Please enable JavaScript.

Coggle requires JavaScript to display documents.

Biopsychology of Motivation (Eating, Sex, & Reward Circuits) - Coggle…

- - - - Testosteron dan MIS menyebabkan sistem Wolffian (laki-laki) berkembang dan sistem Müllerian menghilang.
        
        Wolffian system: Bisa berkembang menjadi saluran reproduksi laki-laki (vesikula seminalis, vas deferens, epididimis).
        
        Müllerian system: Bisa berkembang menjadi saluran reproduksi perempuan (tuba falopi, uterus, bagian atas vagina)
      - Tanpa testosteron: Sistem Müllerian berkembang, sistem Wolffian menghilang (pada perempuan).
    - - Awalnya sama, berkembang sesuai hormon.
      - Testosteron menghasilkan penis dan skrotum; tanpa testosteron terbentuk klitoris dan labia.
    - - Ditentukan oleh kromosom seks (XX = perempuan, XY = laki-laki).
      - Gen Sry pada kromosom Y mengarahkan pembentukan testis; tanpa Sry, terbentuk ovarium.
    - - Hormon meningkat, memicu perkembangan ciri seksual sekunder (misalnya, suara, rambut tubuh).
      - Androgen dominan pada laki-laki, estrogen pada perempuan.
    - - Otak mengontrol pelepasan hormon dari hipotalamus ke pituitari, lalu ke gonad.
      - Gonad menghasilkan hormon seks (androgen, estrogen, progesteron) yang memengaruhi perkembangan seksual dan perilaku dewasa.
  - - - Merangsang pembentukan folikel dan memungkinkan terjadinya luteinisasi (→ menstruasi)
      - Ovarium mengeluarkan hormon estrogen
    - - Merangsang testis untuk memproduksi sperma
      - Dan mengeluarkan hormon testosteron
    - - Hipotalamus mengeluarkan hormon:
        
        Gonadotrophin Releasing Hormones (GnRH)
      - GnRH menstimulasi kelenjar pituitari anterior
        
        untuk melepaskan hormon gonadotropik
      - Hormon gonadotropik merangsang gonad
        
        untuk memproduksi hormon-hormonnya
  - - - Eksokrin: ke saluran. misal, kelenjar keringat.
      - Endokrin: ke darah (misal: insulin, estrogen, testosteron).
    - - Produksi sel sperma/ovum.
      - Menentukan jenis kelamin genetik (XX/XY).
    - - Amino acid derivative (epinefrin)
      - Peptida & protein (insulin)
      - Steroid (estrogen, testosteron, progesteron)
    - - “Master gland”, kontrol banyak kelenjar.
      - Anterior: produksi hormon pemicu gonad.
      - Posterior: simpan & lepas hormon dari hipotalamus (misal: oksitosin).
    - - Atur pelepasan hormon dari pituitari.
      - Mekanisme:
        
        Neural (ke posterior)
        
        Hormonal (ke anterior via sistem portal)
    - - Sinyal Saraf: dari otak.
      - Sinyal Hormon: feedback dari darah.
      - Sinyal Non-Hormon: glukosa, ion, dll.
    - - Otak kirim sinyal ke hipotalamus.
        
        Hipotalamus lepas GnRH.
        
        GnRH → anterior pituitari lepas FSH & LH.
        
        FSH & LH → aktifkan gonad (testis/ovarium).
        
        Gonad hasilkan hormon seks → feedback ke otak.
  - - - Utama : Androgen, Estrogen, Progestin
      - Diproduksi oleh gonad (testis dan ovarium), tetapi juga berperan di otak.
      - Fungsi hormon seks: membentuk karakteristik seksual primer dan sekunder, serta memengaruhi perilaku seksual.
      - Pengaruh Hormon pada Perilaku Seksual Wanita
        
        Perilaku seksual wanita sangat dipengaruhi oleh siklus estrus (pada hewan) atau siklus menstruasi (pada manusia).
        
        Estrogen dan progesteron berperan dalam mengatur keinginan seksual, tetapi testosteron juga memengaruhi libido wanita
    - - Testosteron memainkan peran kunci dalam dorongan seksual.
      - Penurunan kadar testosteron (misalnya setelah kastrasi) menyebabkan penurunan perilaku seksual
    - - Hipotalamus: area utama dalam mengatur perilaku seksual, terutama nucleus medial preoptic (mPOA) pada pria dan nucleus ventromedial (VMH) pada wanita.
        
        Amygdala dan korteks serebral: terlibat dalam persepsi, emosi, dan pemrosesan rangsangan seksual.
  - - - suatu kondisi identitas seksual dimana seseorang merasa bahwa dirinya terjebak dalam tubuh dengan jenis kelamin yang berbeda dari yang diyakininya.
    - - merupakan kombinasi dari berbagai atribut yang berbeda (misalnya, bentuk tubuh, orientasi seksual, dan identitas seksual), yang masing-masing dapat berkembang secara independen satu sama lain.
    - - jenis kelamin, laki-laki atau perempuan, yang diyakini oleh seseorang sebagai dirinya sendiri.
- - - - Lapar sebelum makan:
        
        Rasa lapar muncul karena tubuh mempersiapkan diri untuk makan, bukan karena kekurangan energi.
      - Pengkondisian Pavlovian:
        
        Isyarat seperti suara atau cahaya bisa membuat kita lapar jika pernah diasosiasikan dengan waktu makan.
    - - Preferensi dan aversi rasa yang dipelajari
        
        Kita cenderung menyukai rasa yang dikaitkan dengan manfaat (seperti kalori) dan menghindari rasa yang dikaitkan dengan sakit.
      - Belajar mengonsumsi vitamin dan mineral:
        
        Tubuh bisa belajar memilih makanan yang mengandung zat gizi yang dibutuhkan.
  - - - Apabila asupan makanan yang diharapkan tidak tersedia, kadar gula darah akan segera meningkat kembali ke tingkat awal
      - Kadar glukosa dalam cairan ekstraseluler yang mengelilingi neuron SSP tetap relatif konstan, bahkan ketika kadar glukosa darah turun (Seeley & Woods, 2003).
      - Niat untuk mulai makan memicu penurunan glukosa darah.
      - Suntikan insulin tidak efektif untuk merangsang nafsu makan kecuali dosis yang diberikan cukup tinggi untuk menurunkan kadar glukosa darah sekitar 50%.
    - - Peptida dapat berfungsi sebagai sinyal kenyang.
      - Staiety peptides: peptida yang mengurangi asupan makan.
      - Beberapa peptida usus telah ditunjukkan mengikatkan diri pada reseptor-reseptor di otak (terutama hipotalamus) dan selusin (CCK, bombesin, glukagon, hormon penstimulasi melanosit alfa, dan somatostarin)
      - Hunger peptides: peptida yang meningkatkan nafsu makan, cenderung sintesis pada hipotalamus.
    - - Rasa lapar adalah rasa kontraksi yang disebabkan oleh perut yang kosong, sedangkan rasa kenyang adalah rasa kembung pada perut.
      - Makanan yang masuk akan diimplantasikan dan dipertahankan oleh sebuah simpul di seputar pyloric sphincter (otot lingkar lubang penghubung antara lambung dan usus).
      - Saluran gastrointestinal adalah sumber sinyal kenyang.
    - - Neurotransmiter monoaminergik serotonin berperan dalam kenyang (dilihat dari penelitian pada tikus Blundell & Halford, 1998).
      - Agonis serotonin (fenfluramin, deksfenfluramin, fluoksetin) dapat mengurangi nafsu makan pada manusia yang mengalami obesitas.
    - - Peran hipotalamus adalah untuk mengatur metabolisme energi, bukan penyebab lapar/berhenti makan.
      - Teori VMH sebagai pusat kenyang: Banyak efek lesi VMH yang tidak dapat diatribusikan pada kerusakan VMH.
      - Kegagalan konsep LH dan VMH: Populasi sel tertentu yang berbeda dalam hipotalamus dapat memngaruhi rasa lapar dan kenyang.
    - - Dapat berdampak obesitas, diabetes, penyakit jantung, atau gangguan obesitas lainnya.
      - Individu dengan sindrom ini mengalami rasa lapar yang tidak pernah terpuaskan, sedikit atau tidak sama sekali, dan metabolisme yang sangat lambat.
      - Gejala fisik lain: otot lemah, telapak tangan dan telapak kaki kecil, keras kepala, sulit makan saat bayi, tantrum, kompulsivitas, dan skin-picking.
  - - - Tidak Konsisten dengan Tekanan Evolusi Terkait Makan
        
        Tidak sejalan dengan tekanan evolusi yang dialami oleh nenek moyang manusia.
        
        Untuk bertahan hidup, penting bagi manusia purba untuk makan dalam jumlah besar saat makanan tersedia, guna menyimpan energi dalam bentuk lemak tubuh.
        
        Dari perspektif ini, sulit membayangkan sistem lapar dan makan berbasis set-point bisa berevolusi secara alami pada mamalia.
      - Mengabaikan Faktor Penting Lain yang Mempengaruhi Lapar dan Makan
        
        Teori set-point tidak mempertimbangkan pengaruh rasa, pembelajaran, dan faktor sosial terhadap makan
        
        Banyak orang tetap mengonsumsi makanan penutup setelah makan besar, menunjukkan bahwa makan tidak sepenuhnya dikendalikan oleh kebutuhan energi
      - Prediksi Utama dari Teori Set-Point Tidak Terbukti
        
        Studi awal memang menunjukkan bahwa penurunan lemak tubuh (karena kelaparan) atau penurunan glukosa darah (karena suntikan insulin) dapat meningkatkan nafsu makan
        
        Usaha untuk mengurangi porsi makan dengan memberikan minuman tinggi kalori sebelum makan tidak berhasil.
  - - - Sosial budaya: tekanan standar kecantikan, media.
      - Biologis: peran hormon & otak (hipotalamus, reward system).
      - Psikologis: perfeksionisme, kontrol diri, kecemasan.
      - Genetik: predisposisi gangguan makan.
    - - Psikologis: depresi, kecemasan, isolasi sosial.
      - Imun: sistem kekebalan tubuh melemah.
      - Fisik: kerusakan organ, kelelahan, gangguan jantung, infertilitas.
    - - Anoreksia Nervosa
        
        Penolakan makan ekstrem.
        
        Takut gemuk meski berat badan sudah sangat rendah.
        
        Distorsi citra tubuh.
        
        Efek: kerusakan organ, tulang rapuh, bahkan kematian.
      - Bulimia Nervosa
        
        Siklus binge (makan berlebihan) dan purge (muntah, puasa, olahraga ekstrem).
        
        Berat badan biasanya normal.
        
        Rasa bersalah setelah makan.
        
        Efek: gangguan elektrolit, masalah pencernaan, kerusakan gigi.
    - - Psikoterapi: CBT, terapi keluarga
      - Medis: pemulihan nutrisi, pemantauan fisik.
      - Pencegahan: edukasi sejak dini tentang citra tubuh dan makan sehat.
      - Support system: dukungan keluarga dan teman.
    - - Gangguan pola makan yang ditandai oleh hubungan tidak sehat dengan makanan, berat badan, dan citra tubuh.
      - Melibatkan faktor biologis, psikologis, dan sosial.
  - - - proses memecah makanan dan menyerap nutrisinya ke dalam tubuh. Sistem pencernaan diibaratkan sebagai tabung hidup dengan dua lubang—makanan masuk dari mulut, dicerna dan diserap dalam saluran pencernaan, lalu sisa yang tidak diserap dibuang melalui anus
      - Proses pemecahan makanan juga sangat dibantu oleh mikrobioma usus (bakteri dan organisme lain dalam saluran pencernaan).
    - - Setelah dicerna, energi masuk ke tubuh dalam bentuk: Lipid (lemak), Asam Amino (hasil pemecahan protein), dan Glukosa (hasil pemecahan karbohidrat).
      - Bentuk simpanannya: Lemak (utama), Glikogen, dan Protein.
- - - - Penelitian menunjukkan bahwa individu dengan adiksi cenderung membuat keputusan yang buruk, mengambil risiko secara berlebihan, dan memiliki kelemahan dalam pengendalian diri.
    - - Gejala utama dari adiksi adalah Ketidakmampuan individu dalam membuat keputusan yang sehat dan rasional.
    - - Perilaku kompulsif seperti berjudi, perilaku seksual yang tak terkendali, mencuri impulsif (kleptomania), dan belanja kompulsif juga menunjukkan pola kerja otak yang mirip dengan adiksi terhadap narkoba.
    - - Meskipun dopamin berperan penting dalam adiksi, penelitian juga menemukan keterlibatan neurotransmiter lain seperti glutamat, norepinefrin, GABA, opioid endogen, dan endocannabinoid.
        
        Oleh karena itu, tidak mungkin menjelaskan adiksi hanya dengan satu jenis neurotransmiter.