Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
KONSTIPASI - Coggle Diagram
KONSTIPASI
Tanda dan Gejala Klinis
Jarang buang air besar (kurang dari 3 kali seminggu)
Dibutuhkan rangsangan fisik untuk buang air besar
Perasaan obstruksi atau penyumbatan anorektal
Buang air besar secara lancar jarang terjadi tanpa penggunaan laksatif atau pencahar
Merasa defekasi belum tuntas
Feses keras, kecil, dan/atau kering
Perasaan tidak nyaman atau kembung pada perut
Kesulitan atau rasa sakit saat buang air besar (mengejan)
Terapi Farmakologis
Nonspecific Stimulants or Irritants
Bisacodyl
Dosis
Tablet : 5-15 mg secara oral sekali sehari
Enema : 10 mg (botol 30 mL) secara rektal sekali sehari
Suppositoria : 10 mg (1 suppositoria) secara rektal sekali sehari
Interaksi
Peningkatan risiko ulserasi mukosa atau kolitis iskemik dengan Potasium Sulfat/Magnesium Sulfat/Sodium Sulfat dan Laksatif stimulan
Indikasi
Konstipasi
efek samping
Kolik perut, ketidaknyamanan perut, diare, proctitis, atonia usus besar
Bentuk Sediaan
Tablet, suppositoria, enema
Senna
Dosis
Tablet : 17.2 mg sennosides sekali sehari; Maks 34.4 mg sennosides dua kali sehari
Cairan : 25-50 mg (15-30 mL) hingga 2 kali sehari
Sirup : 17.6-26.4 mg sennosides sekali sehari saat sebelum tidur
Interaksi
Efikasi sennosida akan berkurang dengan Aclidnium, Alfentanil, Amantadine, Amiodarone, Amitriptyline, Amlodipine, Amobarbital
Indikasi
Konstipasi
efek samping
Kolik perut, ketidaknyamanan perut, diare, proctitis, atonia usus besar
Bentuk Sediaan
Tablet, kapsul
Luminally Active Agents
Magnesium Hidroxide
Dosis
Tablet kunyah: 8 tablet (2488 mg magnesium hidroksida) sekali sehari
Cair: 30-60 mL (2400-4800 mg magnesium hidroksida) sekali sehari
Interaksi
Dapat menurunkan penyerapan antibiotik, antijamur, antivirus, fexofenadine, bifosfonat, kortikosteroid, antiepilepsi, ACE inhibitor.
Dapat meningkatkan penyerapan ibuprofen.
Indikasi
Konstipasi
efek samping
Hypermagnesemia, diare, sakit perut, mual, muntah, dehidrasi
Bentuk Sediaan
Tablet kunyah dan suspensi
Psyllium
Dosis
Dosis awal, 3,3 g (1 sendok teh) dilarutkan secara ORAL dalam 250 mL air; dapat ditingkatkan secara bertahap hingga 3 dosis setiap hari
Interaksi
● Peningkatan risiko hipokalemia dengan Licorice dan Laksatif
● Penurunan penyerapan dan efektivitas Carbamazepine
● Peningkatan risiko hipoglikemia dengan Antidiabetik
● Penurunan kadar plasma dan efektivitas Lithium
Indikasi
Suplementasi serat untuk menangani konstipasi
efek samping
Perut kembung, tersedak, obstruksi esofagus, reaksi alergi, anafilaksis
Docusate Sodium
Dosis
100-300 mg secara oral sekali sehari atau dalam dosis terbagi
Interaksi
● Peningkatan risiko kardiotoksisitas dengan Droperidol
● Peningkatan risiko hipokalemia dengan Licorice
● Menyebabkan peradangan pada mukosa usus dengan minyak mineral
Indikasi
Konstipasi
efek samping
● Umum : rasa tidak normal/pahit di dalam mulut, diare, mual, kram
● Serius : hepatoktosisitas
Bentuk Sediaan
Tablet oral dan obat tetes telinga
Prokinetic Agents
Prucalopride
Dosis
2 mg secara oral sekali sehari
Interaksi
● Dapat menurunkan konsentrasi serum kontrasepsi (estrogen, progestin.
● Dapat meningkatkan efek samping levosulpiride.
● Meningkatan konsentrasi serum dengan inhibitor P-glikoprotein/ABCB1.
● Mengurangi efek dengan atropin
Indikasi
Konstipasi idiopatik kronis
efek samping
Sakit perut, diare, perut kembung, mual, perut bengkak, muntah, pusing, sakit kepala, kelelahan, halusinasi visual, suicidal thoughts
Bentuk Sediaan
Tablet
Erythromycin
Dosis
1 g/hari selama dua minggu diikuti dengan 500 mg/hari selama dua minggu berikutnya
Interaksi
Peningkatan risiko hipotensi dengan Ca channel blockers yang dimetabolisme oleh CYP3A4 (seperti verapamil, amlodipine, diltiazem). Meningkatkan efek antikoagulan oral (misalnya warfarin).
Indikasi
Konstipasi idiopatik
efek samping
Diare, kehilangan nafsu makan, mual, kram perut, muntah, sindrom Steven-Johnson, hepatitis kolestatik, anafilaksis, kejang
Bentuk Sediaan
Tablet
Aktivator Saluran Klorida
Lubiprostone
Dosis
24 mg secara oral dua kali sehari
Interaksi
Penurunan efek bila diberikan bersamaan dengan opioid difenilheptana (misalnya metadon, levometadon)
Indikasi
Konstipasi idiopatik kronis, pasien dengan opioid-induced constipation (OIC)
efek samping
Sakit perut, diare, perut kembung, mual, perut bengkak, muntah, pusing, sakit kepala, kelelahan, halusinasi visual, suicidal thoughts
Bentuk Sediaan
Kapsul lunak
Agonis Reseptor Opioid
Naloxegol
Dosis
25 mg sekali sehari, jika tidak bisa ditoleransi maka dosis dikurangi menjadi 12,5 mg sekali sehari
Interaksi
Penurunan paparan naloxegol dengan inhibitor CYP3A4 kuat.
Menghasilkan skrining positif palsu pada naloxone.
Indikasi
Konstipasi kronik nonkanker, pasien dengan opioid-induced constipation (OIC)
efek samping
Diare, perut kembung, mual, muntah, arthralgia, sakit kepala, sakit perut, perforasi gastrointestinal, serak
Bentuk Sediaan
Tablet
Agonis Guanilat Siklase
Linaclotide
Dosis
● Konstipasi kronis idiopatik: 72 mcg atau 145 mcg sehari sekali 30 menit sebelum makan makanan pertama
● Sindrom iritasi usus yang ditandai dengan konstipasi : 290 mcg sehari sekali 30 menit sebelum makan makanan pertama
Indikasi
Konstipasi idiopatik kronis dan sindrom iritasi usus yang ditandai dengan konstipasi
efek samping
Sakit perut, diare, perut kembung, perut bengkak
Bentuk Sediaan
Kapsul
Plecanatide
Dosis
3 mg secara oral sekali sehari
Kontraindikasi
Pasien dibawah umur 6 tahun, obstruksi saluran pencernaan
Indikasi
Konstipasi idiopatik kronis dan sindrom iritasi usus yang ditandai dengan konstipasi
efek samping
Diare
Bentuk Sediaan
Tablet
Mekanisme dan Target Kerja Obat
Luminally Active Agents
Prokinetic Agents
Obat pada golongan ini (Contoh: 5HT4 Agonists) bekerja dengan secara langsung atau tidak langsung memulai refleks peristaltik atau sekretori melalui pelepasan asetilkolin, menghasilkan penurunan waktu transit kolon, dan peningkatan frekuensi gerakan usus
Aktivator Kanal Klorida
Mekanisme kerja dengan berikatan pada ClC-2 channel → efluks ion Cl- ke lumen intestinal → efluks Na+ mengikuti Cl- → Difusi air ke lumen intestinal
Antagonis Reseptor Opioid
Obat pada golongan ini akan menghambat reseptor opioid-μ perifer pada perifer dalam jaringan saluran cerna tanpa mempengaruhi efek analgesiknya di susunan saraf pusat. Tujuannya adalah untuk mengembalikan fungsi sistem saraf enterik
Agonis Guanilat Siklase
bekerja dengan mengikat pada reseptor guanilat siklase C (GC-C) dan mengaktifkannya. Aktivasi akan menyebabkan hidrolisis dari guanosine triphosphate (GTP) dan akan memproduksi cGMP di dalam sel epitel usus. cGMP yang sudah berada di ekstraseluler akan menginhibisi colonic nociceptors dan menurunkan aktivitas dari pengindraan nyeri.
ALGORITMA TERAPI
UMUM
Non Farmakologi
Memastikan asupan cairan cukup
Operasi, diperuntukkan untuk pasien dengan konstipasi primer tipe transit lambat
yang refrakter terhadap pengobatan
Mengonsumsi makanan yang berserat
Electrical Stimulation
Biofeedback
Algoritma
PEDIATRI
Non Farmakologi
Toilet training dilakukan pada anak berusia di atas 3 tahun untuk menimbulkan kebiasaan buang air besar / refleks defekasi secara teratur
Memberikan suplementasi serat dengan jumlah cukup (tidak berlebihan)
Bayi berusia 6–11 bulan hanya memerlukan 11 gram serat per hari
Pada usia 1–3 tahun, kebutuhan seratnya sebanyak 19 gram
Pada anak usia 4–6 tahun, kebutuhan seratnya adalah 20 gram
Algoritma
WANITA HAMIL
Non Farmakologi
Melakukan aktivitas fisik yang cukup.
Kebutuhan serat pada wanita hamil sama dengan orang normal yakni sekitar 25-30 gram per hari.
Meningkatkan asupan serat dan air dan aktivitas fisik yang cukup
Wanita hamil membutuhkan asupan cairan 300 ml lebih banyak dari rata-rata 2000 ml cairan yang dikonsumsi orang normal
Algoritma
PATOFISIOLOGI
Konstipasi Primer
Transit Lambat
kelainan waktu transit saluran cerna yang menyebabkan jarang buang air besar
Pelvic floor dysfunction
atau gangguan defekasi
Sfingter anal internal dan eksternal berkontraksi selama buang air besar sehingga menghambat refleks defekasi → seharusnya relaksasi
Transit Normal
memiliki motilitas saluran cerna dan frekuensi feses yang normal, tetapi mungkin mengalami kesulitan buang air besar, feses yang keras, atau kembung dan perut merasa tidak nyaman
Terjadi tanpa penyebab utama yang dapat diidentifikasi
Konstipasi Sekunder
Diakibatkan oleh obat pencahar, faktor gaya hidup, atau gangguan medis
Faktor Neurogenik
Parkison's disease → kondisi neurologis degeneratif dan progresif yang memengaruhi kemampuan seseorang untuk mengendalikan pergerakan tubuh
Faktor Psikogenik
stress
→ Kelenjar adrenal melepaskan hormon yang disebut epinefrin yang menyebabkan tubuh mengalirkan darah dari usus ke organ vital
Depresi
→ TPH2 mengalami defisiensi maka pelepasan 5-HT yang berfungsi bertugas meningkatkan motilitas GI dan pertumbuhan mukosa usus akan ikut berkurang
Faktor Kehamilan
Penurunan kadar progesteron menyebabkan penurunan motilitas otot usus halus
Gangguan Metabolisme dan Endokrin
Hypothyroidism ~ "low and slow" → Perubahan aktivitas motorik sistem pencernaan, penurunan laju metabolisme basal, dan konstipasi
Gangguan Gastrointestinal
Irritable Bowel Syndrome dengan konstipasi (IBS-C) ditandai dengan adanya tinja yang keras atau kental dengan lebih dari sama dengan 25% dari buang air besar
DEFINISI
Konstipasi
adalah kondisi peningkatan konsistensi feses, penurunan frekuensi defekasi, sensasi defekasi yang belum sempurna, feses sulit keluar saat proses defekasi dan terkadang disertai rasa sakit.