Please enable JavaScript.

Coggle requires JavaScript to display documents.

PENDEKATAN PSIKOTERAPI - Coggle Diagram

- - - - Menurut pandangan eksistensial humanistik, subjek mengalami gejala patologis karena tidak mampu bebas menjadi dirinya sendiri dan merasa tertekan dengan identitasnya sebagai pengguna narkoba yang dianggap sebagai bentuk kegagalan mencapai eksistensi individu.
        
        Tiga tahap psikoterapi:
        
        mengidentifikasi dan mengklarifikasi asumsi terhadap dunia
        
        meneliti sumber dan otoritas dari sistem mereka
        
        mengaplikasikan nilai baru dengan jalan yang konkret
  - - - Klien adalah seorang ilmuwan berusia 50 tahun yang melaporkan bahwa dia tidak puas dengan pernikahannya selama bertahun-tahun dengan alasan utama merasa bosan. Klien juga tertarik dengan wanita lain. Dan beberapa kali mengalami mimpi yang membuatnya cemas.
        
        Terapis menghadapi klien secara eksplisit dengan masalah tanggung jawab moral selama proses pengambilan keputusan.
        
        Terapis membantu David terjun ke dalam eksplorasi menyeluruh tentang perasaannya tentang penuaan dan kematiannya.
        
        Terapis berusaha memberikan dukungan dan membantu David menggunakan kecemasannya dengan cara yang konstruktif.
        
        Terapis juga memastikan bahwa rasa takut tidak mendorongnya untuk segera menikah lagi.
        
        Klien menemukan bahwa fungsi penting yang berat dalam hidupnya sendiri adalah untuk menyembunyikan kehampaan, ketiadaan struktur di bawahnya.
        -Klien belajar bagaimana menyendiri di dunia dan apa artinya bertanggung jawab atas keberadaannya sendiri.
        
        Klien belajar bagaimana menjadi ibu dan ayah sendirian seperti tujuan utama dari psikoterapi.
  - - - isolasi terdiri dari 3 bentuk, yaitu Interpersonal Isolation, Intrapersonal Isolation, Existential Isolation.
- - - - Alastair memiliki masalah kepercayaan diri dan harga diri karena ia menginternalisasi keyakinan dan sikap negatif tentang dirinya sendiri.
        
        Dengan pendekatan analisis transaksional, psikoterapis melakukan 14 sesi dengan Alastair dengan memberi strokes, mengevaluasi life scripts, menggunakan dekontaminasi, dan lain-lain.
  - - - Klien merupakan seorang ayah yang memiliki masalah relasi perkawinan dan masalah pengasuhan anak. Klien dan pasangannya memiliki pola pengasuhan yang berbeda.
        
        Penanganan kasus ini menggunakan psikoterapi analisis transaksional dengan setting terapi pasangan. Fokus dari terapi analisis transaksional ini adalah perbaikan masalah relasi yang akan turut memperbaiki pola asuh anak.Sesi intervensi dilakukan sebanyak 8 kali dengan durasi 60-90 menit tiap sesinya. Terjadi empat tahap kesembuhan yang akan dialami klien (esembuhan kontrol sosial, kesembuhan gejala, kesembuhan transferensi, dan kesembuhan naskah atau otonomi).
  - - - Ego state orang tua
      - Ego state dewasa
      - Ego state anak
- - - - Penelitian ini menunjukkan bahwa terapi Gestalt dapat membantu korban untuk memperoleh kembali rasa keamanan, kepercayaan pada orang lain, dan kontrol atas hidup mereka, dengan teknik-teknik Gestalt yang dapat membantu korban untuk memperoleh kesadaran penuh tentang diri mereka sendiri dan pengalaman yang mereka alami di masa lalu. Penerapan terapi Gestalt memerlukan pendekatan yang sensitif dan perhatian terhadap kondisi korban, dengan terapis yang dapat membangun hubungan kepercayaan dengan korban dan membantu mereka merasa aman dan nyaman dalam membagikan pengalaman mereka.
  - - - Subjek (H) memiliki ayah yang tidak tinggal dengannya sejak subjek kecil dan ibu subjek meninggal saat subjek berusia 14 tahun. Subjek kecewa pada ayahnya dan Subjek cenderung sulit untuk membuat emosinya stabil sehingga rasa marah subjek belum dapat tersampaikan dengan baik apalagi subjek tidak memahami cara untuk menyampaikan kekecewaannya kepada ayahnya.
        
        Permasalahan perilaku subjek dapat ditangani menggunakan terapi Gestalt yang berfokus pada pengembangan diri dan kesadaran diri individu terhadap orang lain, lingkungan, maupun diri sendiri.
        
        Teknik yang akan digunakan yakni kursi kosong. Terapi ini adalah salah satu cara untuk mengajak subjek mengeksternalisasi introyeksinya dan untuk menyampaikan kekecewaan dan kemarahan pada ayahnya.
        
        Terapi dilakukan dengan 5 sesi yaitu Sesi I (Fase awal), Sesi II (Clearing the ground), Sesi III (The existential encounter), Sesi IV (Integrasi), dan Sesi V (Kursi kosong).
- - - - Klien berusia 43 tahun dan merupakan penderita skizifrenia.Klien adalah individu yang serba ingin tahu, tetapi kurang dapat menentukan tujuan dan mengambil keputusan. Beberapa kegagalan dalam hidup klien membuat klien merasa tidak mampu, merasa tidak berharga, dan merasa tidak dapat memenuhi harapan orang tuanya. Kegagalan tersebut membuat klien mulai mengembangkan keyakinan yang tidak rasional yang membuatnya semakin mendapatkan konsekuensi maladaptif yang berujung pada gejala patologis. Muncul juga halusinasi auditorik pada klien.
        
        Permasalahan pada klien yaitu rendahnya penerimaan diri yang disebabkan oleh irrational belief.
        
        Penanganan untuk kasus ini berupa intervensi pendekatan kognitif dengan teknik REBT karena tujuan utama dari psikoterapi ini adalah memperbaiki dan merubah sikap, persepsi, cara berpikir, keyakinan, serta pandangan klien yang irasional dan tidak logis menjadi rasional dan logis agar klien dapat mengembangkan diri.
        
        REBT diterapkan melalui lima sesi yaitu Sesi I (Membangun raport), Sesi II (Identifikasi masalah, orang, dan situasi), Sesi III (Implementasi REBT I), Sesi IV (Implementasi REBT II), Sesi V (Evaluasi dan terminasi), dan sesi tambahan, Sesi VI (Follow up).
        
        Setelah dilakukan intervensi, klien sudah mampu memandang suatu permasalahan dari sudut pandang lain, klien tidak lagi terpaku pada irrational belief, klien lebih menerima diri, orang lain, dan lingkungannya, dan perubahan lainnya.
  - - - Kekerasan dalam hubungan pacaran bisa berefek membuat korban menjadi berpikir irasional. Dalam REBT, dilakukan pendekatan untuk mengajak korban kekerasan dalam hubungan pacaran untuk menggantikan pikiran irasionalnya dengan pikiran rasional. Proses penggantian biasa disebut dengan disputing. Dalam penelitian Matud (2005) menyatakan bahwa salah satu penanganan depresi yang efektif menggunakan pendekatan REBT. Penelitian Anggreiny (2013) menunjukkan bahwa REBT dapat meningkatkan kemampuan mengatasi masalah emosi pada remaja penyintas kekerasan seksual.