Please enable JavaScript.

Coggle requires JavaScript to display documents.

Influenza, Live Attenuated Influenza Vaccine (LAIV), Muhammad Nico Fadhil …

- - - - hemagglutinin dan neuraminidase
        
        memediasi pemasukan dan pelepasan virus
    - - membentuk lapisan dalam envelope
    - - proton ion chanel yang memediasi asidifikasi virus
- - - - tetapi dapat dipecah sesuai garis keturunan
        
        keturunan B/Yamagata atau B/Victoria
- - - - Mengidentifikasi keberadaan RNA/asam nukleat
      - Beberapa uji dapat membedakan jenis virus influenza
      - Sensitivitas dan spesifitas tinggi
      - Hasil didapatkan setelah 45 menit
    - - Deteksi antigen dengan mikroskop fluoresen
      - Membutuhkan waktu 2-4 jam
      - Sensitivitas sedang dan spesifitas tinggi
      - Dapat mendeteksi influenza A dan B
    - - Mendeteksi antigen virus
      - Membutuhkan waktu 10-15 menti
      - Sensitivitas 50-70%
      - Tidak dapat mendeteksi replikasi virus yang sedang berlangsung
    - - Bukan untuk tatalaksana klinis
      - Hasil kultur jaringan pada vial cangkang memerlukan 1-3 hari
      - Hasil kultur jaringan tradisional memerlukan 3-10 hari
      - Kultur virus memungkinkan dilakukannya karakterisasi antigenik dan genetik virus influenza ekstensif
    - - Mendeteksi asam nukleat virus pada pernapasan atas
        Sensitivitas 90-95%
- - - - Zanamivir
        
        Untuk anak >7 tahun
      - Peramivir
        
        Untuk anak >6 bulan
      - Oseltamivir
        
        Untuk bayi 3 bulan - 1 tahun, oseltamivir hanya untuk kemoprofilaksis
      - Baloxavir
        
        Untuk anak 5-12 tahun tanpa penyakit kronis
        Untuk semua anak >12 tahun
- - - - fungsi pengikatan dan fusogenik
      - Mempengaruhi transmisi dengan mengontrol lokasi anatomi replikasi virus afinitasnya terhadap reseptor
      - Replikasi di upper airway
    - - mengontrol langsung tingkat replikasi vRNA
    - - Berperan dalam virulensi infeksi virus influenza primer dan dalam mempromosikan infeksi bakteri sekunder;
      - induksi apoptosis
    - - Mencegah aktivasi faktor transkripsi yang menginduksi IFN-β dengan menghambat pengenalan (pathogen-associated molecular pattern (PAMPs) influenza melalui retinoid-inducible gene–1 (RIG-I)
    - - Dapat melepaskan ikatan antara HA dengan residu asam sialat → virus terbebas
- - - - Replikasi protein PB1 dan NS1 terjadi di dalam sel inang.
        
        PB1-F2 menyebabkan sitotoksisitas dan mempromosikan respon inflamasi.
        
        Protein NS1 memodulasi jalur imun bawaan.
        
        Efek pada sel paru-paru termasuk kerusakan epitelial, peningkatan reseptor, dan penurunan jumlah makrofag.
        
        RNA virus mengaktifkan Toll-like receptor (TLRs).
        
        Aktivasi TLR menghasilkan aktivasi IRF, meningkatkan transkripsi IFN-α/β.
        
        1 more item...
- - - - Inactivated Influenza Vaccine (IIV)
        
        Quadrivalent (+ strain IBV)
        
        Trivalent (2 strain IAV, 1 strain IBV
      - Live Attenuated Influenza Vaccine (LAIV)
      - Recombinant Influenza Vaccine (RIV)
      - Injeksi suspensi
        
        Flubio (Trivalen)
        
        Dewasa: 0,5 mL
        Anak 6 bulan-17 tahun: 0,5 mL
        
        Vaxigrip Tetra (Kuadrivalen)
        
        Dewasa: 0,5 mL
        Anak 6 bulan-17 tahun: 0,5 mL
  - - - Amantadine, Rimantadine (M2 Inhibitor)
        
        Protein M2 berperan dalam mentransportasi ion H+ ke dalam bagian interior virion. Namun, jika protein M2 diblokade, ion H+ tidak dapat berpindah ke dalam, menghambat proses uncoating saat berada dalam endosom. Hal ini mengakibatkan gagalnya genom viral untuk dilepaskan dari proses uncoating, sehingga genom viral tidak dapat mengambil alih sel host dan melakukan replikasi.
        
        Amantadine
        
        Dewasa: 200 mg/hari (oral) dalam 1 atau 2 dosis terbagi
        
        Anak 9-12 th: 100 mg 2x/hari (oral)
        
        Geriatri >65 th: 100 mg/hari (oral)
        
        Rimantadine
        
        Profilaksis Influenza
        
        Dewasa: 100 mg 2x/hari (oral)
        
        Anak 1-9 th: 5 mg/kgBB/hari, maks 150 mg/hari (oral)
        
        Anak > 10 th: 100 mg 2x/hari (oral)
        
        Influenza A
        
        Dewasa: 100 mg 2x/hari (oral) selama 7 hari
      - Ribavirin (RNA Polymerase Inhibitors)
        
        Favipiravir diubah menjadi bentuk aktifnya melalui proses fosforilasi. Setelah itu, ia menjadi substrat untuk RNA-dependent RNA polymerase (RdRp). RdRp salah mengidentifikasi favipiravir sebagai nukleotida purin, yang mengakibatkan terhambatnya replikasi virus RNA. Karena RdRp adalah komponen esensial untuk replikasi virus RNA, penghambatannya akan mengganggu pembentukan RNA secara umum.
        
        Favipiravir
        
        3200 mg pada hari pertama (1600 mg 2 kali sehari)
        
        600 mg → maintenance dose (2 kali sehari) pada hari ke 2 – 5
      - Oseltamivir, Zanamivir, Peramivir (Neuraminidase inhibitor)
        
        Inhibitor neuraminidase menghambat aktivitas enzim virus yang merusak asam sialat pada membran sel, mencegah virus melepaskan diri dari sel inang. Hal ini mengakibatkan virus tetap menempel pada sel inang, tidak dapat menyebar ke sel lain, dan menghentikan penyebaran infeksi virus.
        
        Oseltamivir
        
        Profilaksis: 75 mg/PO dua kali sehari selama 10 hari
        
        Treatment: 75 mg/PO dua kali sehari selama 5 hari
    - - Simptomatik (analgesik, dekongestan dll),
        bed rest
        
        Batuk kering
        
        Antitusif
        
        Dextromethorphan
        
        Runny nose
        
        Antihistamin
        
        Cetirizine
        
        Hidung tersumbat
        
        Dekongestan
        
        Phenylephrine
        
        Batuk berdahak
        
        Mukolitik
        
        Bromhexine
        
        Demam
        
        Antipiretik
        
        Paracetamol
- - - - Biasanya terjadi pada anak-anak yang terinfeksi virus influenza tipe B. Gejalanya meliputi nyeri dan kelemahan otot.
    - - Infeksi virus influenza dapat memiliki efek serius pada hati dan otak, seperti penumpukan lemak di hati dan edema otak. Gejalanya termasuk muntah, letargi, dan bahkan koma. Sindrom ini lebih sering terjadi pada anak-anak yang diberi terapi aspirin.
    - - Komplikasi neurologis virus influenza terkait dengan infeksi virus pada neuron. Pada cairan serebrospinal (CSF) pasien dengan komplikasi neurologis, terjadi peningkatan sitokin dan antibodi anti-influenza. Kehadiran reseptor untuk virus flu burung dan virus influenza manusia pada neuron, astrosit, dan sel epitel di otak menunjukkan bahwa sel-sel ini rentan terhadap infeksi virus influenza.
    - - Infeksi virus pada saluran napas dapat menyebabkan respons inflamasi pada telinga tengah, yang menghasilkan edema dan penyempitan saluran Eustachius. Tekanan meningkat di telinga tengah bersamaan dengan penumpukan sekresi mukosa. Hal ini dapat menyebabkan kolonisasi patogen dan menyebabkan membran timpani menonjol dan merah, serta terjadinya cairan telinga purulen.
    - - Polineuritis idiopatik akut merupakan penyakit autoimun yang muncul setelah infeksi virus atau bakteri yang menyerang sistem saraf. Gejalanya meliputi mati rasa, kelemahan, dan nyeri pada kaki, tangan, dan anggota tubuh lainnya
  - - - primary influenza virus pneumonia
        
        Komplikasi parah dari influenza, ditularkan melalui droplet saat batuk, bersin, atau berbicara. Masa inkubasi sekitar 24-48 jam, yang bisa lebih cepat tanpa antiviral. Gejalanya muncul selama 5 hari pada orang dewasa sehat, tetapi bisa lebih lama pada anak-anak, individu dengan penyakit penyerta, dan lansia.
        
        Gejala klinis influenza meliputi batuk tanpa dahak yang bisa berlangsung berhari-hari hingga berminggu-minggu, sesak napas, mengi, mual, dan diare.
        
        Pasien dengan pneumonia influenza virus primer sering memerlukan ventilator atau oksigen. Tingkat mortalitas tinggi, tetapi dapat dikurangi dengan strategi perlindungan ventilasi yang optimal. Penggunaan antiviral dapat membantu memperbaiki kondisi pasien.
      - secondary
        bacterial pneumonia
        
        Infeksi bakteri pada paru-paru setelah infeksi virus influenza dapat meningkatkan risiko kematian, terutama jika disertai dengan infeksi pernapasan virus seperti influenza. Gejala yang umum adalah batuk dan demam. Faktor risiko termasuk usia ≥ 65 tahun, jenis kelamin laki-laki, hipertensi, penyakit paru-paru kronis, dan anemia.
        
        Disebabkan oleh streptococcus pneumoniae, Pseudomonas aeruginosa, Acinetobacter baumannii
- - - - Aktivasi kanal protein viral M2 memfasilitasi fusi membran dan pelepasan viral ribonucleoprotein (vRNP) ke dalam sitoplasma sel inang.
        
        vRNP memasuki inti sel dan mengalami transkripsi.
        
        Inti RNP baru terbentuk di sitoplasma dengan bantuan protein virus, HA, dan neuraminidase (NA) pada membran plasma.
        
        Virus melepaskan diri dari sel inang setelah NA mengklirkan SA, memungkinkan virus untuk menginfeksi sel lain.