Senja Di Pelabuhan Kecil
Karya: Chairil Anwar
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut.
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini, tanah, air, tidur, hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan menyisir semenanjung, masih pengap harap Sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.
Struktur Ektrinsik
Unsur sosial
Pada saat itu, Indonesia berada dalam transisi dari penjajahan menuju kemerdekaan, yang mempengaruhi banyak aspek kehidupan, termasuk seni dan sastra. Puisi ini dapat dipandang sebagai cerminan dari perasaan individual di tengah-tengah perubahan sosial yang besar.
Unsur nilai
Nilai Kehidupan: Puisi ini mengekspresikan kesepian, ketidakpastian, dan kefanaan hidup, mencerminkan pandangan Chairil Anwar terhadap perjalanan hidup yang penuh tantangan.
Unsur biografi
Penyair Indonesia Chairil Anwar termasuk dalam "Generasi 1945" pengarang. Dia diperkirakan telah menghasilkan total 96 buah, termasuk 70 puisi terpisah. Anwar lahir dan besar di Medan, Sumatera Utara, kemudian pada tahun 1940, ia dan ibunya pindah ke Batavia, di mana ia mulai terjun ke dunia sastra lokal.
Struktur Instriksik
Unsur fisik
Rima
(Cinta, Cerita) (Berlaut, Berpaut) (Elang, Berenang)
Imaji
"Kapal, perahu tiada berlaut" menciptakan gambaran visual tentang kapal dan perahu yang diam di pelabuhan, tanpa aktivitas.
-
-
Gaya bahasa
Metafora: Perahu tanpa laut sebagai simbol kehilangan arah.
Personifikasi: Alam digambarkan seolah hidup, seperti "gerimis mempercepat kelam."
Diksi
Kelam: Gelap
tiada berlaut: kehilangan tujuan atau arah,
Hilang ombak: ketenangan yang kosong dan ketiadaan dinamika
-
-