Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
SKENARIO 1C - Coggle Diagram
SKENARIO 1C
DIAGNOSIS BANDING
-
-
Difteri laring
Difteri laring harus dibedakan dari croup baik spasmodik maupun non-spasmodik, epiglottitis akut, laringotrakeobronkitis, aspirasi benda asing, abses peri-dan retrofaringeal, hemangioma, serta limfangioma.
-
FISIOLOGI AKIBAT INFEKSI
Respon imun terhadap bakteri ekstraseluler dan intraseluler dan masing-masing akan dibagi lagi menjadi imunitasalamiah dan imunitas spesifik
Imunitas alamiah pada bakteri ekstraseluler melalui mekanisme fagositosis oleh neutrophil, monosit serta makrofagjaringan sedangkan imunitas spesifik pada ekstraseluler.
-
PATOFISIOLOGI DEMAM
Difteri diawali oleh masuknya C. diphtheriae ke dalam hidung atau mulut dan terlokalisasi pada permukaan mukosa saluran pernapasan atas (mata dan genitalia juga dapat menjadi tempat lokalisasi bakteri).
Setelah periode inkubasi 2-4 hari, strain difteri yang terinfeksi (mengalami lisogenisasi) dapat menghasilkan toksin.
DEMAM
Merupakan pengaturan kembali thermostat hipotalamus yang bersifat sementara menuju ke tingkat yang lebih tinggi sebagai respons terhadap pirogen eksogen (produksi endotoksin oleh patogen) dan endogen.
FISIOLOGI REGULASI TUBUH
Ada patogen eksogen atau patogen dari luar masuk contoh entoksin dari bakteri gram negatif, patogen tersebut selanjutnya akan diopsonisasi oleh komplemen dan difagosit oleh makrofag misal sel kapiler di hati
PATOGENESIS DEMAM
Bakteri corynebacterium diphtheria akan tumbuh di membran mukosa atau kulit dan kemudian bakteri akan mulai menghasilkan toksin.
PANDANGAN ISLAM
"Janganlah Engkau mencela demam. Karena demam itu dapat menghilangkan kesalahan-kesalahan manusia. Sebagaimana kiir (alat pandai besi) dapat menghilangkan karat besi." (HR. Muslim)
ETIOLOGI DEMAM
Corynebacterium diphtheriae merupakan bakteri basil gram positif anaerob. Produksi toksin terjadi hanya jika bakteri terinfeksi (mengalami lisogenisasi) oleh virus spesifik (bakteriofage) yang membawa informasi genetik untuk toksin (gen tox).
-