Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
Bicara ngawur setelah bermain ‘batu/kertas/gunting, Athallah Noufal…
Bicara ngawur setelah bermain ‘batu/kertas/gunting
Anatomi Sistem Urinaria
ginjal
Sepasang → dextra & sinistra
Berada di peritoneum dan dinding posterior abdomen
Ginjal kanan → lebih ke bawah karena liver
Ukuran: 10-12 cm (panjang), 5-7 cm (lebar), 3 cm (tebal)
internal
Parenkim renal
Korteks → berisi nefron
Medula → isi piramid
Pyramid renal → basis dan apex
Columna renal → korteks yg memanjang
Calyx mayor → aliran urin dari calyx minor
Calyx minor → aliran urin dari piramida
Pelvis renalis → tempat alirnya urin
Sinus renal → di luar pelvis renalis → isi matrikslemak
ginjal fascia renal
Ginjal dilindungi 4 lapisan
Kapsula fibrosa → Jaringan ikat tipis yang langsung melapisi permukaan ginjal → penahan trauma dan mempertahankan bentuk ginjal
Capsula adiposa perirenale → Akumulasi lemak ekstraperitoneal
Fascia renalis → lemak memadat dan membentuk membran → Zuckerkandl (pos) dan Gerota (ant)
Korpus adipose pararenale → berbatasan dengan peritoneum
ureter
Berawal dari medial ke ipsilateral ginjal → perpanjangan pelvis renalis → ke posterior vesika urinaria
30 cm; retroperitoneum
Dibagi 3 bagian:
Pars abdominalis → pelvis renal ke linea terminalis pelvis
Pars pelvis → linea terminalis pelvis ke vesica urinaria
Pars interest mularis → di dinding vesika urinaria
vesika urinaria
Apex → seperti ujung piramida → ke anterior
Fundus → posterior, cenderung cembung
Korpus → permukaan superior dan 2 permukaan inferolateral
Inferior → leher vesika urinaria → terfiksasi dan menjadi orifisium uretra interna
uretra
pria
18-20 cm
Membran mukosa profundus (dalam) dan m. superfisial. 4 regio::
Pars prepostatika: sebelum masuk prostat
pars prostatika → melewati prostat
pars membranosa → sfingter uretra eksternal
pars spongiosa → badan spongiosum penis
wanita
Posterior simfisis pubis
3,5-4 cm
Orifisium uretra external → antara klitoris dan bukaan vagina
Dua glandula Skene
Dinding uretra → mukosa → epitel dan lamina propria
Histologi Sistem Urinaria
ginjal
Ginjal dibungkus oleh kapsul fibrosa, kapsul ginjal, fasia lemak, fasia renalis, dan lemak peritoneal
Tersusun atas
capsula fibrosa
corteks
columna renalis
medula
piramid
papilla renalis
kapsula renal
Luar → fibroblas dan serat kolagen
Dalam → seluler miofibroblas
korteks
Korteks terdapat glomerulus -> lingkaran bergelung
korteks menjorok ke medulla => kolumna renalis
medulla menjorok ke korteks => medullary rays
glomerulus
Kapsula Bowman
Parsparietal
Parsvisceral
Makula densa
Sel mesangial extraglomerular
tubulus kontortus
● Tubulus kontortus proksimal(TKP)
○ Tersusun oleh epitel selapis kuboid
○ Jarak inti relatif berjauhan
○ Sitoplasma relatif asidofilik (kemerahan)
○ Batas lumen tidak jelas karena ada brush border
● Tubulus kontortus distal
○ Epitel sel lapis kuboid
○ Jarak antara inti sel relatif lebih dekat
○ Batas lumen lebih jelas
duktus koligens
Tersusun atas epitel selapis kuboid
Lumen
Jelas
mengandung urin
renal papilla
Ductus papilaris bellini
vesika urinaria
Otot destructor
IL -> inner longitudinal
C -> outer sikular
OL -> outermost longitudinal
Fisiologi Pembentukan Urin dan Mikturisi
filtrasi
Proses awal di mana darah disaring di glomerulus ginjal.
Plasma darah disaring, menghasilkan filtrat glomerulus yang mengandung air, elektrolit, glukosa, dan produk limbah.
reabsorpsi
Terjadi di tubulus proksimal, loop Henle, dan tubulus distal.
Zat-zat berguna seperti air, glukosa, dan garam diserap kembali ke dalam darah.
Mengatur keseimbangan cairan dan elektrolit.
sekresi
Proses di mana zat-zat tertentu, seperti ion hidrogen dan obat-obatan, disekresikan dari darah ke dalam lumen tubulus.
Membantu mengatur pH dan membuang racun.
pengeluaran urin
Filtrat yang tidak direabsorpsi menjadi urin, yang disimpan di kandung kemih hingga dikeluarkan.
proses mikonutrisi
Penyimpanan Urin:
Kandung kemih menyimpan urin dengan dinding yang elastis.
Saraf di kandung kemih mengirimkan sinyal ke otak ketika kandung kemih penuh.
Refleks Mikturisi:
Ketika kandung kemih terisi, refleks miksturisi diaktifkan.
Saraf parasimpatik merangsang kontraksi otot detrusor (otot kandung kemih) dan relaksasi sfingter uretra.
Pengeluaran Urin:
Setelah menerima sinyal, individu dapat memilih untuk berkemih.
Otot detrusor berkontraksi lebih kuat sementara sfingter uretra terbuka, memungkinkan urin dikeluarkan melalui uretra.
Fisiologi Keseimbangan Cairan dan Elektrolit Tubuh
imbangan cairan
Air yang masuk = air yang diekskresikan
Pengeluaran cairan yang lebih besar daripada pemasukan→ dehidrasi
Dehidrasi→ penurunan volume dan peningkatan osmolaritas→ memicu osmoreseptor pada hipotalamus→ rasa haus
Ginjal→ menghemat pengeluaran air
Mekanisme→ countercurrent dan pelepasan vasopresin→ mengatur osmolaritas
hiponatremia
Penurunan konsentrasi ion Na+ akibat kehilangan NaCl dari CES ataupun kelebihan konsentrasi cairan di CES→ hiponatremia
Hiponatremia→ edema otak→ kejang, koma, kerusakan otak permanen, bahkan kematian
imbangan garam
Volume CES→ menjaga tekanan darah
Regulasi tekanan darah→ jangka pendek dan panjang
Jangka Pendek
Baroreseptor→ cardiac output dan total resistensi perifer (total peripheral resistance)
Pertukaran cairan→ gaya starling
Jangka panjang
Imbangan garam
imbangan kalium
Ion kalium→ kation terbanyak di dalam CIS
Konsentrasi ion kalium penting untuk dipertahankan
Peningkatan kadar kalium (hiperkalemia)--> menstimulasi sel korteks adrenal untuk memicu sekresi hormon aldosteron
Penurunan kalium di CES→ membran potensial istirahat menjadi lebih negatif
Peningkatan kalium→ ion kalium banyak di dalam→ depolarisasi→ aritmia jantung
SIADH
definisi
Syndrome of Inappropriate Antidiuretic Hormone Secretion (SIADH) -> gangguan endokrin -> sekresi hormon antidiuretik (ADH) -> berlebihan -> kelenjar hipofisis posterior -> menyebabkan retensi air tidak terkontrol -> hiponatremia, volume plasma meningkat, osmolalitas serum menurun.
etiologi dan klasifikasi
SIADH Primer/Idiopatik -> tanpa penyebab yang jelas -> ditemukan pada pasien lansia yang tidak memiliki penyakit penyerta yang diketahui -> disfungsi regulasi ADH biasanya menjadi penyebab utama.
SIADH Sekunder -> kondisi medis seperti neoplasma, penyakit paru, atau gangguan neurologis.
sekuunder
Pulmonal -> Pneumonia, infeksi paru dapat menyebabkan iritasi pada jaringan paru dan memicu pelepasan ADH.
Neoplastic -> Tumor Ekstrapulmonal, kanker seperti pankreas, limfoma, atau tiroid dapat merangsang sekresi ADH oleh jaringan normal.
Neurologis -> trauma kepala, cedera otak -> mengganggu fungsi hipotalamus, yang memproduksi ADH.
faktor risiko
Usia lanjut -> lebih berisiko terkena SIADH -> apalagi memiliki penyakit kronis atau sedang mengonsumsi obat-obatan yang mempengaruhi keseimbangan cairan dan elektrolit.
Kanker Paru-paru dan Penyakit Paru -> pasien dengan SCLC, fibrosis paru, dan bronkitis kronis lebih berisiko terkena SIADH karena hipoksia paru yang memicu sekresi ADH.
Gangguan neurologis -> cedera otak, tumor otak, atau gangguan neurologis lainnya -> meningkatkan risiko terganggunya regulasi ADH.
Penggunaan obat-obatan -> obat-obatan yang mengganggu metabolisme cairan-elektrolit -> antidepresan, antipsikotik, dan kemoterapi -> meningkatkan risiko SIADH.
patofisiologi
Peningkatan Sekresi ADH:
SIADH terjadi ketika terdapat peningkatan sekresi ADH yang tidak sesuai dengan kebutuhan fisiologis. Ini bisa disebabkan oleh berbagai faktor, seperti tumor (misalnya, kanker paru), infeksi, atau penyakit paru-paru.
Reabsorpsi Air Berlebihan:
ADH yang berlebihan menyebabkan ginjal menyerap lebih banyak air dari filtrat urin. Ini mengakibatkan penurunan volume urin dan peningkatan konsentrasi urin.
Dampak pada Keseimbangan Elektrolit:
Dengan meningkatnya reabsorpsi air, terjadi pengenceran plasma yang mengakibatkan hiponatremia (kadar natrium rendah dalam darah). Ini disebabkan oleh pengenceran natrium akibat peningkatan volume cairan.
alur diagnosis
Hipo-osmolalitas:
Osmolalitas plasma <275 mOsm/kg,
plasma hiperosmolar <- hiperglikemia, hipoproteinemia, atau hiperlipidemia.
Kepekatan natrium plasma <135 mEq/ L)
Natrium hanya terlarut dalam air.
Kadar protein/lemak tinggi menurunkan komposisi air pada serum -> penurunan natrium = pseudohiponatremia.
Osmolalitas air kemih >100 mOsm/kg,
Volume Cairan Tubuh Normal Atau Euvolemia,
Kadar natrium air kemih >40 mEq/L,
pf
Penilaian status volume:
a. Pemeriksaan turgor kulit
mencubit kulit ibu jari/telunjuk
Buruk -> lambat
SIADH: baik.
b. Tekanan darah
normal.
c. Selaput lendir
lembab.
Neurologis:
a. Glasgow Coma Scale (GCS)
menilai kesadaran pasien.
SIADH: penurunan kesadaran.
b. Mental status
menilai kognitif pasien
orientasi waktu, tempat, orang.
c. Tendon reflexes
kejang atau spasme otot
penunjang
fungsi ginjal
kreatinin
hasil akhir metabolisme kreatinin dikeluarkan ginjal.
Kadar serum=fungsi ginjal
Normal:
Dewasa: 0,8-1,2 mg/dL
keseimbangan asam basa
pH ideal 7.38 - 7.42
Sistem tubuh manusia sensitif terhadap pH
Jika terjadi ketidakseimbangan
Asidosis (pH rendah) → hipoeksitabilitas → penurunan sistem saraf pusat → kebingungan, disorientasi, koma
Alkalosis (pH tinggi) → hipereksitabilitas → kesemutan, kontraksi otot terus menerus (tetanus)
Dipertahankan melalui sistem respiratorik dan metabolik (ginjal)
siadh
ADH dapat menstimulasi sekresi H+ pada H+-ATPase sel interkalasi A ginjal
Pada SIADH
Tidak ditemukan gangguan asam basa
Serum bikarbonat dalam kadar normal
hiponatremia
definisi
berkurangnya kadar natrium di dalam darah hingga berada di bawah batas normal.
Normal natrium : 135-145 mmol/L; hiponatremia : < 135 mmol/L
Hiponatremia → kelainan elektrolit karena kelebihan total air tubuh > total kadar natrium tubuh
etiologi dan klasifikasi
Hiponatremia Isotonik
Kadar natrium serum < 135 mEq/L namun osmolalitas normal pada 280-300 mOsm/kg
Pseudohyponatremia → ada peningkatan komponen yang tidak larut dalam plasma → hiperlipidemia dan hiperproteinemia
Hiponatremia Hipotonik
Hiponatremia paling umum
Berkaitan dengan kelebihan air dalam tubuh
Osmolalitas serum < 280 mOsm/kg
Diklasifikasikan berdasarkan status volume : hipovolemik, euvolemik, dan hipervolemik
Hiponatremia hipovolemik
kadar natrium dalam darah turun (<135 mEq/L) disertai penurunan volume cairan tubuh (hipovolemia), biasanya disebabkan oleh muntah, diare, penggunaan diuretik, perdarahan, atau insufisiensi adrenal.
Hiponatremia Hipertonik
kadar natrium rendah dan osmolalitas serum meningkat lebih dari 300 mOsm/kg
zat lain dalam darah yang menarik air dari dalam sel ke ruang ekstraseluler, sehingga menyebabkan penurunan relatif konsentrasi natrium dalam plasma
Etiologi penyebab hiponatremia hipertonik antara lain hiperglikemia dan mannitol.
patofisiologi
Hiponatremia disebabkan oleh ketidakseimbangan masukan air dan ekskresi air→ mempengaruhi osmolalitas plasma
Secara normal→ osmolalitas plasma 275 mOsm/kg-290 mOsm/kg
Osmolalitas lebih dari 290 mOsm/kg→ aktivasi pusat haus→ masukan air meningkat
Osmolalitas kurang dari 275 mOsm/kg→ eksresi air ditingkatkan
pemicu
Hiponatremia hipotonik → merupakan hiponatremia dengan osmolalitas plasma dibawah 275 mOsm/kg.
Hiponatremia hipotonik disebabkan oleh gangguan ekskresi air→ mengakibatkan kadar ion natrium < kadar air tubuh
Gangguan ekskresi air dapat disebabkan oleh
Overhidrasi (minum air lebih dari 18 L/hari atau 750 ml/jam)
Gangguan sekresi ADH→ SIADH dan defisiensi kortisol
Athallah Noufal Mubarak (2206046986)