Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
internal bleeding et causa ruptur ginjal dextra grade 5 - Coggle Diagram
internal bleeding et causa ruptur ginjal dextra grade 5
Penegakan Diagnosa
Primary Survey
shock hemorrhagicgrade 4
peningkatan fekuensi napas
nadi meningkat, teraba lemah, tidak kuat angkat
penurunan kesadaran
penurunan tekanan darah
butuh transfusi masif dan intervensi bedah segera.
Kehilangan Volume Darah >40%, mengancam jiwa
Secondary Survey
anamnesis
Data riwayat mekanisme trauma yakni terbenturnya sisi lumbal dextra abdomen dengan ban kendaraan menunjukkan terjadinya trauma tumpul abdomen yang melibatkan gaya deselerasi dan akselerasi yang tinggi, pasien beresiko mengalami cedera ginjal dan butuh pencitraan untuk memastikan kondisi pasien.
Pemeriksaan fisik
akral dingin pucat (kriteria shock grade 4)
jejas di lumbal dextra abdomen (perlu imaging daerah ini untuk memastikan)
Pemeriksaan Penunjang
BGA
asidosis metabolik terkompensasi respiratorik
cek koagulasi
traumatik koagulopati (pt aptt memanjang)
hipotermia
USG Fast
Lesi hiperechoic intra buli yang tidak menempel pada dinding buli mengarah suatu clot (mengarah ke laparotomi cito)
laparotomi cito
ruptur ginjal grade 5
ginjal hancur total (ruptur)
avulsi hilus ginjal yang menyebabkan devaskularisasi ginjal
Etiologi
trauma tumpul abdomen
ruptur ginjal
Gaya deselerasi di elemen-elemen ini menyebabkan cedera ginjal seperti ruptur atau trombosis.
Gaya akselerasi bisa membuagt kolisi ginjal di elemen-elemen di sekitarnya, seperti tulang rusuk dan tulang belakang, dan menyebabkan cedera parenkim dan pembuluh darah.
Ginjal ditutupi lemak dan fasia Gerota di retroperitoneum
ada bagian yang menjadi lem atau perlekatan yaitu pedikel ginjal serta ureteropelvic junction (UPJ)
tatalaksana
DCR
strategi resusitasi di pendarahan massif untuk mengatasi gangguan fisiologis pasien trauma
Prinsip utamanya mengembalikan homeostasis dan mencegah / mengatasi hipoksia jaringan, hutang oksigen dan koagulopati
tahapan
hipotensi permisif dan cairan kristaloid terbatas
tekanan darah sistolik 70-90 /50 mmHg arteri rata-rata.
cairan harus terbatas karena jika berlebihan akan menimbulkan koagupati delusi
tidak bisa diterapkan di semua kasus, kembali ke setting dari setting faskes dan SDM
resusitasi hemostatic
transfusi darah
transfusi seimbang 1:1:1
RBC
FFP
trombosit
c. Asam tranexamat 1 gram IV bolus lanjut maintenance
rewarming
koreksi asidosis
mengembalikan perfusi jaringan via cairan atau transfusi tanpa obat seperti natrium bikarbonat karena pH masih di atas 7,1
Damage Control Surgery (laparatomi)
Trauma tumpul abdomen + hipotensi + FAST positif
Kontras Ct menunjukkan ruptur saluran GI, luka kandung kemih intraperitoneal, cedera pedikel ginjal, cedera parenkim visceral berat setelah trauma tumpul /tajam
laparotomi khusus pada cedera organ padat (liver, limpa, ginjal) saat terjadi syok, hemodinamik tidak stabil, ada bukti perdarahan berkelanjutan
target tatalaksana
hemodinamik stabil
perfusi hangat sampai perifer
MAP (Mean arterial pressure) 65 mmHg
Produksi urin normal 1 cc/ kg/ jam
klep pendarahan saat laparotomi untuk kontrol perdarahan
PT APTT kurang dari 1,5 x nilai normal
evaluasi controlling (NEWS > 7)
monitoring vital sign secara kontinu
konsultasi dengan dokter spesialis
assesment dengan tim dengan kompetensi di bidang perawatan pasien kritis, termasuk yang menguasai manajemen airway tingkat lanjut
Pertimbangkan perawatan intensif di tingkat 2 atau 3 (HCU atau ICU) dan monitoring ketat
shock
rapid
good
no
transient
Prognosis dan komplikasi
setelah tatalaksana operatif komplikasinya infeksi luka, abscess perinephric, dan infeksi saluran kemih
Komplikasi awal perdarahan, infeksi, abscess perinephric, sepsis, fistula urinaria, hipertensi, ekstravasasi urin, dan urinoma.
Komplikasi yang tertunda termasuk perdarahan, hidronefrosis, pembentukan kalkulus, pielonefritis kronis, hipertensi, fistula arteriovenosa, hidronefrosis, dan pseudo aneurisma.
Komplikasi setelah penatalaksanaan non-operatif adalah hematuria, demam, cedera ginjal akut, dan urinoma
Sebagian besar komplikasi bisa ditangani non operatif, perkutan, dan endourologist.
Pencegahan
kepatuhan berkendara (primer)
triage kegawatdaruratan (sekunder)