DYSPEPSIA

ANATOMI ORGAN PENCERNAAN ATAS

ALUR DIAGNOSIS

PATOFISIOLOGI DISPEPSIA FUNGSIONAL

KOMPLIKASI DISPEPSIA

TATA LAKSANA FARMAKO & NONFARMAKO

EDUKASI

FISIOLOGI GASTER

HISTOLOGI GASTER

GEJALA

FAKTOR RESIKO & ETIOLOGI

Gaster

Duodenum

Esophagus

Faring

Cavum Oris

Lambung merupakan kantong muskuler pada traktus gastrointestinal yang harus dilewati makanan sebelum mencapai usus. Tidak hanya sebagai kantung, lambung memberikan kontribusi tersendiri pada sistem pencernaan. Di lambung, makanan akan disimpan hingga dapat diproses oleh duodenum. Terdapat pula mekanisme yang mengatur pengosongan lambung ke duodenum supaya nutrisi yang terdapat pada makanan dapat diabsorpsi secara optimal oleh usus. Lambung juga memiliki fungsi mencampur makanan dengan sekresi dari lambung untuk membentuk suatu campuran dengan konsistensi setengah cair yang disebut kimus. Sewaktu makanan memasuki lambung terdapat refleks vasovagal dari lambung menuju batang otak kemudian kembali lagi ke lambung untuk memberikan respon berupa pengurangan tonus dalam lambung sehingga dinding dapat menonjol keluar secara progresif untuk menyesuaikan diri dengan jumlah makanan yang masuk, sampai lambung berelaksasi sempurna yaitu sekitar 1,5 liter.

Tunica submucosa

Tunica muscularis

Tunica mucosa

Tunika adventisia

Rasa penuh setelah makan

Cepat kenyang

Kembung

Mual dan muntah

FARMAKO

NONFARMAKO

Inflamasi faring dan laring

Aspirasi paru

Anemia

Perforasi lambung

Kanker esofagus

Ulkus peptikum

Membatasi konsumsi kafein dan alkohol

Makan dalam porsi kecil, tetapi sering dan dianjurkan untuk makan 5–6 kali sehari

Menghindari penggunaan atau konsumsi antinyeri, seperti aspirin dan ibuprofen. Gunakan antinyeri lain yang lebih aman bagi lambung seperti parasetamol

Membatasi konsumsi makanan yang bisa menyebabkan terjadinya dispepsia

Mengontrol stres dan rasa cemas

FAKTOR RESIKO

ETIOLOGI

Mengonsumsi obat-obatan tertentu

Sering mengonsumsi makanan pedas dan berlemak

Merokok

Mengonsumsi minuman soda atau berkafein

Patofisiologi dispepsia hingga kini masih belum sepenuhnya jelas dan penelitian-penelitian masih terus dilakukan terhadap faktor-faktor yang dicurigai memiliki peranan bermakna, seperti Abnormalitas fungsi motorik lambung (khususnya keterlambatan pengosongan lambung, hipomotilitas antrum, hubungan antara volume lambung saat puasa yang rendah dengan pengosongan lambung yang lebih cepat, serta gastric compliance yang lebih rendah), infeksi Helicobacter 7 pylori dan faktor-faktor psikososial, khususnya terkait dengan gangguan cemas dan depresi.

Pemeriksaan Fisik

Pemeriksaan Penunjang

Anamnesis

Penegakan diagnosis

Dispepsia fungsional disebabkan oleh beberapa faktor utama, antara lain gangguan motilitas gastroduodenal, infeksi Hp, asam lambung, hipersensitivitas viseral, dan faktor psikologis. Faktor-faktor lainnya yang dapat berperan adalah genetik, gaya hidup, lingkungan, diet dan riwayat infeksi gastrointestinal sebelumnya.

Obat golongan sitoproteksi

Antibiotika

Obat golongan penekan asam lambung

Stop merokok & alkohol

Stop kafein (stimulan asam lambung)

Menghindari stress

Menghindari makanan dan minuman soda

modifikasi gaya hidup & menghindari obat penyebab ulcer (aspirin & NSAIDs lain, bisphosphonat oral, KCl, pengobatan imunosupresan)

Menghindari makan di malam hari