Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
Tuberkulosis, Sistem Komplemen, Makrofag memiliki lisosom yang akan…
Tuberkulosis
Metode Diagnosis TB
Pemeriksaan TCM
Uji tes cepat molekular (TCM) dapat mengidentifikasi MTB dan secara bersamaan
melakukan uji kepekaan obat dengan mendeteksi materi genetik yang mewakili resistensi tersebut.
Metode molekuler dapat mendeteksi M.TB dan membedakannya dengan Non-Tuberculous Mycobacteria (NTM)
Mampu mendeteksi mutasi pada gen yang berperan dalam mekanisme kerja obat antituberkulosis lini 1 dan lini 2
Pemeriksaan Bakteriologi
Bahan Pemeriksaan
dahak, cairan pleura,liquor cerebrospinal, bilasan bronkus, bilasan lambung, kurasan bronkoalveolar (bronchoalveolar lavage/BAL), urin, feses, dan jaringan biopsi (termasuk biopsi jarum halus/BJH
Jenis Pemeriksaan secara Bakteriologi
Mikroskopis
Mikroskopis fluoresens : pewarnaan auramin-rhodamin
Mikroskopis biasa : pewarnaan Ziehl-Nielsen
Biakan
Media padat (Lowenstein-Jensen).
Media cair (Mycobacteria Growth Indicator Tube/MGIT)
Pemeriksaan Tuberkulin/ Mantoux test
Merupakan pemeriksaan penunjang utama untuk membantu menegakkan diagnosis TB pada anak dengan membuktikan adanya infeksi.
Pemeriksaan Interferon Gamma Release Assay (IGRA)
Dapat membedakan infeksi TB alamiah dengan BCG dan infeksi TB dengan mikobakterium atipik
IGRA tetap tidak dapat membedakan antara sakit TB atau hanya terinfeksi TB
Pemeriksaan Histopatologi (PA/Patologi Anatomi)
Dilakukan untuk membantu menegakkan diagnosis TB
Pemeriksaan Foto Toraks
Alur Diagnosis TB
Diagnosis TB Ekstra Paru
Diagnosis TB Resistan Obat (TB-RO)
pasien yang memiliki risiko tinggi resistan terhadap OAT → pasien yang mempunyai gejala TB yang memiliki riwayat satu atau lebih
Strategi diagnosis TB-RO
Tes genotipik
Menggunakan Xpert MTB/RIF atau lebih dikenal dengan tes cepat molekuler (TCM); Menggunakan line probe assay (LPA)
Metode fenotipik
Menggunakan media padat (Lowenstein Jensen / LJ) atau media cair (mycobacteria growth indicator tube / MGIT). Saat ini, program TB menggunakan paket standar uji kepekaan yang menguji 5 (lima)
NH (dosis rendah dan dosis tinggi)
Ofloksasin / Levofloksasin
Kanamisin
Kapreomisin
Moksifloksasin (dosis rendah dan dosis tinggi)
Penegakkan diagnosis TB-RO
dilakukan dengan pemeriksaan TCM pada kondisi dimana pemeriksaan TCM tidak memungkinkan
dilakukan dengan pemeriksaan mikroskopis.
Diagnosis TB Anak
Penularan
menular dari manusia ke manusia lain lewat udara melalui percik renik atau droplet nucleus (<5 microns) yang keluar ketika seorang yang terinfeksi TB paru atau TB laring batuk, bersin, atau bicara.
Percik renik → partikel kecil berdiameter 1-5 μm → dapat menampung 1-5 basilli, & bersifat sangat infeksius → dapat bertahan di dalam udara sampai 4 jam
3 Faktor Penentu Transmisi M.TB
Konsentrasi organisme dalam udara → ditentukan oleh volume ruang dan ventilasi
Lama seseorang menghirup udara terkontaminasi.
Jumlah organisme yang keluar ke udara.
Bakteri TBC tidak menular melalui perlengkapan sehari-hari pasien TBC
Paling infeksius : penularan dari pasien dengan pemeriksaan sputum +
Tidak terlalu infeksius : penularan dari pasien dengan pemeriksaan sputum –
Tidak infeksius : penularan dari pasien TB laten → bakteri yang menginfeksi mereka tidak bereplikasi dan tidak dapat melakukan transmisi ke organisme lain.
Kondisi Imun juga mempengaruhi Pada proses paparan berkembang menjadi penyakit TB aktif
Sistem imun normal
90% Tidak akan berkembang menjadi penyakit TB
10% Berkembang menjadi penyakit TB aktif (setengah kasus terjadi segera setelah terinfeksi dan setengahnya terjadi di kemudian hari)
Kondisi imun buruk
Rentan mengalami penyakit TB aktif dibanding orang dengan kondisi sistem imun yang normal
Pencegahan
Memakai masker bagi penderita TB Mencuci tangan Menghindari kontak dekat dengan pasien TBC Makan makanan yang bergizi untuk meningkatkan daya tahan tubuh Menjaga sirkulasi udara yang baik → membuka pintu & jendela tiap pagi agar mendapatkan cukup sinar matahari dan udara segar Mendapatkan vaksin BCG untuk menghindari TB berat (meningitis dan milier) Pada anak dengan HIV → vaksin BCG tidak boleh karena dikhawatirkan menimbulkan BCG-itis diseminata. Jika Ibu positif HIV dan telah dilakukan PMTCT, vaksin dapat diberikan Tidak membuang dahak atau meludah di sembarang tempat
Vaksin BCG
TPT (Terapi Pencegahan TB)
Penyebab dan Gejala Klinis
Mycobacterium africanum
Mycobacterium microti
Mycobacterium bovis
Mycobacterium cannettii
Mycobacterium tuberculosis
Bakteri yang paling sering ditemukan, dan menular antar manusia melalui rute udara. Tidak ditemukan hewan yang berperan sebagai agen penularan M. tuberculosis.
Gejala Utama
Batuk ≥ 2 minggu
Batuk berdahak ≥ 2 minggu
Batuk berdahak dapat bercampur darah (hemoptisis)
Dapat disertai nyeri dada
Sesak napas (dispnea)
Gejala tambahan
Badan lemas
Penurunan nafsu makan
Penurunan berat badan yang tidak disengaja
Malaise
Berkeringat di malam hari tanpa kegiatan fisik
Demam subfebris ≥ 1 bulan
Menggigil
Klasifikasi
Riwayat Pengobatan Sebelumnya
Kasus yang Pernah Diobati TB
Kasus Putus Obat
Lain-lain
Kasus Pengobatan Gagal
Kasus Kambuh
Kasus Baru TB
Hasil Uji Kepekaan obat
TB Sensitif Obat
(TB-SO)
TB Resisten Obat
(TB-RO)
Resisten Rifampisin (TB RR)
Resisten terhadap Rifampisin dengan/tanpa resistensi terhadap OAT lain
Multi Drug Resistant (TB MDR)
Resisten terhadap Isoniazid & Rifampisin secara bersamaan, dengan/tanpa diikuti resistensi OAT lini pertama lainnya
Monoresisten
Resisten terhadap salah satu jenis OAT lini pertama
Pre Extensively Drug Resistant (TB Pre-XDR)
Memenuhi kriteria TB MDR dan resisten terhadap min. 1 golongan Fluoroquinolone
Extensively Drug Resistant (TB XDR)
TB MDR sekaligus resisten terhadap salah satu OAT gol. Fluoroquinolone & OAT grup A
Poliresisten
Resisten terhadap >1 jenis OAT lini pertama, selain Isoniazid (H) & Rifampisin (R) secara bersamaan
Lokasi Anatomis
Tuberkulosis Ekstraparu
organ selain paru
Tuberkulosis Paru
parenkim (jaringan) paru atau trakeo bronkial
Patofisiologi
Pada Anak
TB primer
biasanya terjadi pada masa anak, sering diartikan sebagai TB anak.
Setelah terinfeksi, anak-anak memiliki risiko lebih tinggi untuk berkembang menjadi active disease,
penyebaran penyakit di luar paru, dan kematian → tingginya angka TB progresif pada anak kecil
Sebagian besar karena
immaturity dari respons imun
Immaturity respons imun
↓ Makrovag alveolar
(pertahanan pertama respon imun terhadap TB)
Gangguan pertahanan paru
Bakteri mengalahkan sistem imun bawaan sebelum respon imun antigen specific
Antigen presentation oleh sel dendritik (DC), Antigen-Presenting Cell (APC) di paru-paru, & naive T cells, kurang efektif dalam merespon antigen
keterlambatan dalam inisiasi respon antigen spesifik
Sel CD4 neonatus secara intrinsik kurang efektif dalam ekspresikan fungsi efektor Th1
respons IFN-γ yang sangat terbatas
sulit mengeliminasi bakteri Mycobacterium tuberculosis
TB aktif.
Tahap pajanan dengan M. tuberculosis
M. tuberculosis (<5 µm) dalam droplet akan terhirup dan dapat mencapai alveolus
Dihancurkan seluruhnya oleh mekanisme imunologis non-spesifik
Jika berhasil
M. tuberculosis dapat dihancurkan
Jika tidak berhasil
Fagositosis oleh makrofag di alveolus
(pertahanan pertama respon imun terhadap TB)
Jika tidak berhasil
≥90% M. tuberculosis dapat dieliminasi seluruhnya
1 more item...
immaturity respons imun pada anak
Jika tidak berhasil
<10% M. tuberculosis berkembang dalam makrofag → lisis makrofag
1 more item...
Tahap Infeksi
Waktu masuknya bakteri TB hingga terbentuknya kompleks primer → masa inkubasi. Bervariasi selama 2-12 minggu, biasanya berlangsung selama 4-8 minggu.
Tahap sakit TBC (TBC aktif)
Pada Dewasa
1
Droplet nuklei (percik renik) yang mengandung basil tuberkulosis dihirup, masuk ke paru-paru, dan berjalan ke alveoli.
Tubercle bacilli bermultiplikasi di alveolus.
Sejumlah kecil kuman tuberkulosis bisa masuk ke dalam aliran darah dan menyebar ke seluruh tubuh seperti otak, tenggorokan, kelenjar getah bening, paru-paru, tulang belakang, tulang, atau ginjal.
2
Dalam waktu 2 sampai 8 minggu, makrofag memfagositosis dan mengelilingi basil tuberkel dan membentuk cangkang penghalang, disebut granuloma, yang mengendalikan bakteri → laten TBC
3
Jika sistem kekebalan tubuh tidak dapat mempertahankan bakteri di bawah kontrol
Granuloma Pecah
Bakteri berkembang biak dengan cepat dan menyebar
Proses ini dapat terjadi di berbagai daerah di tubuh seperti paru-paru, ginjal, otak, atau tulang
Makrofag Bisa Memfagositosis Bakteri M. TB
Makrofag adalah sel fagositik yang tersedia dengan mudah dan melawan banyak patogen tanpa memerlukan paparan sebelumnya terhadap patogen.
Reseptor Makrofag
Lipoarabinomannan mycobacterial merupakan ligan kunci untuk reseptor makrofag -> makrofag dapat berikatan dengan bakteri dan memfagositosis bakteri
fagositosis
Setelah diambil oleh makrofag, mycobacteria terus berkembang biak secara perlahan, dengan pembelahan sel bakteri terjadi setiap 25 hingga 32 jam.
Kontrol infeksi gagal?
Infeksi primer progresif
Kontrol infeksi berhasil?
Infeksi laten
Respon Imun pada proses Infeksi
Bakteri menghambat lisosom dan proses fagositosis sehingga tetap berkembang
Makrofag akan memproduksi enzim proteolitik dan sitokin untuk mengurai bakteri.
Sitokin yang dilepaskan menarik limfosit T ke lokasi, yaitu sel-sel yang membentuk imunitas seluler.
makrofag mengekspos antigen mycobacterial pada permukaan mereka kepada sel T. Sel T melepas sitokin.
2 hingga 12 minggu
Bakteri akan terus bereplikasi hingga memicu respons imunitas seluler, yang dapat terdeteksi melalui tes kulit.
Pasien Kekebalan Imun Terganggu
Pembentukan granuloma berhasil
pembentukan granuloma di sekitar organisme M. tuberculosis. → Lesi nodul akibat sel T dan makrofag teraktivasi menumpuk
Makrofag hancur, dan membentuk nekrosis padat ditengah lesi.
Nekrosis menjadi nekrosis kaseosa
Lesi mengalami fibrosis dan terkalsifikasi
1 more item...
Pasien Kekebalan Imun Utuh
pembentukan granuloma di sekitar organisme M. tuberculosis. → Lesi nodul akibat sel T dan makrofag teraktivasi menumpuk
Makrofag hancur, dan membentuk nekrosis padat di tengah lesi.
Bakteri tidak dapat menyebar namun tetap hidup (beradaptasi dengan mengubah regulasi protein)
Proses: 2-3 minggu
Nekrosis menjadi nekrosis kaseosa (menyerupai keju lunak, ditandai dengan kadar oksigen yang rendah, pH rendah, dan nutrisi terbatas.
1 more item...
TB Pasca Primer/Tipe Dewasa/Infeksi Sekunder
Terjadi setelah
Periode laten
durasi bulanan - tahunan setelah
Infeksi primer
Karakteristik
Terdapat kavitas pada lobus atas paru
Kerusakan paru yang luas
Adanya lesi infiltrat pada foto toraks
Penyebab
Reaktivasi bakteri laten
Reinfeksi bakteri TB dari luar
merupakan
Pola penyakit yang terjadi pada host yang sebelumnya pernah tersensitisasi bakteri TB
Biasanya mempengaruhi
Parenkim (jaringan) paru
Juga melibatkan organ tubuh lain
Reaktivasi bakteri dorman
Bermultiplikasi secara ekstraseluler
Respons inflamasi
Granuloma kaseosa
Menyebar secara lokal (apex paru)
Terbentuk rongga di paru-paru
1 more item...
Reinfeksi akibat terpajan kembali oleh M.tuberculosis
Infeksi secara lokal (apex lobus atas paru)
imunosupresi berat
Diseminasi
TB Milier
Atau
Tatalaksana Pengobatan TB Sensitif Obat
Pada Dewasa
Pada Anak
Mekanisme, Indikasi, Dosis, Farmakokinetika, ESO, Interaksi Obat Antituberkulosis
Sistem Komplemen
Protein komplemen C3 mengikat dinding sel dan meningkatkan pengenalan mycobacteria oleh makrofag. Opsonisasi oleh C3 berlangsung cepat.
Makrofag memiliki lisosom yang akan memecah bakteri
Sitokin IL 1, IL-6, TnF alpha
Muhammad Nico Fadhil 2106636243