Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
Orang-orang Cina Berontak, Perlawanan Pangeran Mangkubumi dan Mas Said,…
Orang-orang Cina Berontak
Kebijakan VOC
terhadap Cina
Banyak di antara mereka termasuk golongan miskin, yang kemudian menjadi pengemis bahkan ada yang menjadi pencuri. Hal tersebut tentu sangat menganggu kenyamanan dan keamanan kota Batavia. Sehingga VOC mengeluarkan kebijakan membatasi imigran Cina, dengan syarat orang Cina yang bermukim di Batavia harus memiliki surat pas atau permissiebriefies. Apabila tidak memiliki surat tersebut. Maka akan ditangkap dan dibuang ke Sailon (Sri Lanka) atau akan dikembalikan ke Cina. Mereka diberi waktu enam bulan untuk mendapatkan surat izin tersebur dengan biaya dua ringgit (Rds.2,-) per orang.
Penyebab Orang
Cina Berontak
VOC membuat kebijakan untuk orang Cina dengan membuat surat izin atau yang biasa disebur permissiebriefjes. Tetapi dalam pelaksanaan untuk mendapaat surat izin tersebut, terjadi penyelewengan dengan membayar lebih mahal, tidak hanya dua ringgit. Akibatnya, banyak orang yang tidak mampu memiliki surat izin tersebut. Hal tersebut membuat VOC menangkap orang Cina yang tidak memiliki surat izin. Namun banyak pula dari mereka yang berhasil melarikan diri keluar kota dan membentuk gerombolan untuk mengacaukan keberadaan VOC di Batavia.
Akhir orang Cina
Serangan orang Cina di benteng Kartasura membuat VOC segera meningkatkan kekuatan tentara dan persenjataan sehingga pemberontakan orang-orang Cina satu per satu dapat dipadamkan. Pada kondisi demikian, Pakubuwana II melakukan perundingan damai dengan VOC. Sikap Pakubuwana II yang demikian, membuat orang-orang di lingkungan keraton sakit hati dan kecewa. Hal itu mendorong VOC melakukan intervensi politik di lingkungan istana.
Perlawanan Orang Cina
Pada tahun 1740 terjadi kebakaran di Batavia. VOC menafsirkan peristiwa tersebut merupakan gerakan orang Cina. VOC pun melakukan sweeping memasukin rumah-rumah orang Cina dan membunuhnya. Orang Cina yang berhasil kabur, kemudian melakukan perlawanan di berbagai daerah, misalnya di Jawa Tengah. Salah satu tokoh yang terkenal adalah Oey Panko atau kemudian dikenal dengan sebuat Khe Panjang.
Perlawanan orang-orang Cina mendaoat bantuan dan dukungan dari para bupati di pesisir Jawa. Salah satunya yakni Raja Pakubuwana II juga ikut mendukung pemberontakan orang-orang Cina tersebut. Sehingga, pada 1741 benteng VOC di Kartasura dapat diserang sehingga memakan banyak korban.
Perlawanan Pangeran Mangkubumi dan Mas Said
Latar
Belakang
Perlawanan
Latbel Raden
Mas Said
Latbel Pangeran Mangkubumi
Pada tahun 1745, Pakubuwana II mengumumkan sebuah sayembara. Barang siapa yang mampu memadamkan perlawanan Mas Said akan diberi hadiah sebidang tanah di Sukowati. Pangeran Mangkubumi, adik Pakubuwana II tertarik ingin mencoba sekaligus menakar seberapa jauh komitmen dan kejujuran Pakubuwana II. Singkat cerita Pangeran Mangkubumi berhasil memadamkan perlawanan Mas Said, namun ternyata Pakubuwana II ingkar janji. Terjadi perselisihan diantara keduanya, Gubernur Jenderal Van Imhoff secara gamblang menuduh dan menghina Pangeran Mangkubumi. Hal itu membuat Pangeran Mangkubumi kecewa, tidak ada pilihan lain kecuali angkat senjata untuk melawan VOC yang semena-mena ikut campur. Perlawanan ini sekaligus untuk protes menolak kebijakan saudara tuanya yang mau didekte oleh VOC.
Pada saat pemerintahan Pakubuwana II terjadi persahabatan dengan VOC. Bahkan, VOC semakin berani untuk menekan dan melakukan intervansi terhadap jalannya pemerintahan Pakubuwana II. Wilayah pengaruh Kerajaan Mataram juga semakin berkurang. Selain itu, Raden Mas Said juga sakit hati dengan sikap keluarga kepatihan karena cercaan dan hinaan saat Raden Mas Said mengajukan permohonan untuk mendapatkan kenaikan pangkat.
Kerjasama
Pangeran Mangkubumi dan Mas Said
Pangeran Mangkubumi dan pengikutnya pergi ke Sukowati untuk menemui Mas Said. Kedua pihak bersepakat untuk bersatu melawan VOC. Untuk memperkokoh persatuan ini, Raden Mas Said dijadikan menantu oleh Pangeran Mangkubumi.
Bersepakat membagi wilayah perjuangan. Raden Mas Said bergerak di bagian timur, daerah Surakarta ke selatan terus ke Madiun, Ponorogo dengan pusatnya Sukowati.
Sedangkan Pangeran Mangkubumi konsentrasi di bagian barat Surakarta terus ke barat dengan pusat di Hutan Beringin dan Desa Pacetokan, dekat Plered (termasuk daerah Yogyakarta sekarang). Diberitakan pada saat itu Pangeran Mangkubumi memiliki 13.000 prajurit, termasuk 2.500 prajurit kavaleri.
Tahun Keberhasilan
Tahun 1750 merupakan tahun kemenangan bagi Pangeran Mangkubumi. Kemenangan demi kemenangan diperoleh Pangeran Mangkubumi dan juga Mas Said. Pasukan Mangkubumi berhasil menghancurkan De Clerq dan pasukannya di daerah Kedu. Dari Kedu pasukan Mangkubumi berhasil menguasai daerah Pekalongan dan beberapa daerah pesisir lainnya.
Tahun Kemunduran Mataram
Perjanjian ini dibuat karena Pakubuwana II telah menyerahkan Kerajaan Mataram pada VOC. Ditanda tangani pada tanggal 11 Desember 1749 yang isinya antara lain sebagai berikut.
1). Susuhunan Pakubuwana Il menyerahkan Kerajaan Mataram baik secara de facto maupun de jure kepada VOC.
2). Hanya keturunan Pakubuwana II yang berhak naik tahta dan akan dinobatkan oleh VOC menjadi raja Mataram dengan tanah Mataram sebagai pinjaman dari VOC.
3). Putera mahkota akan segera dinobatkan. Setelah Pakubuwana II wafat, kemudian tanggal 15 Desember 1749 Van Hohendorff mengumumkan pengangkatan putera mahkota sebagai Susuhunan Pakubuwana III.
Berakhirnya Perlawanan
Perang dan kekacauan yang terjadi di Mataram telah menghabiskan dana yang besar. Sehingga, penguasa VOC mencoba membujuk Pangeran Bumi Untuk Berunding dengan perantara Syeikh Ibrahim. Pangeran Mangkubumi menyetujui untuk berunding dan menghasilkan sebuah perjanjian sebagai tanda berakhirnya perlawanan Mangkubumi. Perjanjian tersebut dikenal dengan Perjanjian Giyanti yang ditanda tangani pada 13 Februari 1755.
Isi pokok perjanjian itu adalah bahwa Mataram dibagi dua. Wilayah bagian barat (daerah Yogyakarta) diberikan kepada Pangeran Mangkubumi dan berkuasa sebagai sultan dengan sebutan Sri Sultan Hamengkubuwana I, sedang bagian timur (daerah Surakarta) tetap diperintah oleh Pakubuwana III dengan sebutan Kasunanan Surakarta. Perjanjian Giyanti ini sering dinamakan dengan "Palihan Negari".
Sementara perlawanan Mas Said berakhir setelah tercapai Perjanjian Salatiga pada tanggal 17 Maret 1757 yang isinya Mas Said diangkat sebagai penguasa di sebagian lan Giyanti wilayah Surakarta dengan gelar Pangeran Adipati Arya Mangkunegara I.
Awal mula Datangnya
Orang Cina
Sejak abad ke-5 orang-orang Cina sudah mengadakan hubungan dagang ke Jawa dan jumlahnya pun semakin banyak. Pedagang Cina banyak yang tinggal di daerah pesisir dan menikah dengan penduduk Jawa khususnya ke Batavia. VOC memang sengaja mendatangkan orang-orang Cina dari Tiongkok untuk mendukung kemajuan perekonomian dan keamanan kota Batavia dan sekitarnya.