Please enable JavaScript.

Coggle requires JavaScript to display documents.

PEMBELAJARAN DAN ASESMEN BERBASIS HOTS - Coggle Diagram

- - - - Kemampuan Berpikir Tingkat Rendah (Lower Order Thinking Skills / LOTS) Kemampuan berpikir tingkat rendah melibatkan tugas-tugas yang sederhana dan rutin, seperti mengingat fakta-fakta atau mengulang informasi. Contoh dari kemampuan berpikir tingkat rendah termasuk menghafal, mengidentifikasi, mengklasifikasikan, dan mengulang informasi yang telah dipelajari. Biasanya, ini tidak melibatkan pemahaman yang mendalam atau penerapan konsep dalam situasi baru.
      - Kemampuan Berpikir Tingkat Tinggi (Higher Order Thinking Skills / HOTS) HOTS melibatkan kemampuan berpikir secara lebih kompleks dan kreatif. Ini mencakup analisis, sintesis, evaluasi, dan aplikasi pengetahuan. Siswa yang menggunakan HOTS dapat menyusun solusi untuk masalah yang tidak jelas, merumuskan pertanyaan yang kompleks, dan mengaitkan informasi dari berbagai sumber. HOTS mendorong pemahaman yang lebih dalam dan kemampuan untuk memecahkan masalah yang lebih rumit.
      - Konteks Pemahaman Tingkat Berfikir Konteks pemahaman tingkat berpikir adalah situasi atau konteks dimana keterampilan berpikir tingkat rendah dan tinggi dapat digunakan dan diterapkan. Konteks pemahaman tingkat berpikir dapat mencakup berbagai hal, seperti:
        
        a. Kehidupan sehari-hari: Keterampilan berpikir tingkat rendah dan tinggi dapat digunakan untuk menyelesaikan berbagai masalah dalam kehidupan seharihari, seperti memasak, memperbaiki barang, dan membuat keputusan.
        
        b. Lingkungan kerja: Keterampilan berpikir tingkat rendah dan tinggi dapat digunakan untuk menyelesaikan tugas-tugas pekerjaan, seperti menulis laporan, membuat presentasi, dan memecahkan masalah.
        
        c. Pendidikan: Keterampilan berpikir tingkat rendah dan tinggi dapat digunakan untuk memahami materi pelajaran, menyelesaikan soal-soal ujian, dan mengerjakan proyek.
        
        d. Penelitian: Keterampilan berpikir tingkat rendah dan tinggi dapat digunakan untuk mengumpulkan data, menganalisis data, dan menarik kesimpulan.
  - - - Menyiapkan Siswa untuk Dunia yang Kompleks
      - Mendorong Pemahaman yang Mendalam.
      - Mengembangkan Kreativitas.
      - Meningkatkan Kemampuan Berkomunikasi.
      - Melengkapi Siswa untuk Karir yang Sukses
      - Memungkinkan Siswa Menjadi Pembelajar Seumur Hidup
- - - - Berfikir Analitis (Analytichal Thinking), Analisis (Analysis) adalah salah satu jenis kemampuan berpikir tingkat tinggi (HOTS) yang penting dalam proses pembelajaran. Ini melibatkan kemampuan untuk memecah informasi atau masalah menjadi komponenkomponen yang lebih kecil, mengidentifikasi pola, hubungan, dan komponen penting, serta memahami bagaimana semuanya saling terkait.
        
        Ada beberapa aspek penting yang terkait dengan analisis:
        
        ● Pemecahan Masalah: Analisis sering terkait dengan kemampuan untuk mengidentifikasi masalah dalam situasi yang diberikan. Ini mencakup kemampuan untuk merinci masalah menjadi bagian-bagian yang lebih kecil sehingga lebih mudah diatasi.
        
        ● Identifikasi Pola: Dalam analisis, seseorang harus mampu mengidentifikasi pola atau tren dalam data atau informasi. Ini membantu dalam membuat prediksi, pengambilan keputusan yang informasi, dan pemahaman yang lebih mendalam tentang situasi.
        
        ● Pemahaman Mendalam: Analisis membantu dalam menggali pemahaman yang lebih mendalam tentang topik atau situasi tertentu. Ini tidak hanya tentang mengetahui fakta, tetapi juga mengapa dan bagaimana sesuatu terjadi.
        
        ● Pengklasifikasian: Seseorang harus mampu mengelompokkan informasi atau objek ke dalam kategori yang sesuai berdasarkan karakteristik yang relevan. Ini membantu dalam mengorganisir data dan membuatnya lebih mudah diolah.
        
        ● Perbandingan: Dalam analisis, seringkali diperlukan perbandingan antara berbagai elemen atau aspek. Ini membantu dalam menentukan perbedaan dan kesamaan, yang penting dalam pengambilan keputusan.
  - - - ● Kriteria Evaluasi: Sebelum melakukan evaluasi, penting untuk menetapkan kriteria atau standar yang akan digunakan untuk menilai sesuatu. Kriteria ini bisa berbeda tergantung pada konteksnya. Misalnya, dalam evaluasi kinerja karyawan, kriteria mungkin termasuk produktivitas, kualitas pekerjaan, dan tingkat kehadiran.
      - ● Pengumpulan Data: Untuk melakukan evaluasi yang efektif, individu harus mengumpulkan data atau informasi yang relevan. Ini bisa melibatkan observasi, survei, wawancara, atau analisis dokumen, tergantung pada apa yang dievaluasi.
      - ● Analisis Data: Setelah data terkumpul, individu perlu menganalisisnya untuk mengidentifikasi pola, tren, atau aspek yang signifikan. Analisis ini membantu dalam membuat penilaian yang terinformasi.
      - ● Penilaian: Proses penilaian melibatkan membuat keputusan berdasarkan data dan analisis yang telah dilakukan. Ini melibatkan perbandingan data dengan kriteria yang telah ditetapkan.
      - ● Rekomendasi atau Tindakan: Berdasarkan penilaian, individu dapat memberikan rekomendasi atau mengambil tindakan yang sesuai. Ini bisa berarti membuat perubahan, memberikan umpan balik, atau membuat keputusan yang berdampak.
      - ● Refleksi: Evaluasi sering diikuti dengan refleksi, di mana individu memikirkan ulang proses evaluasi dan hasilnya. Hal ini dapat membantu dalam perbaikan di masa depan.
  - - - ● Kriteria Penilaian yang Jelas: Guru perlu menetapkan kriteria penilaian yang jelas sebelumnya, yang mencakup aspek-aspek kreatifitas seperti orisinalitas, inovasi, dan kedalaman berpikir. Misalnya, apakah solusi atau karya siswa mengandung elemen baru yang belum pernah dipikirkan sebelumnya?
      - ● Tugas Terbuka: Tugas evaluasi harus dirancang sedemikian rupa sehingga siswa memiliki kebebasan dalam mengekspresikan ide kreatif mereka. Ini bisa berupa proyek berbasis masalah, tantangan desain, atau tugas berbasis proyek yang memberikan ruang bagi ekspresi kreatif.
      - ● Instruksi yang Merangsang Pikiran: Instruksi yang diberikan oleh guru harus merangsang pikiran siswa untuk berpikir lebih jauh dan berbeda. Ini mungkin melibatkan pertanyaan terbuka atau arahan untuk mengeksplorasi berbagai pendekatan dalam menyelesaikan tugas.
      - ● Dukungan Kolaboratif: Dalam beberapa kasus, kolaborasi antara siswa dapat meningkatkan kreativitas. Guru dapat mendorong siswa untuk bekerja sama dalam kelompok atau berdiskusi untuk memperluas pandangan mereka.
      - ● Penilaian Formatif: Penilaian formatif dapat digunakan selama proses pembelajaran untuk memberikan umpan balik yang kontinyu kepada siswa. Ini membantu mereka untuk terus meningkatkan kreativitas mereka selama mengerjakan tugas.
        
        ● Portofolio Kreatif: Salah satu cara untuk mengevaluasi kreativitas adalah melalui pembuatan portofolio kreatif, yang berisi berbagai karya atau solusi kreatif yang telah dibuat oleh siswa selama pembelajaran.
      - ● Pemahaman Konteks: Penting untuk memahami konteks tugas kreatif. Guru harus memahami sejauh mana siswa dapat menerapkan pemahaman mereka tentang topik yang relevan dalam konteks tugas tersebut.
- - - - ● Identifikasi Masalah: Pembelajaran dimulai dengan memperkenalkan suatu masalah nyata, kompleks, dan relevan yang perlu dipecahkan. Masalah ini sering kali mencerminkan situasi dalam dunia nyata yang membutuhkan pemikiran kritis dan solusi yang baik.
      - ● Tim atau Individu: Siswa dapat bekerja dalam kelompok tim kecil atau secara individu, tergantung pada pendekatan yang digunakan oleh instruktur. Kelompok tim cenderung mendorong kerjasama dan diskusi antar-siswa.
      - ● Pertanyaan Penuntun: Siswa diberikan pertanyaan penuntun yang membantu mereka memahami masalah dengan lebih baik dan merencanakan pendekatan untuk memecahkannya. Pertanyaan ini dapat mengarahkan pemikiran mereka ke arah yang relevan.
      - ● Pencarian Informasi: Siswa diharapkan untuk mencari informasi yang mereka butuhkan untuk memahami dan memecahkan masalah tersebut. Ini mungkin melibatkan membaca literatur, penelitian, wawancara, atau eksperimen.
      - ● Diskusi dan Kolaborasi: Selama proses pembelajaran, siswa berdiskusi secara aktif dengan sesama anggota tim atau dengan instruktur. Kolaborasi ini memungkinkan mereka untuk membagikan ide, berdebat, dan mempertimbangkan berbagai perspektif.
      - ● Pemecahan Masalah: Siswa kemudian merancang solusi untuk masalah yang telah diidentifikasi. Ini bisa berupa proposal, proyek, atau presentasi yang menggambarkan solusi mereka.
      - ● Evaluasi dan Refleksi: Setelah solusi diajukan, ada tahap evaluasi di mana siswa dan instruktur menilai kualitas solusi dan proses pembelajaran. Ini memungkinkan siswa untuk belajar dari pengalaman mereka.
      - ● Keterampilan Berpikir Kritis: Salah satu tujuan utama PBL adalah mengembangkan keterampilan berpikir kritis, pemecahan masalah, dan analisis. Siswa belajar untuk menerapkan pengetahuan mereka dalam konteks nyata dan menghadapi ketidakpastian.
      - ● Pengajar Sebagai Fasilitator: Instruktur dalam PBL berperan sebagai fasilitator atau pembimbing daripada pengajar yang memberikan materi secara langsung. Mereka membantu mengarahkan siswa, memberikan umpan balik, dan memfasilitasi diskusi.
      - ● Siklus Pembelajaran Berkelanjutan: PBL sering kali melibatkan siklus pembelajaran berkelanjutan di mana siswa terus-menerus menghadapi masalah baru dan memperdalam pemahaman mereka seiring berjalannya waktu.
      - Selain siklus model yang telah dijelaskan, langkah-langkah PBL diatur dengan tata cara berikut yang telah dikembangkan oleh panitia nasional Program Pendidikan Profesi Guru (PPG) Kementerian Agama.
        
        Identifikasi Masalah, Lakukan perincian masalah pembelajaran berkaitan sesuai dengan mata pelajaran yang diampu dengan memperhatikan:
        
        (1) visi-misi satuan pendidikan;
        
        (2) talenta peserta didik;
        
        (3) local wisdom; dan
        
        (4) ketersediaan sumberdaya pendukung pembelajaran.
        
        Eksplorasi Penyebab Masalah Setelah menuliskan identifikasi masalah pada tugas sebelumnya, lakukan eksplorasi penyebab masalah dengan mendeskripsikan penyebab terjadinya masalah yang telah diidentifikasi berdasarkan kajian literature. Tahap eksplorasi penyebab masalah pembelajaran merupakan kegiatan:
        
        a. Pengelompokan masalah dalam satuan konsep dari hasil tahap identifikasi masalah
        
        b. Pembacaan terhadap literatur yang relevan (literature review) atau studi pendahuluan wawancara dgn pihak terkait untuk mendapatkan konsep/teori
        
        c. Melakukan pencarian literatur seperti dalam Google Cendekia atau jurnal online
        
        d. Menulis hasil kajian literature review/studi/kajian Pustaka/hasil wawancara.
        
        Analisis Penentu Penyebab Masalah Setelah menuliskan identifikasi masalah dan eksplorasi penyebab masalah pada tugas sebelumnya, pada tahap ini analisis penentu penyebab masalah (berdasakan literatur). Tentukan penyebab masalah dominan dan determinan berdasarkan konsep yang ditemukan dalam kegiatan eksplorasi masalah.
        
        Analisis Penentu Solusi Masalah Setelah menuliskan identifikasi masalah, eksplorasi penyebab masalah, dan analisis penentu penyebab masalah dan pada tugas sebelumnya, pada tahap ini menentukan solusi berdasarkan eksplorasi alternatif solusi, solusi yang relevan, analisis penentuan solusi, analisis alternative solusi.
  - - - ● Proyek Sebagai Pusat Pembelajaran
        
        ● Keterlibatan Aktif
        
        ● Keterampilan dan Pengetahuan Terintegrasi
        
        ● Kolaborasi dan Tim
        
        ● Konteks Dunia Nyata
        
        ● Autonomi dan Kemandirian
        
        ● Evaluasi Berkelanjutan
        
        ● Refleksi
        
        ● Proyek Sebagai Pusat Pembelajaran
        
        ● Keterlibatan Aktif
        
        ● Keterampilan dan Pengetahuan Terintegrasi
        
        ● Kolaborasi dan Tim
        
        ● Konteks Dunia Nyata
        
        ● Autonomi dan Kemandirian
        
        ● Evaluasi Berkelanjutan
        
        ● Refleksi
        
        ● Hasil Akhir yang Nyata
  - - - Langkah 2 & 3: Eksplorasi Penyebab Masalah, Tahap eksplorasi penyebab masalah pembelajaran merupakan kegiatan:
        
        a. Pengelompokan masalah dalam satuan konsep dari hasil tahap identifikasi masalah
        
        b. Pembacaan terhadap literatur yang relevan (literature review) atau studi pendahuluan wawancara dengan pihak terkait untuk mendapatkan konsep/teori
        
        c. Melakukan pencarian literatur seperti dalam Google Cendekia atau jurnal online
        
        d. Menulis hasil kajian literature review/studi/kajian Pustaka/hasil wawancara.
        
        Langkah 4: Analisis Penentu Penyebab Masalah , Tahap analisis penentu penyebab masalahi merupakan kegiatan untuk menentukan penyebab masalah dominan dan determinan berdasarkan konsep yang ditemukan dalam kegiatan eksplorasi masalah.
        
        Langkah 5: Analisis Penentu Solusi Masalah Tahap analisis penentu solusi masalah merupakan kegiatan untuk menentukan solusi berdasarkan eksplorasi alternatif solusi, solusi yang relevan, analisis penentuan solusi, analisis alternative solusi.
        
        Langkah 6: Penyusunan Rencana Aksi Rencana aksi atau action plan adalah langkah awal yang harus dilakukan untuk melakukan perubahan, perbaikan dan penyelesaian masalah. Rencana aksi itu sendiri setidaknya harus memenuhi 5 kriteria SMART (Specific, Measurable, Achieveable, Realistic, Timebound). Rencana aksi (action plan) adalah suatu rencana kegiatan yang lebih rinci dan operasional dalam mengatasi masalah berdasarkan langkah solusi yang telah ditetapkan sebelumnya untuk meningkatkan dan memperoleh hasil yang ditetapkan secara maksimal atau lebih baik.
- - - - ● Soal uraian
      - ● Soal esai
      - ● Soal essai pilihan ganda
      - ● Soal essai uraian
      - ● Soal uraian pilihan ganda
      - ● Soal uraian esai pilihan ganda
- - - - ● Akses ke Sumber Daya Digital: Teknologi memungkinkan siswa untuk mengakses sumber daya digital seperti e-book, jurnal ilmiah, dan video pembelajaran yang dapat digunakan untuk memperdalam pemahaman mereka tentang berbagai topik. Hal ini telah terbukti membantu siswa untuk 25 berpikir analitis dan menyelidiki informasi dengan lebih mendalam (Hwang & Wu, 2014).
      - ● Simulasi dan Permainan Pendidikan: Penggunaan teknologi dalam pembelajaran berbasis simulasi dan permainan edukatif dapat membantu siswa untuk menerapkan pengetahuan mereka dalam konteks nyata. Ini mempromosikan pemecahan masalah kritis dan pemikiran kreatif (Squire & Jan, 2007).
      - ● Pembelajaran Kolaboratif Online: Teknologi mendukung pembelajaran kolaboratif online, di mana siswa dapat berdiskusi, berbagi ide, dan berkolaborasi dalam pemecahan masalah atau proyek bersama. Ini mendorong pemikiran kritis dan komunikasi efektif (Harasim, 2017).
      - ● Aplikasi Khusus: Aplikasi pendidikan khusus dirancang untuk mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi. Misalnya, aplikasi matematika interaktif dapat membantu siswa memecahkan masalah matematika yang kompleks dengan cara yang kreatif (Kaput, 2008).
      - ● Pembelajaran Berbasis Proyek Daring: Platform pembelajaran online dapat mendukung proyek-proyek kolaboratif yang mendorong siswa untuk berpikir kreatif dan pemecahan masalah. Siswa dapat merancang solusi untuk masalah dunia nyata dan menerapkan pengetahuan mereka dalam konteks praktis (Thomas & Farrell, 2013).
      - ● Evaluasi Formatif dan Umpan Balik: Teknologi dapat digunakan untuk memberikan evaluasi formatif yang dapat membantu siswa untuk merenungkan pemahaman mereka dan mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan (Black & William, 1998).