Please enable JavaScript.

Coggle requires JavaScript to display documents.

Mind Map Bumi Sebagai Ruang Kehidupan, Pembuatan bulan gak penting kan?,…

- - - - Konveksi mantel
        
        proses yang mendorong lempeng tektonik, adalah hasil dari aliran panas dari interior bumi ke permukaan bumi. Ini melibatkan penciptaan lempeng tektonik kaku di pegunungan tengah samudra. Pelat-pelat ini dihancurkan dengan subduksi ke dalam mantel di zona subduksi. Selama Archean awal (sekitar 3,0 Ga) mantelnya jauh lebih panas daripada hari ini, mungkin sekitar 1.600 °C (2.910 °F), jadi konveksi di mantel lebih cepat. Meskipun proses yang mirip dengan tektonik lempeng masa kini memang terjadi, ini juga akan berlangsung lebih cepat. Kemungkinan bahwa selama Hadean dan Archean, zona subduksi lebih umum, dan oleh karena itu lempeng tektonik lebih kecil.
      - Atmosfer pertama
        
        Atmosfer pertama, yang ditangkap dari nebula surya, terdiri dari elemen cahaya (atmofil) dari nebula surya, sebagian besar hidrogen dan helium. Kombinasi dari angin matahari dan panas bumi akan mengusir atmosfer ini, akibatnya atmosfer sekarang kehabisan unsur-unsur ini dibandingkan dengan kelimpahan kosmik.
        
        Atmosfer kedua
        
        atmosfer kedua dibentuk oleh pelepasan gas volatil dari interior bumi. Sekarang dianggap mungkin bahwa banyak volatil yang dikirim selama akresi oleh proses yang dikenal sebagai degassing dampak di mana benda yang masuk menguap pada dampak. Oleh karena itu, lautan dan atmosfer akan mulai terbentuk bahkan saat Bumi terbentuk.Atmosfer baru mungkin mengandung uap air, karbon dioksida, nitrogen, dan sejumlah kecil gas lainnya.
        
        Atmosfer ketiga
        
        Akhirnya, atmosfer ketiga, yang kaya oksigen, muncul ketika bakteri mulai memproduksi oksigen sekitar 2,8 Ga.
      - Samudera
        
        Saat Bumi mendingin, awan terbentuk. Hujan menciptakan lautan. Bukti terbaru menunjukkan lautan mungkin telah mulai terbentuk sedini 4,4 Ga. Pada awal eon Archean, mereka sudah menutupi sebagian besar Bumi. Formasi awal ini sulit dijelaskan karena masalah yang dikenal sebagai paradoks Matahari muda yang redup. Bintang diketahui semakin terang seiring bertambahnya usia, dan Matahari menjadi 30% lebih terang sejak pembentukannya 4,5 miliar tahun lalu. Banyak model menunjukkan bahwa Bumi awal seharusnya tertutup es. Solusi yang mungkin adalah bahwa ada cukup karbon dioksida dan metana untuk menghasilkan efek rumah kaca. Karbon dioksida akan dihasilkan oleh gunung berapi dan metana oleh mikroba awal. Dihipotesiskan bahwa ada juga kabut organik yang dihasilkan dari produk fotolisis metana yang juga menyebabkan efek anti-rumah kaca. Gas rumah kaca lainnya, amonia, akan dikeluarkan oleh gunung berapi tetapi dengan cepat dihancurkan oleh radiasi ultraviolet.
      - Asal usul kehidupan
        
        Langkah pertama munculnya kehidupan mungkin adalah reaksi kimia yang menghasilkan banyak senyawa organik yang lebih sederhana, termasuk nukleobasa dan asam amino, yang merupakan bahan penyusun kehidupan. Percobaan pada tahun 1953 oleh Stanley Miller dan Harold Urey menunjukkan bahwa molekul tersebut dapat terbentuk di atmosfer air, metana, amonia, dan hidrogen dengan bantuan percikan api untuk meniru efek petir. Meskipun komposisi atmosfer mungkin berbeda dari yang digunakan oleh Miller dan Urey, eksperimen selanjutnya dengan komposisi yang lebih realistis juga berhasil mensintesis molekul organik. Simulasi komputer menunjukkan bahwa molekul organik luar bumi bisa saja terbentuk di piringan protoplanet sebelum pembentukan Bumi.
        Kompleksitas tambahan dapat dicapai dari setidaknya tiga titik awal yang mungkin: replikasi diri, kemampuan organisme untuk menghasilkan keturunan yang serupa dengan dirinya sendiri; metabolisme, kemampuannya untuk memberi makan dan memperbaiki dirinya sendiri; dan membran sel eksternal, yang memungkinkan makanan masuk dan produk limbah keluar, tetapi mengecualikan zat yang tidak diinginkan.
        
        Replikasi pertama: dunia RNA
        
        Bahkan anggota paling sederhana dari tiga domain kehidupan modern menggunakan DNA untuk merekam "resep" mereka dan susunan molekul RNA dan protein yang kompleks untuk "membaca" instruksi ini dan menggunakannya untuk pertumbuhan, pemeliharaan, dan replikasi diri.
        Penemuan bahwa sejenis molekul RNA yang disebut ribozim dapat mengkatalisis replikasinya sendiri dan konstruksi protein mengarah pada hipotesis bahwa bentuk kehidupan sebelumnya sepenuhnya didasarkan pada RNA. Mereka bisa saja membentuk dunia RNA di mana ada individu tetapi tidak ada spesies, karena mutasi dan transfer gen horizontal akan berarti bahwa keturunan di setiap generasi kemungkinan besar memiliki genom yang berbeda dari yang orang tua mereka mulai. RNA nantinya akan digantikan oleh DNA, yang lebih stabil dan oleh karena itu dapat membangun genom yang lebih panjang, memperluas jangkauan kemampuan yang dapat dimiliki satu organisme. Ribozim tetap sebagai komponen utama ribosom, "pabrik protein" sel modern.
        
        Metabolisme pertama: dunia besi-sulfur
        
        Hipotesis lama lainnya adalah bahwa kehidupan pertama terdiri dari molekul protein. Asam amino, bahan penyusun protein, mudah disintesis dalam kondisi prebiotik yang masuk akal, seperti halnya peptida kecil (polimer asam amino) yang membuat katalis yang baik. Serangkaian percobaan yang dimulai pada tahun 1997 menunjukkan bahwa asam amino dan peptida dapat terbentuk dengan adanya karbon monoksida dan hidrogen sulfida dengan katalis besi sulfida dan nikel sulfida. Sebagian besar langkah dalam perakitannya membutuhkan suhu sekitar 100 °C (212 °F) dan tekanan sedang, meskipun satu tahap membutuhkan 250 °C (482 °F) dan tekanan yang setara dengan yang ditemukan di bawah 7 kilometer (4,3 mil) dari batu. Oleh karena itu, sintesis protein mandiri dapat terjadi di dekat lubang hidrotermal.
        Kesulitan dengan skenario metabolisme-pertama adalah menemukan cara bagi organisme untuk berevolusi. Tanpa kemampuan untuk bereplikasi sebagai individu, kumpulan molekul akan memiliki "genom komposisi" (jumlah spesies molekul dalam agregat) sebagai target seleksi alam. Namun, model terbaru menunjukkan bahwa sistem seperti itu tidak dapat berevolusi sebagai respons terhadap seleksi alam.
        
        Membran pertama: Dunia lipid
        
        Telah dikemukakan bahwa "gelembung" lipid berdinding ganda seperti yang membentuk membran luar sel mungkin merupakan langkah pertama yang penting. Eksperimen yang mensimulasikan kondisi awal Bumi telah melaporkan pembentukan lipid, dan ini dapat secara spontan membentuk liposom, "gelembung" berdinding ganda, dan kemudian bereproduksi sendiri. Meskipun mereka secara intrinsik bukan pembawa informasi seperti asam nukleat, mereka akan tunduk pada seleksi alam untuk umur panjang dan reproduksi. Asam nukleat seperti RNA mungkin kemudian terbentuk lebih mudah di dalam liposom daripada di luar.
        
        Teori clay
        
        Beberapa lempung, terutama montmorillonit, memiliki sifat yang menjadikannya akselerator yang masuk akal untuk munculnya dunia RNA: mereka tumbuh dengan replikasi diri dari pola kristalnya, tunduk pada analogi seleksi alam (sebagai "spesies" tanah liat yang tumbuh paling cepat dalam lingkungan tertentu dengan cepat menjadi dominan), dan dapat mengkatalisis pembentukan molekul RNA. Meskipun gagasan ini belum menjadi konsensus ilmiah, ia masih memiliki pendukung aktif.
      - Proterozoic Eon
        
        Revolusi oksigen
        
        Sel-sel paling awal menyerap energi dan makanan dari lingkungan sekitarnya. Mereka menggunakan fermentasi, pemecahan senyawa yang lebih kompleks menjadi senyawa yang kurang kompleks dengan energi yang lebih sedikit, dan menggunakan energi yang dibebaskan untuk tumbuh dan berkembang biak. Fermentasi hanya dapat terjadi dalam lingkungan anaerobik (bebas oksigen). Evolusi fotosintesis memungkinkan sel memperoleh energi dari Matahari.
        Sebagian besar kehidupan yang menutupi permukaan bumi bergantung secara langsung atau tidak langsung pada fotosintesis. Bentuk yang paling umum, fotosintesis oksigenik, mengubah karbon dioksida, air, dan sinar matahari menjadi makanan. Ini menangkap energi sinar matahari dalam molekul kaya energi seperti ATP, yang kemudian menyediakan energi untuk membuat gula. Untuk memasok elektron di sirkuit, hidrogen dilepaskan dari air, meninggalkan oksigen sebagai produk limbah. Beberapa organisme, termasuk bakteri ungu dan bakteri belerang hijau, menggunakan bentuk fotosintesis anoksigenik yang menggunakan alternatif hidrogen yang dilepaskan dari air sebagai donor elektron; contohnya adalah hidrogen sulfida, belerang dan besi. Organisme ekstremofilik seperti itu terbatas pada lingkungan yang tidak ramah seperti mata air panas dan ventilasi hidrotermal.
        
        Bumi Bola Salju
        
        Ada empat periode, masing-masing berlangsung sekitar 10 juta tahun, antara 750 dan 580 juta tahun yang lalu, ketika bumi diperkirakan tertutup es selain dari pegunungan tertinggi, dan suhu rata-rata sekitar 50 °C (−58 ° F). Bola salju mungkin sebagian karena lokasi superbenua Rodinia yang mengangkangi Khatulistiwa. Karbon dioksida bergabung dengan hujan ke batuan cuaca untuk membentuk asam karbonat, yang kemudian terbawa ke laut, sehingga mengekstraksi gas rumah kaca dari atmosfer. Ketika benua berada di dekat kutub, kemajuan es menutupi bebatuan, memperlambat pengurangan karbon dioksida, tetapi di Cryogenian pelapukan Rodinia dapat terus berlanjut sampai es maju ke daerah tropis. Prosesnya mungkin akhirnya dibalikkan oleh emisi karbon dioksida dari gunung berapi atau destabilisasi hidrat gas metana. Menurut teori alternatif Slushball Earth, bahkan pada puncak zaman es masih ada perairan terbuka di Khatulistiwa.
        
        Munculnya eukariota
        
        Sekitar waktu ini, proto-mitokondria pertama terbentuk. Sebuah sel bakteri yang terkait dengan Rickettsia hari ini, yang telah berevolusi untuk memetabolisme oksigen, memasuki sel prokariotik yang lebih besar, yang tidak memiliki kemampuan itu. Mungkin sel besar mencoba mencerna yang lebih kecil tetapi gagal (mungkin karena evolusi pertahanan mangsa). Sel yang lebih kecil mungkin telah mencoba untuk menjadi parasit pada sel yang lebih besar. Bagaimanapun, sel yang lebih kecil bertahan di dalam sel yang lebih besar. Menggunakan oksigen, memetabolisme produk limbah sel yang lebih besar dan menghasilkan lebih banyak energi. Bagian dari kelebihan energi ini dikembalikan ke tuan rumah. Sel yang lebih kecil direplikasi di dalam yang lebih besar. Segera, simbiosis yang stabil berkembang antara sel besar dan sel-sel kecil di dalamnya. Seiring waktu, sel inang memperoleh beberapa gen dari sel yang lebih kecil, dan kedua jenis menjadi saling bergantung: sel yang lebih besar tidak dapat bertahan hidup tanpa energi yang dihasilkan oleh yang lebih kecil, dan ini, pada gilirannya, tidak dapat bertahan hidup tanpa bahan baku yang disediakan oleh sel yang lebih besar. Seluruh sel sekarang dianggap sebagai organisme tunggal, dan sel-sel yang lebih kecil diklasifikasikan sebagai organel yang disebut mitokondria.
        
        Archaean, bakteri, dan eukariota terus melakukan diversifikasi dan menjadi lebih kompleks dan lebih baik beradaptasi dengan lingkungan mereka. Setiap domain berulang kali dipecah menjadi beberapa garis keturunan, meskipun sedikit yang diketahui tentang sejarah archaea dan bakteri. Sekitar 1,1 Ga, superbenua Rodinia sedang berkumpul. Garis tumbuhan, hewan, dan jamur telah terbelah, meskipun mereka masih ada sebagai sel soliter. Beberapa dari mereka tinggal di koloni, dan secara bertahap pembagian kerja mulai terjadi; misalnya, sel-sel di pinggiran mungkin sudah mulai mengambil peran yang berbeda dari sel-sel di bagian dalam. Meskipun pembagian antara koloni dengan sel khusus dan organisme multiseluler tidak selalu jelas, sekitar 1 miliar tahun yang lalu, tanaman multiseluler pertama muncul, mungkin ganggang hijau. Mungkin sekitar 900 Ma multiseluleritas sejati juga telah berevolusi pada hewan.
        Pada awalnya, mungkin menyerupai spons saat ini, yang memiliki sel totipoten yang memungkinkan organisme yang terganggu untuk menyusun kembali dirinya sendiri. Ketika pembagian kerja selesai di semua lini organisme multiseluler, sel menjadi lebih terspesialisasi dan lebih bergantung satu sama lain; sel yang terisolasi akan mati.
        
        Peristiwa serupa terjadi dengan cyanobacteria fotosintesis memasuki sel heterotrofik besar dan menjadi kloroplas. Mungkin sebagai akibat dari perubahan ini, barisan sel yang mampu berfotosintesis terpisah dari eukariota lain lebih dari 1 miliar tahun yang lalu. Mungkin ada beberapa acara inklusi semacam itu. Selain teori endosimbiotik yang mapan tentang asal usul seluler mitokondria dan kloroplas, ada teori bahwa sel menyebabkan peroksisom, spirochetes menyebabkan silia dan flagela, dan bahwa mungkin virus DNA menyebabkan inti sel, meskipun tidak satupun dari mereka secara luas diterima.
        
        Supercontinents
        
        Rekonstruksi pergerakan lempeng tektonik dalam 250 juta tahun terakhir (era Kenozoikum dan Mesozoikum) dapat dilakukan dengan andal menggunakan pemasangan tepi benua, anomali magnetik dasar laut, dan kutub paleomagnetik. Tidak ada kerak laut yang berumur lebih jauh dari itu, jadi rekonstruksi lebih awal lebih sulit. Kutub paleomagnetik dilengkapi dengan bukti geologis seperti sabuk orogenik, yang menandai tepi lempeng purba, dan distribusi flora dan fauna masa lalu. Semakin jauh ke masa lalu, semakin langka dan sulit untuk menafsirkan data yang didapat dan semakin tidak pasti rekonstruksinya.
        
        Sepanjang sejarah Bumi, ada kalanya benua-benua bertabrakan dan membentuk superbenua, yang kemudian pecah menjadi benua-benua baru. Sekitar 1000 hingga 830 Ma, sebagian besar massa benua bersatu di superbenua Rodinia. Rodinia mungkin telah didahului oleh benua Proterozoikum Awal-Tengah yang disebut Nuna dan Columbia.
        
        Setelah pecahnya Rodinia sekitar 800 Ma, benua mungkin telah membentuk superkontinen lain berumur pendek sekitar 550 Ma. Superbenua hipotetis kadang-kadang disebut sebagai Pannotia atau Vendia. Buktinya adalah fase tumbukan benua yang dikenal sebagai orogeni Pan-Afrika, yang bergabung dengan massa benua Afrika, Amerika Selatan, Antartika, dan Australia saat ini. Keberadaan Pannotia tergantung pada waktu pemisahan antara Gondwana (yang mencakup sebagian besar daratan sekarang di Belahan Bumi Selatan, serta Semenanjung Arab dan anak benua India) dan Laurentia (kira-kira setara dengan Amerika Utara saat ini). Setidaknya dapat dipastikan bahwa pada akhir eon Proterozoikum, sebagian besar massa benua bersatu dalam posisi di sekitar kutub selatan.
        
        Iklim dan kehidupan Proterozoikum Akhir
        
        Phanerozoic Eon
        
        Tektonik, paleogeografi dan iklim
        
        Pada akhir Proterozoikum, superbenua Pannotia telah pecah menjadi benua yang lebih kecil Laurentia, Baltica, Siberia dan Gondwana. Selama periode ketika benua bergerak terpisah, lebih banyak kerak samudera terbentuk oleh aktivitas gunung berapi. Karena kerak vulkanik muda relatif lebih panas dan kurang padat daripada kerak samudera tua, dasar laut naik selama periode tersebut. Hal ini menyebabkan permukaan air laut naik. Oleh karena itu, pada paruh pertama Paleozoikum, sebagian besar benua berada di bawah permukaan laut.
        
        Iklim Paleozoikum awal lebih hangat daripada hari ini, tetapi akhir Ordovisium melihat zaman es pendek di mana gletser menutupi kutub selatan, di mana benua besar Gondwana berada. Jejak glasiasi dari periode ini hanya ditemukan di bekas Gondwana. Selama zaman es Ordovisium Akhir, beberapa kepunahan massal terjadi, di mana banyak brakiopoda, trilobita, Bryozoa, dan karang menghilang. Spesies laut ini mungkin tidak dapat menghadapi penurunan suhu air laut.
        
        Benua Laurentia dan Baltica bertabrakan antara 450 dan 400 Ma, selama Orogeni Kaledonia, untuk membentuk Laurussia (juga dikenal sebagai Euramerica). Jejak sabuk gunung yang disebabkan oleh tabrakan ini dapat ditemukan di Skandinavia, Skotlandia, dan Appalachian utara. Pada periode Devonian (416–359 M) Gondwana dan Siberia mulai bergerak menuju Laurussia. Tabrakan Siberia dengan Laurussia menyebabkan Orogeni Ural, tumbukan Gondwana dengan Laurussia disebut Orogeni Variscan atau Hercynian di Eropa atau Orogeni Alleghenian di Amerika Utara. Fase terakhir terjadi selama periode Karbon (359-299 Ma) dan menghasilkan pembentukan superbenua terakhir, Pangaea.
        
        Ledakan Kambrium
        
        Laju evolusi kehidupan sebagaimana dicatat oleh fosil dipercepat pada periode Kambrium (542–488 Ma). Munculnya banyak spesies, filum, dan bentuk baru secara tiba-tiba pada periode ini disebut Ledakan Kambrium. Penggerak biologis dalam Ledakan Kambrium belum pernah terjadi sebelumnya dan sejak saat itu. Sedangkan bentuk kehidupan Ediacaran tampak primitif dan tidak mudah untuk dimasukkan ke dalam kelompok modern mana pun, pada akhir filum paling modern Kambrium sudah ada. Perkembangan bagian tubuh yang keras seperti cangkang, kerangka atau eksoskeleton pada hewan seperti moluska, echinodermata, crinoid dan artropoda (kelompok artropoda yang terkenal dari Paleozoikum bawah adalah trilobita) membuat pelestarian dan fosilisasi bentuk kehidupan seperti itu lebih mudah daripada orang-orang dari nenek moyang Proterozoikum mereka. Untuk alasan ini, lebih banyak yang diketahui tentang kehidupan di dalam dan setelah Kambrium daripada tentang periode yang lebih tua. Beberapa dari kelompok Kambrium ini tampak kompleks tetapi tampaknya sangat berbeda dari kehidupan modern; contohnya adalah Anomalocaris dan Haikouichthys. Baru-baru ini, bagaimanapun, ini tampaknya telah menemukan tempat dalam klasifikasi modern.
        
        Akhir Proterozoikum melihat setidaknya dua Bumi Bola Salju, sangat parah sehingga permukaan lautan mungkin telah benar-benar beku. Ini terjadi sekitar 716,5 dan 635 Ma, pada periode Cryogenian. Intensitas dan mekanisme kedua glasiasi masih dalam penyelidikan dan lebih sulit dijelaskan daripada Bumi Bola Salju Proterozoikum awal. Kebanyakan ahli paleoklimatologi berpikir episode dingin terkait dengan pembentukan superbenua Rodinia. Karena Rodinia berpusat di khatulistiwa, laju pelapukan kimia meningkat dan karbon dioksida (CO2) diambil dari atmosfer. Karena CO2 adalah gas rumah kaca yang penting, iklim mendingin secara global. Dengan cara yang sama, selama Snowball Earths, sebagian besar permukaan benua ditutupi dengan lapisan es, yang menurunkan pelapukan kimia lagi, yang mengarah ke akhir glasiasi. Hipotesis alternatifnya adalah bahwa cukup banyak karbon dioksida yang lolos melalui pelepasan gas vulkanik sehingga efek rumah kaca yang dihasilkan meningkatkan suhu global. Peningkatan aktivitas vulkanik dihasilkan dari pecahnya Rodinia pada waktu yang hampir bersamaan.
        
        Periode Cryogenian diikuti oleh periode Ediacaran, yang ditandai dengan perkembangan pesat bentuk kehidupan multiseluler baru. Apakah ada hubungan antara akhir zaman es yang parah dan peningkatan keragaman kehidupan tidak jelas, tetapi tampaknya tidak kebetulan. Bentuk kehidupan baru, yang disebut biota Ediacara, lebih besar dan lebih beragam dari sebelumnya. Meskipun taksonomi sebagian besar bentuk kehidupan Ediacaran tidak jelas, beberapa adalah nenek moyang kelompok kehidupan modern. Perkembangan penting adalah asal mula sel otot dan saraf. Tak satu pun dari fosil Ediacaran memiliki bagian tubuh yang keras seperti kerangka. Ini pertama kali muncul setelah batas antara eon Proterozoikum dan Fanerozoikum atau periode Ediacaran dan Kambrium.
- - - - Middle Ages
        
        Early modern period
        
        Long nineteenth century
        
        First, interwar and Second World Wars
        
        Post-Cold War / Postmodernity