Mahasiswa Muslim yang merantau untuk melanjutkan pendidikan tinggi sering kali menghadapi tantangan adaptasi yang tidak ringan. Mereka harus menyesuaikan diri dengan lingkungan sosial dan budaya yang baru, yang belum tentu sejalan dengan nilai-nilai yang mereka anut. Kondisi ini dapat memicu kecemasan sosial, yaitu rasa takut atau tidak nyaman saat harus berinteraksi dengan orang lain karena khawatir akan dinilai secara negatif (Clark & Wells, 1995). Di lingkungan yang berbeda, mahasiswa Muslim mungkin merasa ragu untuk menunjukkan identitas keagamaannya secara terbuka. Hal ini terjadi karena adanya kekhawatiran terhadap stereotip atau penilaian dari lingkungan sekitar yang belum tentu memahami latar belakang mereka (Fatimah, 2020). Ketiadaan dukungan dari keluarga dan komunitas keagamaan juga memperbesar rasa terasing dan tidak diterima, yang memperparah gejala kecemasan sosial (Rahmawati, 2020). Akibatnya, banyak mahasiswa memilih menarik diri dari pergaulan dan mengalami hambatan dalam membangun hubungan sosial yang sehat selama masa perkuliahan (Setiawan, 2021)