Design Thinking dapat digunakan oleh pendidik, siswa, dan staf untuk secara kolaboratif merancang dan mengimplementasikan solusi yang berdampak positif pada kesejahteraan siswa. Misalnya, melalui tahap empati dalam Design Thinking, para pendidik dapat lebih memahami kebutuhan emosional, sosial, dan akademis siswa. Kemudian, melalui proses ideasi dan prototiping, mereka dapat mengembangkan dan menguji inisiatif seperti program dukungan emosional, ruang kelas yang ramah, atau kegiatan ekstrakurikuler yang menyeimbangkan antara pembelajaran dan kesejahteraan. Dengan pendekatan iteratif yang khas dari Design Thinking, sekolah dapat terus mengadaptasi dan menyempurnakan strategi untuk memastikan bahwa kebutuhan kesejahteraan siswa selalu terpenuhi. Akhirnya, penerapan Design Thinking dalam konteks ini tidak hanya meningkatkan kesejahteraan siswa tetapi juga menciptakan budaya sekolah yang lebih inklusif, responsif, dan inovatif.