Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
Ekstremitas yang Mendadak Lemah, Athallah Noufal Mubarak (2206046986) -…
Ekstremitas yang Mendadak Lemah
Etiologi Stroke
sistem iskemik
Aterosklerosis:
Pengerasan dan penyempitan arteri.
Disebabkan oleh penumpukan plak (lemak, kolesterol, dan zat lainnya).
Bekuan darah:
Terbentuk di jantung akibat denyut jantung tidak teratur (fibrilasi atrium).
Terbentuk di arteri yang memasok darah ke otak.
Penyebab lain (jarang terjadi):
Peradangan pada pembuluh darah (vaskulitis). Penyempitan arteri karotis di leher (stenosis karotis).
sistem hemoragik
Tekanan darah tinggi:
Faktor risiko utama stroke hemoragik.
Aneurisma:
Area lemah pada dinding pembuluh darah yang menonjol seperti balon.
Jika pecah, dapat menyebabkan stroke hemoragik
Malformasi arteriovenosa (AVM):
Hubungan abnormal antara arteri dan vena di otak.
Diagnosis stroke iskemik
kerja
Anamnesis dan Pemeriksaan Fisik gejala stroke iskemik cukup khas (onset tiba-tiba dan terdapat fokalitas, serta gangguan bicara)
o Anamnesis: faktor risiko stroke iskemik (hipertensi, diabetes melitus, fibrilasi atrium, kolesterol tinggi, merokok, hidup sedenter, riwayat keluarga, penyakit ginjal kronik, dan obstructive sleep apnea)
o Setelah di diagnosis maka dalam waktu kurang dari 60 menit harus dilakukan tata laksana
Pemeriksaan fisik:
· Pastikan ABC clear dan stabil
· Cek tanda-tanda vital
· Pemeriksaan neurologis National Institute of Health Stroke Scale (NIHSS) 11 kategori, skor 0-42. semakin tinggi angka, semakin buruk prognosis pasien
banding
vaskular
cerebral infarction
cerebral embolus
cerebral hemorhagge
non-vaskular
ensefalitis
migrain
dementia
Klasifikasi stroke iskemik
etiologi
trombotik
obstruksi pada arteri lokal akibat penumpukan plak-plak (trombus) dari penyakit inflamasi, seperti atherosklerosis atau penyakit noninflamasi, seperti dysplasia fibromuscular
Penyumbatan pembuluh darah besar → arteri karotis interna
Penyumbatan pembuluh darah kecil (disebut juga stroke lacunar) → arteri basilar
hipoksik
adanya hiperfusi atau hipoksemia jaringan.
Kondisi ini umumnya terjadi pada saat janin yang lahir dalam kondisi iskemia, syok septik, atau tenggelam
embolik
Emboli → penggumpalan darah dan debris
embolus-embolus bermigrasi dari ventrikel jantung ke pembuluh darah di otak → mengendap → vaskularisasi terhambat
Embolus tersebut biasanya berasal dari jantung yang disebabkan oleh penyakit, misalnya pada kasus atrial fibrillation.
bamford
TACS
Kelemahan unilateral (dan/atau defisit sensorik) pada wajah, lengan, dan tungkai
Hemianopia homonim
Disfungsi serebral yang lebih tinggi (disfasia, gangguan visuospatial)
PACS
Mirip dengan TACS dengan gejala yang lebih ringan
LACS
stroke subkortikal yang terjadi sekunder akibat penyakit pembuluh darah kecil.
Stroke sensorik murni
Stroke motor murni
Stroke sensori-motorik
Hemiparesis ataksik
POCS
Kelumpuhan saraf kranial dan defisit motorik/sensorik kontralateral
Defisit motorik/sensorik bilateral
Gangguan gerakan mata konjugasi (misalnya kelumpuhan tatapan horizontal)
Patofisiologi
stroke iskemik
Ischemia → penurunan ATP → disfungsi pompa natrium dan kalium → kadar laktat meningkat →kadar glutamat meningkat →berikatan dengan N-metil-D-aspartat (NMDA) dan α-amino-3-hydroxy-5-methyl–4-isonazolipropionid-acid (AMPA) → kalsium mudah masuk jaringan → Radikal bebas terbentuk → kematian sel
stroke hemoragik
Terjadi kerusakan kapiler darah → karena hipertensi
Terjadi aneurisma
Tersumbatnya pembuluh darah → protein plasma darah nekrosis → akumulasi
Terjadi juga pembentukan mikroaneurisma Charcot-Bouchard → herniasi dinding arteriol → rentan akan tekanan pembuluh darah → ruptur
Depresi
Penurunan neurogenesis/angiogenesis
BDNF penting untuk memelihara fungsi saraf & neuroplastisitas → PSD → BDNF turun
Kadar VEGF beragam → lebih rendah pada pasien yang suicidal → biomarker belum jelas
Disfungsi kekebalan tubuh →aktivitas HPA naik & sekresi serotonin turun → peningkatan sitokin proinflamasi IL-6, IL-1, IL-18
Aktivasi sumbu HPA
Glukokortikoid naik → aktifkan sitokin pada patogenesis PSD → PSD
Disfungsi neurotransmitter → serotonin, dopamin, NE turun → PSD
Glutamat tinggi
Faktor risiko
Hipertensi (tekanan darah tinggi):
Faktor risiko stroke yang paling umum.
Merusak pembuluh darah di otak.
Diabetes mellitus (kencing manis):
Merusak pembuluh darah di seluruh tubuh, termasuk otak.
Meningkatkan risiko pembekuan darah dan penyumbatan pembuluh darah
Merokok:
Merusak lapisan pembuluh darah.
Meningkatkan risiko pembekuan darah. Perokok pasif juga berisiko.
Epidemiologi
Stroke adalah penyebab kematian utama di Indonesia bagi penduduk >5 tahun (15,4% dari total kematian).
Tingkat kematian: 99 per 100.000 orang.
Disability-adjusted life years (DALYs): 685 per 100.000 orang.
Prevalensi stroke:
0,0017% di pedesaan
0,022% di perkotaan
0,5% di populasi dewasa Jakarta
0,8% secara keseluruhan
Klasifikasi stroke hemoragik
Intracerebral Haemorrhage (ICH) → ditandai dengan adanya pembuluh darah pecah, akumulasi abnormal darah pada parenkim otak yang → disebabkan hipertensi, gangguan pembuluh darah, penggunaan antikoagulan, dan agen trombolitik berlebihan.
Subarachnoid Haemorrhage (SAH) → ditandai dengan pembuluh darah pecah dan akumulasi abnormal darah pada ruang subaraknoid yang disebabkan cedera kepala atau aneurisma cerebral.
Pemeriksaan
neurologis
Tujuan -> mengevaluasi fungsi motorik dan sensorik dari pasien.
Komponen penilaian
pemeriksaan saraf kranial
N. I
Pasien diminta mengidentifikasi perbedaan bau yang dihidu dengan menutup mata.
Kehilangan kemampuan untuk membedakan bau
N. II
Penilaian ketajaman penglihatan (Tes Snellen), pemeriksaan lapang pandang, inspeksi bentuk, ukuran serta refleks pupil menggunakan cahaya senter
Penurunan visus atau lapang pandang
fungsi motorik
fungsi sensorik
gaya berjalan
Verbal
tingkat kesadaran
penunjang
NIHSS
ringan (1-5)
sedang (5-14)
berat (15-24)
sangat berat (>25).
MRI
MRI merupakan teknik pencitraan dengan menggunakan medan magnet dan gelombang radio
MRI -> menunjukkan kontras yang tinggi antara jaringan lunak pada organ tubuh
Lebih sensitif dan lebih spesifik dibandingkan CT scan -> mengidentifikasi lokasi dan ukuran infark
CT scan
CT scan-> melihat vaskularisasi, perdarahan, neoplasma dan abses Stroke
iskemik ->
area infark hipodens
Batas infark tidak tegas
Sulit diferensiasi antara substansia alba dan grisea
penipisan sulkus
Stroke hemoragik -> lesi hiperdens dan batas tegas
fisik
be fast
Gangguan keseimbangan
Gangguan penglihatan
facial droop
Kelemahan lengan
Gangguan bicara
time to seek medical help
Tata laksana
farmakologis
Pemberian IV rtPA (Alteplase) dosis 0,6-0,9 mg/kg BB
non-farmakologis
rehabilitasi
Terapi bicara
Terapi Fisik
Terapi okupasional
prevensi
Menjaga tekanan darah aman
perubahan gaya hidup
Memenuhi kebutuhan kalori, protein, dan vitamin
Pengobatan antihipertensi
Pengecekan gula darah dan tekanan darah
Vaskularisasi
otak
Arteri Cerebri Anterior (ACA) → mensuplai darah ke arah lateral lobus frontal dan parietal
Arteri Cerebri Medial (ACM) → memperdarahi lobus bagian temporal
Arteri Cerebri Posterior (ACP) → mensuplai darah ke lobus occipital.
Depresi
etiologi dan faktor risiko
Usia
Kelompok usia 18–25 tahun dan 26–45 tahun menunjukkan risiko lebih tinggi dibandingkan dengan kelompok usia 46–65 tahun, menandakan puncak risiko depresi pada masa remaja dan dewasa muda
Kehamilan dan persalinan
Peningkatan hormon yang fluktuatif
Baby blues
Suami juga bisa depresi karena persalinan
Genetik
Gen sistem serotonin (5-HT)
epidemiologi
Secara global, prevalensi depresi adalah 3,8%,
Peningkatan prevalensi juga tercatat selama pandemi COVID-19.
Lebih dari 300 juta orang dan menjadi penyebab mayoritas kasus bunuh diri setiap tahun.
Lebih umum pada perempuan dibandingkan laki-laki,
Di Indonesia, prevalensi depresi adalah 3,7% berdasarkan data IFLS 2019, tetapi responden yang melaporkan gejala depresi mencapai 23,47%.
Tata laksana
farmakologi
Sertraline: Ingat ini specific condition karena pasien stroke, hipertensi, dan diabetes sehingga HARUS menurunkan dari dosis terendah (12,5 ke 6,25mg/hari)
Evaluasi selama 2 minggu melalui EKG. Apabila tidak ada aritmia/hipotensi ortostatik (tidak ada pemanjangan interval QT) dan depresi belum membaik. Boleh dinaikan sesuai dengan faktor penyesuaian
TCA
amirtryptylin, 25-75mg per hari
SNRi
duloxentine, 30-60mg per hari
non farmakologi
Cognitive Behavioral Theraphy: Paling banyak digunakan
pengidentifikasian dan mengubah pola pikir negatif serta perilaku yang dapat memperburuk kondisi depresi. Dengan mengajarkan pasien cara mengenali pikiran negatif dan menggantinya dengan yang lebih positif dan realistis
Interpersonal Therapy IPT
memahami dan mengatasi masalah dalam hubungan yang mungkin berkontribusi terhadap depresi
Latihan fisik
Aktivitas fisik, seperti berjalan, berlari, atau yoga, dapat meningkatkan pelepasan endorfin, yang sering disebut sebagai hormon baik. Saran: Areobik 30 menit (2-3x seminggu)
Meditasi
meningkatkan kesadaran saat ini dan menerima pengalaman tanpa penghakiman.
Athallah Noufal Mubarak (2206046986)