Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
VIRAL HEPATITIS, HEPATITIS - Coggle Diagram
VIRAL HEPATITIS
Respon Imun Tubuh
HAV
Respon antibodi awal terdiri dari IgM, IgG. dan antibodi IgA, dengan antibodi 7S (IgA atau IgG) dapat ditunjukkan paling cepat 2 hari setelah onset penyakit.
Anti-HAV IgM biasanya hilang setelah 3 bulan gejala, tetapi kadang IgM dapat terdeteksi hingga 1 thn setelah akut hepatitis.
Anti-HAV IgG → antibodi utama selama pemulihan dan pertahanan utama utk melaawan infeksi ulang.
Anti-HAV IgM mudah dideteksi sehingga menjadi standar refererensi diagnosis.
Analisis klonal limfosit T dari spesimen biopsi hati diperoleh selama fase akut → mengidentifikasi limfosit T CD8 + spesifik antigen sehingga melibatkan mereka sebagai sel yang bertanggung jawab untuk penghancuran hepatosit yang terinfeksi.
Marker serologi => Anti-HAV IgM dan HAV RNA
Manifestasi Klinis => masa inkubasi 14-28 hingga 50 hari. Gejala => demam, keletihan, diare, mual, dispepsia, sakit kuning
HBV
HBV bereplikasi di hepatosit untuk menghasilkan partikel dan virion HBsAg.
mendegradasi protein virus menjadi peptida yang kemudian terdapat pada permukaan sel yang terikat pada molekul MHC class I atau II
Antigen peptida dapat dikenali oleh sel T CD8+ atau CD4+, yang tersensitisasi.
Sel T sitotoksik CD8+ (dengan bantuan sel T CD4+) dapat mengenali antigen virus yang disajikan pada chain MHC class I pada hepatosit yang terinfeksi.
Marker serologi => HBsAg, Anti HBs, Anti HBc, Anti HBc IgM
Gejala => kelelahan, nafsu makan menurun, mual, penyakit kuning, kegagalan hati akut, demam
HCV
Setelah terinfeksi terjadi aktivasi sel natural killer (NK) dan pemrosesan antigen virus oleh immaturedendritic cells (iDCs)
Setelah maturasi, mature dendritic cells (mDCs) mengaktivasi CD4+ dan NK cells. Sel CD4+ menghasilkan sitokin seperti IFN-γ, yang menginduksi cytotoxic T lymphocytes (CTLs)
CTL dapat mengontrol replikasi dengan lisis langsung sel yang terinfeksi, juga melalui produksi sitokin yang dapat menghambat replikasi virus
Marker serologi HCV => antibodi anti HCV, HCV RNA
Manifestasi klinis => masa inkubasi 2 - 6 bulan. Gejala : demam, bb turun, urin gelap, kaki bengkak. Infeksi hepatitis kronis diawali hepatitis akut. Gejala akut muncul 1-3 bulan setelah terpapar virus dan berlangsung 2 minggu-3 bulan
HDV
Genom HDV bereplikasi dalam nukleus, menghindari kontak dengan PRR yang berada di endosom atau sitoplasma. Genom RNA yang dihasilkan tersebut berbentuk sirkular sehingga pengikatan PRR di ujung 5’ atau 3’ yang terbuka dapat dicegah.
pengurangan pensinyalan STAT dan ekspresi ISG karena adanya transfeksi HDV-cDNA dan pSVL(D3). Penghambatan sinyal IFN ini dianggap sebagai penyebab pengobatan IFN tidak berjalan efektif pada pasien yang terinfeksi HDV
Marker serologi => HDAg, Anti HDV, IgM Anti HDV
Manisfetasi klinis.
Akut
-> gejala muncul 3-7 pekan -> gejala berupa demam, hilang nafsu makan, urin gelap, penyakit kuning, memar dan tinja pucat.
Superinfeksi HDV
-> menyebabkan sirosis
HEV
Pemeriksaan sel T dan profil sitokin dengan hasil peningkatan sel CD44 di antara pasien yang mungkin mencerminkan peningkatan populasi sel pembunuh alami, yang pada kesempatannya menghasilkan peningkatan kadar IFN-γ yang terlihat pada pasien dan berkontribusi pada kematian hepatosit pada hepatitis E. Ketika hepatitis E masih dapat dimediasi oleh mekanisme imunopatogenik, jumlah CD44 yang lebih rendah dan respons imun yang lebih lemah dapat memoderasi efek kemampuan melawan infeksi yang terbatas.
Marker Serologi => Anti HEV IgM dan Anti HEV IgG
Manifestasi Klinis
=> Masa inkubasi → 2 – 10 minggu, dengan rata-rata 5 – 6 minggu. Sebagian besar penderita HEV tidak memiliki gejala atau gejala yang dialami ringan.
TARGET TERAPI
Hepatitis A
tidak ada terapi khusus, untuk pencegahan dianjurkan melakukan vaksinasi
Vaccine -> HAVRIX, VAQTA, TWINRIX
Hepatitis B
Target Terapi
Lamivudine
Indikasi → Hepatitis HBV kronis pada dewasa dan anak-anak 2 tahun atau lebih.
Mekanisme kerja → menginduksi sinyal-sinyal intrasel setelah pengikatan ke reseptor membran sel spesifik → inteferon alfa
Dosis → Dewasa: 100 mg sekali sehari
Anak-anak (2-17 tahun); 3 mg/kg/hari dan maksimumnya 100mg/hari
Efek samping → Aminotransferase meningkat setelah terapi terjadi pada penerima lamivudine, flare pada peningkatan aminotransferase pasca perawatan (>500 IU/mL) terjadi pada sekitar 15% pasien setelah penghentian.
Kategori FDA C
Telbivudine
Indikasi → Pengobatan HBV kronis pada pasien dewasa di atas 16 tahun disertakan bukti replikasi virus dan adanya peningkatan ALT atau AST atau penyakit yang aktif secara histologis.
Mekanisme kerja → difosforilasi oleh enzim kinase seluler menjadi bentuk trifosfat aktif (telbivudine 5′-triphosphate)
Dosis → Dewasa (diatas 16 tahun): 600 mg sekali sehari
Efek samping → Peningkatan creatine kinase, mual, diare, kelelahan, mialgia, dan miopati
Kategori Kehamilan → FDA: B
TGA: B1
Tenofovir Alafenamide
Tenofovir Alafenamide
Mekanisme kerja → TAF memiliki bahan aktif tenofovir untuk menghambat transkriptasi balik HBV dan transkriptase balik HIV-1 kemudian dibawa ke dalam sel untuk diesterifikasikan dan dipekatkan menjadi tenofovir difosfat → tenofovir difosfat merupakan penghambat kompetitif reverse transcriptase, bersaing dengan dATP substrat fisiologis; ketika dimasukkan ke dalam DNA, obat tersebut menghasilkan pemutusan rantai
Dosis → Dewasa: 1 mg/ hari
Efek samping → Berpotensi terjadi resistensi terhadap inhibitor transkriptase nukleosida terbalik pada koinfeksi HBV/HIV, terutama jika HIV tidak diobati. Sakit kepala, kelelahan, pusing, mual
Kategori Kehamilan → FDA : C
Indikasi → Infeksi HBV
Entecavir
Indikasi → Infeksi HBV kronis
Mekanisme kerja →Entecavir triphosphate bersaing dengan deoxyguanosine triphosphate endogen dan menghambat ketiga aktivitas HBV polimerase dengan base priming, inhibisi transkripsi terbalik untai negatif dari pregenomik rna messenger dan sintesis untai positif HBV DNA
Dosis → Dewasa: 1 mg/ hari
Efek samping → Berpotensi terjadi resistensi terhadap inhibitor transkriptase nukleosida terbalik pada koinfeksi HBV/HIV, terutama jika HIV tidak diobati. Sakit kepala, kelelahan, pusing, mual
Kategori Kehamilan → FDA : C
Adefovir Dipivoxil
Indikasi → pengobatan infeksi HBV kronis pada individu berusia 12 tahun ke atas.
Mekanisme kerja → Bahan aktif TAF adalah tenofovir, penghambat transkriptase balik HBV dan transkriptase balik HIV-1. TAF relatif lebih stabil dalam plasma daripada TDF; itu dibawa ke dalam sel (misalnya, hepatosit)
Dosis → 25 mg sehari sekali
Efek samping → Nefrotoksisitas terkait dosis dan disfungsi tubular, dimanifestasikan oleh azotemia dan hipofosfatemia, asidosis, glikosuria, dan proteinuria, yang biasanya reversibel berbulan-bulan setelah penghentian
Efek samping lainnya termasuk sakit kepala, ketidaknyamanan perut, diare, dan asthenia.
Kategori Kehamilan → FDA: c
Inteferon alfa-2b
Indikasi → Hepatitis B kronis
Mekanisme kerja → Interferon alfa berfungsi dengan menginduksi sinyal-sinyal intrasel setelah pengikatan ke reseptor membran sel spesifik
Dosis → Hepatitis B kronis → Dosis Dewasa (subkutan atau IM): 5 juta IU per hari ATAU 10 juta IU 3x/minggu selama 4 bulan. Dosis anak 1-17 tahun (subkutan). 3 juta IU 3x/minggu untuk minggu pertama dilanjutkan dengan 6 juta IU 3x/minggu. Total durasi terapi: 16-24 minggu dengan dosis maksimum 10 juta IU 3x/minggu.
Efek samping → Sakit kepala, kelelahan, demam, mual-muntah, nyeri otot, anemia, penyakit paru-paru, penyakit autoimun, gangguan ginjal, gangguan tiroid,
Farmakokinetika → Absorpsi: Waktu ke puncak: 72-96 jam. Ekskresi: Eliminasi waktu paruh: 50-160 jam
Hepatitis C
Interferon alfa 2a pegylacted
indikasi, cara kerjam dosis, eso dan kategori kehamilan
Indikasi → HCV kronis dewasa
Mekanisme kerja → PEG-IFN-α diinjeksikan bersirkulasi dan berikatan dengan IFN-α R2 (IFNAR2) yang merupakan subunit reseptor permukaan sel → suatu bentuk heterodimer dan yang mengaktifkan Janus-activated and tyrosine kinases (JAK) yang selanjutnya memfosforilasi transduser sinyal sitoplasma dan aktivator protein transkripsi (STAT) → STAT1 dan STAT2 terfosforilasi membentuk dimer STAT, dan mengikat IFN regulatory factor 9 (IRF9), membentuk kompleks IFN-stimulated gene factor 3 (ISGF3) → ISGF3 mentranslokasi ke nukleus, menginduksi transkripsi mRNA ISG melalui pengikatan ke IFN-stimulated response element (ISRE) yang membentuk antivirus dalam sel.
Dosis → Dewasa: - kombinasi dengan ribavirin: 180 mg sekali seminggu (pasien yang belum pernah pengobatan). Pada pasien yang berpengalaman dengan pengobatan: 180 mg sekali seminggu selama 48 minggu
Efek samping → Sakit kepala, kelelahan, demam, mual-muntah, nyeri otot, anemia, penyakit paru-paru, penyakit autoimun, gangguan ginjal, gangguan tiroid,
Kategori kehamilan → Kategori FDA : X (digunakan bersama ribavirin)
Interferon alfa 2b
indikasi, cara kerja, dosis, eso dan kategori kehamilan
Indikasi → Hepatitis C akut
Mekanisme kerja → Interferon → sitokin inang yang memiliki efek antivirus, imunomodulatorik, dan antiproliferatif yang kompleks. Interferon alfa berfungsi dengan menginduksi sinyal-sinyal intrasel setelah pengikatan ke reseptor membran sel spesifik
Dosis → Dewasa: 5 juta unit sekali selama 3-4 minggu lalu 5 jutaunit tiga kali seminggu
Efek samping → Sakit kepala, kelelahan, demam, mual-muntah, nyeri otot, anemia, penyakit paru-paru, penyakit autoimun, gangguan ginjal, gangguan tiroid,
Kategori kehamilan → Kategori FDA : X (digunakan bersama ribavirin)
HEPATITIS D
HDV → membutuhkan HBV
untuk bereplikasi
Terapi utama yang dilakukan dengan IFN-2a/IFN-b/ PEG-IFN
Pengobatan dengan pegylated interferon adalah satu satunya pengobatan paling efektif untuk Hepatitis D
Durasi pengobatan tidak boleh kurang dari 1 tahun (harus > 1 tahun)
Parameter keberhasilan adalah dengan HDV RNA measurement
Dikontraindikasikan pada pasien dengan dekompensasi sirosis, dan transplantasi hati.
perlu melalui uji serologi
HEPATITIS E
Umumnya, hepatitis E akan sembuh dengan sendirinya
terapi yang dapat diberikan berupa antiemetik paracetamol (terapi simptomatik)
Ribavirin: Ribavirin telah digunakan dalam pengobatan hepatitis E pada beberapa pasien dengan infeksi kronis atau kasus yang berat. Studi awal menunjukkan bahwa ribavirin dapat mengurangi tingkat viremia (jumlah virus dalam darah) dan memperbaiki fungsi hati pada sebagian pasien.
LIFE CYCLE
HEPATITIS A
HAV menempel pada reseptor membran sel hepatosit → HAVcr-1
Partikel virus dibawa ke dalam sel melalui endositosis dan terjadi uncoating
RNA virus dilepaskan dan bergerak menuju ribosom untuk melakukan sintesis protein : structural proteins dan Nonstructural proteins
Protein yang dihasilkan di ribosom berkumpul ke badan golgi → menghasilkan vesikel yang mengandung komponen virion
RNA dan vesikel berkumpul di budding site → perakitan virus HAV yang utuh
Keluar melalui eksositosis → siap menginfeksi
HEPATITIS B
HBV menempel melalui protein pre-S1 ke reseptor membran sel hepatosit → reseptor NTCP
Partikel virus dibawa ke dalam sel melalui endositosis dan terjadi uncoating
Di dalam nukleus, rcDNA perlu diubah menjadi cccDNA, yang berfungsi sebagai cetakan untuk semua transkripsi RNA virus
Mekanisme 1 → cccDNA ditranskripsi menjadi viral RNA (mRNA) dan beberapa mRNA ditranslasi dalam RE untuk menghasilkan protein envelope dan antige
Mekanisme 2 → cccDNA ditranskripsi menjadi viral RNA. RNA virus yang diproduksi adalah pgRNA, yang dikemas bersama dengan protein reverse transcriptase (RT) menjadi nukleokapsid imatur yang terdiri dari kapsid virus atau protein inti
PgRNA kemudian ditranskripsi balik di dalam nukleokapsid untuk membuat rcDNA
Protein envelope, antigen, dan rcDNA berkumpul di badan golgi untuk membentuk vesikel → komponen virion yang belum matang
Di badan golgi, terjadi pematangan vesikel. Berkumpul di budding site → diselimuti oleh badan multivesikuler (MVB) untuk menyelesaikan perakitan virion → menjadi HBV utu
HEPATITIS C
HCV menempel pada reseptor membran sel hepatosit
Partikel virus dibawa ke dalam sel melalui endositosis dan terjadi uncoating
RNA virus dilepaskan dan beberapa RNA bergerak menuju ribosom untuk melakukan sintesis protein: structural proteins dan Nonstructural proteins
Membraneous Web (MW) bertugas sebagai tempat untuk melakukan replikasi dan perakitan.
Komponen virus yang sudah dirakit di MW kemudian dibawa ke badan golgi menjadi bentuk virion yang matang
HEPATITIS D
Virion HDV memasuki hepatosit melalui HSPGs dan NTCP
RNP diimpor ke dalam inti sel
RNA HDV direplikasi menggunakan amplifikasi double rolling circle untuk membentuk RNA antigenomik dan lebih banyak RNA genomik
mRNA diekspor ke sitoplasma di mana ia ditranslasi di RE untuk membentuk HDAg
HDAg kembali ke nukleus di mana isoform S-HDAg mendorong replikasi genom lebih lanjut. S-HDAg dan L-HDAg berikatan dengan transkrip baru RNA genomik untuk membentuk RNP baru
RNP diekspor ke sitoplasma di mana L-HDAg memfasilitasi asosiasi dengan HBsAG untuk merakit partikel virus baru → Dilepaskan dari hepatosit melalui golgi untuk menginfeksi
HEPATITIS E
HEV menempel pada reseptor membran sel hepatosit → HSPGs, HS70
Partikel virus dibawa ke dalam sel melalui endositosis dan terjadi uncoating
RNA virus dilepaskan dan bergerak menuju ribosom untuk melakukan sintesis protein melalui transkripsi dan translasi
RNA virus dilepaskan dan bergerak menuju ribosom untuk melakukan sintesis protein melalui transkripsi dan translasi
RNA dan vesikel berkumpul di budding site → perakitan virus HEV yang utu
Hepatitis A
merupakan virus RNA dari famili
Picornaviridae
, terdapat pada tinja orang terinfeksi
jalur transmisi -> fecal oral (kontak dengan makanan, air, atau benda yang terkontaminasi virus)
Patofisiologi
HAV menempel pada reseptor membran sel hepatosit → HAVcr-1
Disease
=> Acute hepatitis,
Hepatitis E
Virus RNA dan bagian dari genus
Hepevirus
Jalur transmisi => rute fekal oral, umumnya oleh air yang terkontaminasi tinja
Disease
=> Acute hepatitis, serious infection in pregnant woman
Patofisiologi
HEV menempel pada reseptor membran sel hepatosit → HSPGs, HS70
Non-Viral Hepatitis
=> merupakan peradangan hati yang tidak disebabkan oleh infeksi virus
MAFLD
Metabolic Associated Fatty Liver Disease (MALD)
didiagnosis pada pasien dengan steatosis hati ketika mereka memiliki tiga kondisi metabolisme berikut: obesitas / kelebihan berat badan, diabetes dan disregulasi metabolik, baik sendiri atau dalam kombinasi.
Hepatitis Autoimun
Berbagai faktor seperti obat-obatan, faktor lingkungan, atau infeksi virus seperti Epstein-Barr dapat memicu respons autoimun. Umumnya terjadi pada pasien yang memiliki infeksi virus hepatitis C kronis.
ALD
Alcohol Related Liver Disease (ALD) => Banyak faktor yang berperan antara lain faktor genetik, metabolisme etanol dan metabolitnya asetaldehida yang menyebabkan kerusakan membran sel hepatosit, malnutrisi, faktor imunologi seperti stimulasi sitokin yang mempercepat kematian sel, perubahan steatotik, radikal bebas, cedera oksidatif, dll.
DILI
drug induced liver injury
Hepatitis C
merupakan virus RNA dan merupakan bagian dari famili
Flaviviridae.
rute transmisi -> parenteral, seksual, perinatal
Patofisiologi
HCV menempel pada reseptor membran sel hepatosit
Hepatitis D
merupakan virus RNA dari genus
Deltavirus
rute transmisi => serupa dengan hepatitis B (perinatal jarang terjadi)
Patofisiologi
Virion HDV memasuki hepatosit melalui HSPGs dan NTCP
Merupakan peradangan hati akibat infeksi virus
Akut
Durasi: <6 bulan. Dapat terjadi 6 bulan karena waktu inkubasinya sangat panjang (bisa 2 bulan) sehingga cut offnya lebih panjang.
Kronis
Durasi: >6 bulan
Hepatitis B
merupakan virus DNA dari famili
Hepadnaviridae
, terdapat pada Terdapat dalam serum, sperma, mukosa vagina, saliva, dan air mata. Tidak terdeteksi dalam urin, feses, atau keringat
Jalur transmisi dapat melalui parenteral, seksual, dan perinatal
Disease
=> Acute and chronic hepatitis, cirrhosis and other complication (hepatocellular carcinoma)
Patofisologi
HBV menempel melalui protein pre-S1 ke reseptor membran sel hepatosit → reseptor NTCP
Patofisiologi Viral Hepatitis
virus menginfeksi hati => terjadi inflamasi hati => sel hepatosit mengalami lisis ditandai dengan meningkatnya kadar ALT (SGPT) dan AST (SGOT)
acute hepatitis
-> (Hepatitis A dan E) → short-term infection
Chronic hepatitis (Hepatitis B dan C) → ↓
aktivitas metabolik hati, ↓ sintesis protein plasma, ↓ clearance bilirubin dari darah → peningkatan kadar bilirubin → jaundice
HEPATITIS
fase virus hepatitis pada pasien
replikasi virus
prodromal/pre ikterik
Gejala dan penyakit yang ditimbulkan => fever, vomitting
fase ikterik
Gejala dan penyakit yang ditimbulkan +> jaundice, warna urin menjadi gelap, tinja pucat, kenaikan serum SGPT dan SGOT
fase pemulihan
Ketika kedua fase lainnya sudah menunjukkan penurunan gejala atau recovery, yaitu ketika terjadi penurunan kadar ALT dan AST, RUQ pain, fever, dsb.
Najmi Nirmala (2106757925)
Modul Gangguan Pencernaan B