Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
Group 1 - Jason, Benson, Chloe, Fenicia - Coggle Diagram
Group 1 - Jason, Benson, Chloe, Fenicia
Kerusuhan Mei 1998
Komplikasi
Kerusuhan melebar hingga terjadi aksi perusakan, penjarahan, dan pembakaran oleh perusuh. Massa menyasar pusat perbelanjaan, pertokoan, perkantoran, perbankan, hingga fasilitas publik.
Suasana kian mencekam karena terjadi aksi pemerkosaan terhadap puluhan perempuan yang sebagian adalah keturunan Tionghoa.
Pemerkosaan sebagian besar terjadi di Jakarta dan sisanya di Palembang, Medan, Solo, dan Surabaya.
-
Koda
Kerusuhan Mei 1998 semua disebabkan oleh karena satu situasi, yaitu tewasnya empat mahasiswa Universitas. Setiap tindakan penting, dari perusakan, pembakaran, dan perusuhan. Pemerintah dan masyarakat sipil harus berpikir bijak sebelum mengambil tindakan. Semua tindakan dapat mempunyai konsekuensi yang buruk.
Penungkapan Peristiwa
Pada awalnya, mahasiswa melakukan demonstrasi terhadap krisis keuangan Asia tahun 1997.
Demonstrasi tersebut berujung pada tewasnya empat mahasiswa Universitas Trisakti yang memicu kemarahan masyarakat.
Orientasi
Kekacauan itu dipicu oleh krisis finansial Asia yang terjadi sejak tahun 1997. Akibat krisis yang berkepanjangan terdebut mahasiswa melakukan aksi demonstrasi besar-besaran menuntut reformasi.
Mahasiswa dari berbagai kampus menentang pemerintahan Orde Baru dan menuntut Presiden Soeharto mundur. Sebabnya, pemerintahan Orde Baru dinilai melakukan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) hingga menyeret negara ke pusaran krisis moneter.
Resolusi
Puncak dari peristiwa ini, Presiden Soeharto mengundurkan diri dari jabatannya pada 21 Mei 1998. Ini menandai akhir rezim Orde Baru yang berkuasa selama 32 tahun.
Konflik
Ketika teman-teman sesama mahasiswa gencar melakukan aksi unjuk rasa, Mei dan sang adik sempat ikut turun ke jalan. Namun rasa takut menggelayuti keduanya karena mereka tinggal di pinggiran Jakarta, jauh dari jangkauan pengamanan. Bagaimana tidak, ketika itu, massa perusuh muncul di berbagai tempat secara tiba-tiba pada malam hari.
Mereka memaksa masuk ke rumah-rumah warga Tionghoa. Hal demikian tak luput dialami oleh Mei. Para perusuh tak peduli meski Mei sudah memberi tahu bahwa di rumahnya hanya ada dia dan adiknya yang masih mahasiswa.
Kisah Putri Ular
Koda
Putri Ular bisa berupa pesan moral tentang penerimaan diri, cinta tanpa melihat penampilan fisik, dan pentingnya kejujuran dalam hubungan. Kisah ini mungkin mengajarkan bahwa cinta sejati melampaui bentuk fisik atau identitas asal seseorang.
Pesan mengenai pengorbanan untuk orang yang dicintai dan nilai-nilai seperti kesetiaan, pengampunan, dan pengertian juga dapat menjadi bagian dari koda cerita ini. Pada akhirnya, Putri Ular bisa menunjukkan betapa pentingnya memiliki keberanian untuk mengungkapkan siapa kita sebenarnya kepada orang lain dan menerima diri kita apa adanya
Resolusi
kisah Putri Ular sering kali melibatkan pengorbanan, pengampunan, atau penemuan identitas sejati
Putri mungkin harus menghadapi risiko besar untuk mengungkapkan kebenarannya kepada pangeran atau masyarakat, dengan harapan bahwa cinta mereka akan melewati hambatan tersebut.
Pengungkapan Peristiwa
Menjelang hari pernikahan tersebut, Sang Raja berpesan kepada Sang Putri untuk menjaga dirinya dengan baik agar tidak ada hal yang dapat membatalkan pernikahan mereka terjadi. Sejak itu, setiap pagi Sang Putri selalu ditemani dayang-dayangnya ketika mandi di kolam yang berada di belakang istana.
Paragraf pertama dari cerita memperkenalkan karakter utama, yaitu Sang Putri dan Raja Muda. Paragraf ini juga menunjukkan hubungan antar karakter.
Konflik
Suatu hari, Sang Putri duduk di atas sebuah batu di tepi kolam sambil membayangkan betapa bahagia dirinya nanti ketika ia duduk di pelaminan bersama Raja Muda yang gagah dan tampan. Tanpa ia sadari, angin bertiup kencang yang menyebabkan sebuah ranting kering jatuh di ujung hidungnya. Hidung Sang Putri pun terluka dan tangannya penuh dengan darah.
Konflik dapat muncul ketika karakter utama menghadapi pengkhianatan, ketidakpercayaan, atau perlunya mengatasi kutukan atau sihir yang menyebabkan transformasinya.
Komplikasi
Tidak tahu harus berbuat apa, Sang Putri yang sudah putus asa berdoa kepada Tuhan untuk menghukum dirinya. Petir kemudian menyambar-nyambar menandakan bahwa doa Sang Putri didengar oleh Tuhan. Tidak lama setelah itu, muncul sisik di kaki Sang Putri yang awalnya mulus. Dayang-dayang kaget dan sisik tersebut pun merambat ke dada.
Kesulitan dalam memutuskan antara kewajiban kepada keluarga atau kaumnya sebagai ular dan hasrat pribadi juga sering menjadi sumber konflik dalam cerita ini.
-