Please enable JavaScript.

Coggle requires JavaScript to display documents.

Tidak dapat berkemih, Athallah Noufal Mubarak (2206046986) - Coggle Diagram

- - - - kehilangan homeostasis: proliferasi & apoptosis sel prostat.
      - proliferasi tanpa intervensi
      - sel epitel periuretra & stroma prostat meningkat.
      - Dipengaruhi:
      - Testosteron
      - Androgen testis -> dihidrotestosteron (DHT) oleh 5-alfa-reduktase 2 -> perkembangan BPH = 90% total androgen intraprostat
      - dikebiri sebelum pubertas/gangguan androgen -> tidak BPH.
  - - - Insulin: BPH, gejala saluran kemih bagian bawah, operasi prostat
    - - kerabat tingkat pertama:
        
        peningkatan 4x lipat
        
        50% <60 tahun -> operasi BPH.
        
        dominan autosomal.
    - - Melindungi: beta-karoten, karotenoid, vitamin A
        Hindari: asupan alkohol dan kafein berlebih, vitamin C dosis tinggi
  - - - Insiden: usia.
      - Prevalensi BPH meningkat
      - usia 41-50 tahun: 20%,
      - 51-60 tahun: 50%,
      - 80 tahun: 90%.
      - gejala obstruksi prostat berhubungan erat dengan usia.
      - 25% 55 tahun: gejala obstruksi ketika berkemih
      - 50% 75 tahun: penurunan kekuatan & kaliber aliran urin.
      - Penelitian
      - peningkatan usia: 2-2,5% tiap tahun
  - - - Paparan Toksin/Zat sisa/Patogen
        
        Kerusakan Sel (penuaan)
        
        Kerusakan Sel ireversibel
        
        faktor proinflamasi, faktor tumbuh, fibrosis, hormon DHT
        
        Proliferasi sel ↑
- - - - Kondisi mendadak di mana pasien tidak dapat berkemih sama sekali meskipun merasa dorongan yang kuat. Gejala utama adalah nyeri perut bawah yang hebat.
    - - Mengembangkan secara perlahan dan sering kali tidak disadari oleh pasien. Gejala meliputi aliran urin yang lemah dan perasaan tidak tuntas saat berkemih.
  - - - Seiring bertambahnya usia, otot kandung kemih dan sfingter menjadi lebih lemah, sehingga meningkatkan risiko retensi urin
    - - Pasien diabetes memiliki risiko tinggi karena kemungkinan neuropati yang mengganggu fungsi berkemih.
    - - Pria tua yang mengalami BPH lebih mungkin mengalami masalah ini, terutama jika pernah menjalani prosedur pengobatan sebelumnya seperti TURP.
  - - - Pembesaran Prostat: Pada pria, pembesaran prostat (BPH) adalah penyebab paling umum dari retensi urin. Ini menghalangi aliran urin dari kandung kemih.
    - - Diabetes Mellitus: Kerusakan saraf akibat diabetes dapat mengganggu kemampuan otot kandung kemih untuk berkontraksi, sehingga menyebabkan retensi urin.
    - - Obat-obatan: Beberapa obat, seperti antikolinergik dan antidepresan, dapat mempengaruhi kemampuan kandung kemih untuk berfungsi dengan baik.
  - - - Permasalahan saraf yang menginervasi kandung kemih dan sfingter saluran kemih dapat menimbulkan terjadinya retensi urin→
        
        tidak adanya sinyal ke otak untuk berkemih,
        
        tidak adanya sinyal bagi otot detrusor untuk berkontraksi,
        
        ketidakmampuan sfingter untuk berelaksasi sehingga urin tidak dapat ke luar
    - - BPH→ pembesaran dari kelenjar prostat yang tidak bersifat ganas→ menekan uretra→ hipertrofi pada otot detrusor vesicae→ hipertrofi kandung kemih→ fibrosis→ kelemahan otot→ fungsi berkemih terganggu→ Urin tersisa di dalam vesika urinaria
        
        Striktur uretra→ akibat adanya inflamasi dan jaringan parut pasca operasi, ISK rekuren, maupun jejas lain→ dapat terjadi pasca operasi BPH
        
        Batu→ menghalangi keluarnya urin ke luar tubuh
    - - Penuaan→ mempengaruhi fungsi dari otot-otot kandung kemih→ otot tidak cukup kuat untuk berkontraksi→ retensi urin
  - - - peningkatan volume
        
        tekanan meningkat
        
        inkontinentia overflow
      - retensi urin kronik
        
        tidak mampu mengosongkan buli
        
        aliran melemah dan tidak lampias
        
        frekuensia
- - - - Menghambat tonus otot polos dinding prostat → kontraksi terhambat
      - Sfingter uretra interna leher relaksasi → memperbaiki aliran urin → mengurangi storage dan avoiding → frekuensi pengeluaran urin meningkat
      - Tidak mengurangi volume prostat/retensi urin jangka panjang
      - Contoh: terazosin (1-10 mg per hari), doksazosin (1-8 mg per hari), alfuzosin (10 mg per hari), dan tamsulosin (0,4 mg per hari)
      - Dapat menurunkan IPSS 4-6 poin
      - Efek samping: sakit kepala, pusing, asthenia, ejakulasi retrograd, IFIS (Intraoperative floppy iris syndrome)
  - - - Menginduksi apoptosis sel-sel epitel prostat dgn menginhibisi konversi testosteron intraprostat menjadi dihidrotestosteron (DHT)
      - Penurunan volume prostat (20-40%) dalam 6 bulan
      - Contoh: finasteride (volume prostat >40 ml; dosis 5 mg/hari), dutasteride (volume prostat >30 ml; dosis 0,5 mg/hari)
      - Lama waktu pengobatan: 3-6 bulan
      - Efek samping: turunnya libido, disfungsi ereksi, ginekomastia, serta bercak kemerahan pada kulit
      - Menurunkan serum PSA → hati-hati dengan pasien suspek kanker prostat → negatif palsu
  - - - Meningkatkan aktivitas dan konsentrasi cGMP intraseluler
      - Mengurangi tonus otot detrusor, prostat, dan uretra
      - PDE-5I diindikasikan → disfungsi ereksi
      - Contoh: tadalafil, sildenafil, dan vardenafil → Tadalafil (5 mg) yang digunakan
      - Menurunkan IPSS hingga 37% dalam 1 minggu
      - Efek samping cukup ringan: sakit kepala, refluks gastroesofageal, sakit kepala, dispepsia, dan nyeri punggung
- - - - Disebut juga watchful waiting
      - Pengawasan pasien oleh dokter tanpa terapi lainnya
      - Diindikasikan pada pasien IPSS <7 → keluhan ringan, tidak mengganggu aktivitas sehari-hari
      - Dijelaskan dan di edukasi mengenai hal yang dapat memperburuk keluhan
      - Konsumsi alkohol dan kopi
      - Konsumsi makanan/minuman yang mengiritasi vesika urinaria
      - Jangan menahan kemih
  - - - Indikasi
      - Absolut → komplikasi telah terjadi
      - Batu kandung kemih, retensi urin, penurunan fungsi ginjal
      - Relatif → keluhan sedang-berat, pasien menolak terapi medikamentosa, tidak menunjukkan perbaikan dengan terapi sebelumnya
  - - - Baku emas pembedahan dengan ukuran prostat 30-80 mL
      - Komplikasi → disfungsi ereksi
      - Pada pasien DM dan skor IIEF-5 <21
  - - - Tindakan menggunakan stent
      - Dapat permanen/sementara hingga keluhan hilang
      - Dipasang di lumen saluran kemih, antara leher VU dan area proksimal kolikus seminalis
      - Membuka jalur urinasi dan membantu perkemihan
- - - - menggabungkan vaskularisasi
        serat otot (superior sfingter uretra eksternal-leher kandung kemih)
- - - - Tujuan: mengukur ukuran, bentuk, simetri, nodul, dan konsistensi prostat (halus atau keras)
        
        Prostat yang membesar dan halus biasanya merupakan tanda BPH.
        
        Peningkatan prostat dengan volume lebih dari 30 mL (cenderung mencapai 25% pada kelenjar >50 mL).
        
        Karsinoma biasanya terasa keras, berbentuk nodul, dan tidak teratur, tetapi adanya batu prostat atau benign prostatic hyperplasia (BPH) juga dapat menyebabkan indurasi.
    - - Menilai ginjal → evaluasi ada obstruksi atau lainnya
        
        Ballottement, jika ditemukan hidronefrosis, kista, dan tumor ginjal, pembesaran ginjal bilateral menunjukkan penyakit polikistik
        
        Nyeri ketok CVA (Costovertebral Angle), jika ada nyeri itu bisa menjadi tanda pielonefritis atau kelainan muskuloskeletal.
    - - Nyeri tekan suprapubik → infeksi vesika urinaria.
        
        Perkusi mengecek keredupan dan menentukan seberapa tinggi vesika urinaria berada di atas simfisis pubis.
        
        Kandung kemih mungkin teraba di suprapubik, terutama pada retensi urin yang signifikan, menandakan pengisian yang berlebihan.
        
        Metode perkusi sangat penting untuk retensi urin kronis karena dinding vesika urinaria lebih lembek.
  - - - Fase Patologis: Merupakan fase pertama perkembangan BPH.
      - Perkembangan: Transisi dari BPH mikroskopis ke makroskopis sebagai tanda fase ini.
      - Umum pada Pria: Hampir semua pria mengalami BPH mikroskopis seiring bertambahnya usia.
      - Makroskopis: Sekitar 50% pria dengan BPH mikroskopis akan mengalami perkembangan menjadi BPH makroskopis.
      - Komponen Tambahan: Diperlukan faktor tambahan untuk mendorong perkembangan dari mikroskopis ke makroskopis.
      - Zona Transisi: Perubahan hiperplastik terjadi di zona transisi prostat.
  - - - Keluhan anda saat ini dan durasi gejala
      - Riwayat operasi sebelumnya → operasi TURP
      - Riwayat obat-obatan yang rutin dikonsumsi → captopril & obat oral utk diabetes
      - Obat diuretik → peningkatan frekuensi BAK dan nokturia
      - Riwayat penyakit → diabetes melitus dan hipertensi
      - Kebiasaan anda termasuk olahraga, merokok, alkohol, dan diet
      - Keluhan penyerta seperti demam, penurunan berat badan, nyeri pinggang / nyeri tulang belakang
      - Riwayat penyakit pada keluarga
    - - • Incomplete Emptying, Seberapa sering pasien merasakan perasaan tidak tuntas saat buang air kecil?
        
        • Frequency, Seberapa sering pasien harus buang air kecil kembali dalam waktu 2 jam setelah buang air kecil terakhir?
        
        • Intermittency, Seberapa sering pasien berhenti di tengah buang air kecil dan harus memulai kembali dari awal
        
        • urgency, Seberapa sering Anda merasa sulit untuk menahan buang air kecil?
        
        • Weak stream, Seberapa sering pasien mengalami buang air kecil dengan aliran urin yang lemah
        
        • straining Seberapa sering pasien harus mengejan saat buang air kecil
        
        • Nocturia, Seberapa sering pasien terbangun saat tidur untuk buang air kecil hingga pagi hari
      - ringan (skor 0-7)
        
        sedang (skor 8-19)
        
        berat (skor 20-35)
        
        Di bagian akhir, IPSS juga memiliki pertanyaan tunggal tentang kualitas hidup (QoL)
- - - - Sindrom Kandung Kemih yang Terlalu Aktif (Overactive Bladder Syndrome): Pasien mengalami gejala kandung kemih yang terlalu aktif -> akibat dari retensi urin -> pendekatan pengobatan tambahan -> termasuk penggunaan antikolinergik.
      - Ruptur Kandung Kemih: Dalam keadaan darurat, retensi urin yang parah -> ruptur kandung kemih -> memerlukan intervensi bedah segera -> kondisi yang jarang tetapi sangat berbahaya.
      - Disfungsi Seksual: Beberapa pasien mungkin mengalami disfungsi ereksi atau ejakulasi retrograd -> efek samping dari terapi BPH -> berdampak signifikan pada kualitas hidup dan kesehatan mental.
- - - - Metode pengambilan urin: urin pertama pagi hari dengan metode midstream urin
        
        3 komponen : analisa fisik, kimia, dan mikroskopik
        
        Interpretasi:
        
        Hematuria → akibat batu kandung kemih, iritasi prostat, trauma kandung kemih akibat pengosongan urin tidak sempurna
        
        Proteinuria → kerusakan ginjal atau komplikasi obstruksi saluran kemih jangka panjang
        
        Leukosit dan nitrit positif → infeksi saluran kemih akibat obstruksi aliran urin → bakteri dapat tumbuh dengan mudah
        
        Kristal → batu pada saluran akibat obstruksi saluran kemih
    - - PSA → enzim protease serin yang diproduksi sel epitel kolumnar pada jaringan prostat baik itu prostat normal atau sel kanker
        
        pro-PSA dalam bentuk intraseluler pro enzimatik → diproduksi secara seluler → melewati lapisan sel basal dan endotel sebelum memasuki duktus prostat → diubah menjadi PSA yang aktif → menembus membran kapiler dan memasuki sirkulasi sistemik
        
        Kontroversi dalam pemeriksaan skrining → PSA serum meningkat pada infeksi, trauma, peradangan, BPH, dan kanker prostat
        
        Spesifisitas 91%; sensitivitas 9-33% bergantung usia
        
        Normal: 4 ng/mL; PSA borderline: 4 - 10 ng/mL; PSA tinggi: >10 ng/mL
        
        Bukan indikator spesifik BPH → perlu kombinasi hasil pemeriksaan lain
    - - Menilai kerusakan fungsi ginjal akibat obstruksi saluran kemih bawah karena pembesaran prostat
        
        BPH → Memperburuk perkembangan gagal ginjal kronis → berkaitan dengan hipertensi dan diabetes
        
        Penilaian fungsi ginjal → kadar serum kreatinin
        
        interpretasi :
        
        Normal: 0,7 - 1,3 mg/dL
        
        Peningkatan kreatinin → gangguan fungsi ginjal akibat retensi urin
    - - Mengukur seberapa cepat waktu urin dikeluarkan dari kandung kemih selama proses buang air kecil
        
        Parameter: volume berkemih, kecepatan pancaran maksimum (Qmax), rata-rata kecepatan pancaran (Qave), dan waktu yang dibutuhkan untuk mengosongkan kandung kemih.
        
        Tujuan → untuk menilai kelainan aliran urin akibat obstruksi saluran kemih karena BPH
        
        Alat khusus: uroflowmeter
        
        Interpretasi Qmax:
        
        normal : >15 ml/detik
        
        Obstruksi ringan: 10-15 ml/detik
        
        Obstruksi berat: <10 ml/detik
    - - Evaluasi morfologi prostat → ukuran prostat
        
        2 metode: transabdominal dan transrektal
        
        Transabdominal → probe USG diatas pubis → menggunakan gelombang suara untuk menghasilkan gambaran prostat dan kandung kemih
        
        Transrektal → probe kecil dimasukkan ke dalam rektum → lebih akurat namun lebih invasif
      - interpretasi:
        
        normal : 20-30 mL
        
        Pembesaran: >30 mL
    - - Pemeriksaan endoskopi untuk melihat bagian dalam kandung kemih dan uretra
        
        Tujuan: untuk visualisasi uretra, leher kandung kemih, dan kandung kemih menggunakan kamera kecil
        
        Interpretasi: mencari tanda pembesaran prostat → penyempitan uretra pars prostatica