Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
Konstipasi, Endah Sri Hapsari
2006604543
Modul Pencernaan B - Coggle…
Konstipasi
Swamedikasi
-
-
-
-
-
Pencahar yang termasuk obat bebas (laklulosa, docusate sodium)
-
-
-
Terapi Farmakologi
Luminally active agent: Psyllium husk, agen osmotik, docusate sodium
Stimulan nonspesifik: Bisacodyl, laksatif antrakuionon
Agen prokinetik: antagonis reseptor dopamin, eritromisin (antibiotik dan agen prokinetik), prucalopride
Agonis guanilat siklase; Plecanatide, linacltide
-
-
Etiologi
Akut
-
-
Penggunaan obat-obatan tertentu (Opioid, antikolinergik, antasid)
Kronis
-
-
-
-
Faktor diet, misalnya kurang serat
-
Gangguan fungsional, misalnya iritable bowel syndrome
Patofisiologi
-
Sekunder
Gangguan GI (IBS --> kemungkinan terjadi disfungsi parasimpatos serta gangguan pelepasan serotonin yang memodulasi motilitas usus
Gangguan metabolisme dan endokrin.
Hipertiroid: mengubah aktovitas motorik sisterm pencernaan, penurunan laju metabolisme basal
Diabetes: saraf pengatur durasi sisa tinja di usus dapat rusak oleh kadar gula darah yang tinggi -> dapat memperlambat pergerakan tinja
Faktor psikogenik
Stress: kelenjar adrenal melepaskan hormon epinefrin menyebabkan tubuh mengalihkan darah dari usus ke organ vital --> gerakan usus melambat -> konstipasi.
Depresi: defisiensi TPH2, --> pelepasan 5-HT yang berfungsi untuk meningkatkan motilitas GI dan pertumbuhan mukosa usus ikut berkurang --> gangguan pada motilitas usus --> konstipasi
Kehamilan: Perubahan kadar hormon pada saat kehamilan dapat menyebabkan konstipasi. Penurunan kadar progesteron menyebabkan penurunan motilitas otot usus halus
Parkinson: menyebabkan degenerasi sel-sel saraf di area tengah otak → menyebabkan sel otak menghasilkan tingkat dopamin yang lebih rendah → merusak kontrol gerakan otot di tubuh (termasuk usus) menjadi lambat dan kaku → sulit berkontraksi
Akibatnya transit kolon (motilitas) akan melambat → berkurangnya frekuensi buang air besar (kesulitan buang air besar → mengejan berlebihan sehingga membuat pengosongan yang tidak sempurna (disfungsi anorektal)
Definisi
kondisi peningkatan konsistensi feses, penurunan frekuensi defekasi, sensasi defekasi yang belum sempurna, feses sulit keluar saat proses defekasi dan terkadang disertai rasa sakit.
Kronis jika berlangsung lebih dari 3 bulan
-