edema kaki non-pitting
INTERAKSI OBAT
Bioavailabilitas berkurang dengan antasida yang mengandung Al dan Mg.
Carbonic Anhydrase Inhibitor
Zonisamide
ESO
Somnolens, dizziness, ataksia, nyeri kepala, gangguan atensi, konsentrasi, dan memori, agitasi, iritabel, diplopia, confusion, depresi, mual, anoreksia, penurunan berat badan, batu ginjal, hipertermia, oligohidrosis
INTERAKSI OBAT
Dapat meningkatkan risiko asidosis metabolik, hiperamonemia, dan pembentukan batu ginjal dengan penghambat karbonik anhidrase lainnya
Risiko gangguan terkait jantung dapat meningkat dengan penghambat karbonik anhidrase dan obat dengan aktivitas antikolinergik, terutama pada anak-anak, dapat menurunkan paparan dan konsentrasi serum dengan penginduksi CYP3A4, dapat menyebabkan efek SSP yang adiktif
SV2A Protein Ligand
Levetiracetam
INTERAKSI OBAT
Dapat meningkatkan risiko perpanjangan interval QT dengan obat yang memengaruhi interval QTc.
Penurunan efektivitas levetiracetam oral bila dikonsumsi dengan pencahar osmotik makrogol.
Peningkatan konsentrasi serum metotreksat.
ESO
Psikosis, fatigue, halusinasi, ansietas depersonalisasi, depresi
Ca2+ Channel Blocker
Ethosuximide
ESO
SERIUS
Stevens-johnson, agranulocytosis, aplastic anemia, leukopenia, pancytopenia, drug-induced immune thrombocytopenia, reaksi dengan eosinophilia dan gejala sistemik, systemic lupus erythematosus, depresi
UMUM
Mual, muntah, hilang nafsu makan, ataxia, sakit kepala, pusing, somnolence
NUR FAUZHAN DWI PRAETIO 2306279706
NUR FAUZHAN DWI PRAETIO 2306279706