Konflik bermula dari program transmigrasi yang diadakan oleh pemerintah, ketika warga asal Bali masuk ke Lampung dan ditempatkan di Lampung Selatan. Dimana mereka pun mendirikan perkampungan Balinuraga, Baliagung, dan Balinapal.
Namun, konflik mencuat setelah 10 pemuda dari Desa Balinuraga yang sedang bersepeda tidak sengaja menyerempet pengendara motor yang sedang dinaiki oleh dua orang gadis. Kedua gadis, yang berasal dari Desa Agom, Lampung Selatan, pun terjatuh dari motor yang kemudian dibantu oleh warga Desa Balinuraga tersebut.
Ketika sedang menolong, para pemuda ini harus menyentuh kedua gadis yang justru menimbulkan kesalahpahaman, dimana para pemuda tersebut dianggap melakukan pelecehan oleh warga sekitar.
Buntut dari kesalahpahaman tersebut, warga Balinuraga pun didatangi oleh sekitar 50 orang dari Desa Agom yang membawa senjata tajam. Lalu, diikuti dengan penyerangan yang dilakukan oleh lebih dari 500 warga Desa Agom dan dilanjuti dengan pembalasan antar Desa, sehingga memicu sebuah kerusuhan.