Please enable JavaScript.

Coggle requires JavaScript to display documents.

Usaha VOC : Merebut Hegemoni - Coggle Diagram

- - - - VOC sudah berada di Maluku untuk waktu yang lama, tapi belum berhasil menguasai monopoli rempah di sana.
      - Muncullah persekutuan antara Hitu, suatu kaum Muslim, dengan pasukan Ternate di Hoamoal dengan dukungan Gowa untung menentang VOC.
        
        Persekutuan ini dipimpin oleh Kakiali, yang berhasil membangun benteng-benteng di pedalaman dan memimpin penjarahan kampung-kampung Kristen.
        
        Pada tahun 1634, VOC berhasil menjebak dan menawan Kakiali, seorang Hitu muslim. yang hanya menaikkan usaha perlawanan terhadap VOC.
        
        Pada tahun 1637, Gubernur Jenderal Van Diemen membebaskan Kakiali dan mendukungnya sebagai pemimpin orang Hitu. Kakiali bersumpah untuk mendukung monopoli VOC, tapi saat Van Diemen pergi, Kakiali membentuk persekutuan lagi dengan orang Hitu, pasukan Ternate di Hoamoal, dan Gowa, sekaligus mendorong perdagangan gelap rempah-rempah.
        
        Pada tahun 1641, Kakiali menyerang desa yang bersahabat dengan VOC dan benteng VOC. Sayangnya, pada tahun itu, Malaka sudah jatuh ke tangan VOC, sehingga bisa mengerahkan lebih banyak kekuatan militer untuk menyelesaikan permasalahan di Timur.
        
        Pada tahun 1643, VOC berhasil mengusir tentara Makassar dari kubu-kubu pertahanan mereka di Hitu. Pada bulan Agustus, salah satu pengikut Kakiali membunuhnya. Pada akhirnya, benteng Kakiali berhasil direbut, tetapi peperangan terus berlanjut sampai tahun 1646, di mana VOC berhasil merebut daerah tersebut, yang mengakhiri perlawanan terhadap VOC di Hitu. Walaupun begitu, orang-orang Makasar dan Ternate masih berdagang rempah dengan melanggar monopoli VOC.
    - - Pada tahun 1650, Mandar Syah, raja Ternate pada saat itu melarikan diri dan meminta bantuan VOC karena diturunkan dengan kudeta.
        
        Gubernur Jenderal De Vlaming berhasil membantu Mandar Syah, yang memiliki kedudukannya kembali. Akan tetapi, masih ada kelompok yang menentang kuasanya, sehingga mereka memulai peperangan melawan VOC di Hoamoal.
        
        De Vlaming…
        
        Mengatasi masalah kelebihan produksi cengkeh. Pada Januari 1652, Raja dibawanya untuk menandatangani perjanjian yang melarang penanaman pohon cengkeh di manapun kecuali Ambon atau daerah-daerah kekuasaan VOC. Pala juga hanya boleh ditanam di Banda.
        
        Menentang perlawanan orang-orang Ternate di Hoamoal, orang-orang Makassar, dan orang-orang Melayu. Pada tahun 1658, VOC berhasil meraih kemenangan penuh.
        
        Peperangan ini adalah kampanye paling berdarah dalam sejarah VOC.
    - - Pada tahun 1662, Sultan Saifuddin, sultan Tidore pada saat itu, meminta bantuan VOC untuk mengusir Spanyol. VOC menjadi kekuatan Eropa terutama di Maluku pada tahun 1663, di mana Spanyol benar-benar pergi.
      - Pada tahun 1657, Saifuddin menerima perjanjian dengan VOC, yang mencakup pemusnahan tanaman rempah tidak sah dengan imbalan moneter dari VOC.
        
        Sama-sama menguntungkan :
        
        Penguasa menjadi lebih kaya dan mendapat dukungan militer VOC.
        
        VOC bisa berurusan dengan negara-negara lokal yang lebih tersentralisasi dan bisa memusnahkan rempah-rempah dengan lebih efektif.
        
        Pemusnahan rempah-rempah tidak pernah benar-benar berhasil karena rakyat setempat menemukan cara-cara untuk menanam rempah di daerah-daerah yang tidak diketahui oleh VOC.
      - Keterlibatan Tidore dengan orang-orang Eropa tidak sebesar di Ternate, tapi pengaruh VOC semakin besar pada akhir abad ke-17.
      - Tidore mengalami banyak kesulitan, seperti bencana dan pemberontakan, tapi VOC terus mendukung sultan.
      - Pada tahun 1779, VOC melengserkan Sultan Tidore karena mencurigai keterlibatan Tidore dengan adanya Inggris datang berdagang dan pasukan Filipina menyerang Maluku.
      - Kaicili Nuku, anggota terhormat dari istana Tidore, memberontak. Dia dianggap sebagai figur mesianis/penyelamat yang mendapatkan dukungan dari Halmahera Tenggara, orang-orang Papua, dan banyak orang Tidore, bahkan ada kemungkinan orang Inggris juga mendukungnya.
      - Pada tahun 1783, Sultan Tidore mengakui kekuasaan Nuku. Sebagai respons terhadap itu, Ternate bergabung dengan VOC untuk melawan Tidore pada November 1783.
      - Pada tahun 1795, Raja William ke-5 dari Belanda memerintahkan untuk menyerahkan wilayah pendudukannya kepada Inggris. Karena ini, Inggris mengambil peluang untuk menduduki Ambon dan Banda pada tahun 1796.
        
        Permusuhan antara Nuku dan Belanda pun terus berlanjut, sampai tiba kematiannya pada tahun 1805.
  - - - Karena aliansi politik dengan Tallo, Gowa memiliki wewenang ganda, di mana sultannya berasal dari garis keturunan Gowa dan perdana menterinya berasal dari garis Tallo.
      - Gowa memiliki beberapa pemimpin yang cakap dan kekuatan militer yang lebih kuat daripada para penentang VOC di Maluku Selatan.
        Perdana Menteri Karaeng Pattingalloang adalah figur pemimpin yang paling menonjol.
      - Pada pertengahan abad ke-17, Gowa adalah pusat utama dari perdagangan ‘liar’ rempah-rempah. Seperti biasa, VOC menjalin aliansi dengan kelompok yang cukup berpengaruh untuk bisa menang. Pada kasus ini, VOC bersekutu dengan Arung Palakka.
        
        Arung Palakka adalah salah satu orang Bugis dari Bone yang memberontak pada tahun 1660, tapi gagal. Pada tahun 1663, Arung Palakka menjadi serdadu VOC. Karena keterampilannya mengesankan VOC, dia dan para prajurit Bugisnya menjadi bagian penting rencana VOC menaklukkan Gowa.
        
        Pada Desember 1666, VOC tiba di Makassar bersama Arung Palakka, yang mendorong rakyat Bugis di Bone dan Soppeng untuk melawan penguasa Makassar. Pada akhirnya, VOC dan sekutu-sekutu Bugisnya menang, sehingga Sultan Hasanuddin harus menandatangani Perjanjian Bongaya pada November 1667.
        
        Perjanjian itu menimbulkan perubahan besar politik di Sulawesi Selatan. Bone dan negara-negara Bugis lainnya terlepas dari kekuasaan Gowa, Bone menggantikan kedudukan Gowa sebagai negara terkuat di Sulawesi Selatan, dan pedagang-pedagang Eropa selain VOC diusir.
        
        Arung Palakka menjadi orang terkuat di Sulawesi Selatan sampai kematiannya pada tahun 1696.
        
        Pemerintahan yang lebih otoriter terbentuk di Sulawesi Selatan semasa pemerintahannya. Karena itu, banyak orang Makassar dan Bugis yang melarikan diri ke Lombok, Sumbawa, Kalimantan, Jawa, Sumatera dan Semenanjung Malaysia.
      - Pada sisa abad ke-18, peristiwa-peristiwa di Sulawesi Selatan didominasi oleh berlanjutnya persaingan negara-negara Bugis dan Makassar.
        
        Arung Singkang adalah tokoh yang paling menonjol pada waktu itu.
        
        Pada tahun 1735, dia berusaha untuk merebut kekuasaan atas negara-negara Bugis dan Makassar dari Bone, yang menyebabkan suatu peperangan berlangsung selama puluhan tahun. Selain itu, perang saudara, yang berlangsung dari tahun 1747 sampai 1751, juga terjadi karenanya. Perjuangannya melawan Bone baru berakhir saat dia meninggal pada tahun 1765.
  - - - VOC tiba di Timor tahun 1613 dan menduduki Kupang tahun 1653. Pulau Timor adalah sumber kayu cendana. Flores, Sumba, Sawu, dan Rote memiliki arti perdagangan yang kecil.
      - Perkembangan paling mengejutkan akibat campur tangan VOC terjadi di Pulau Rote yang hanya memiliki arti perdagangan yang kecil bagi semua pihak. Rote pelan-pelan menjadi Kristen karena memberikan status yang lebih tinggi, kebebasan dari perbudakan, dan kemungkinan mendapat dukungan dari VOC.
    - - Bebas dari campur tangan VOC pada abad ke-17 dan 18, tapi tetap terpengaruh atas kehadiran VOC.
      - Setelah otoritas Kerajaan Gelgel runtuh, Bali menjadi sekumpulan kerajaan yang guncang dan saling berperang.
      - Awalnya, perdagangan Bali fokus dalam ekspor kapas, beras, babi, ternak, dan unggas. Tapi karena VOC menciptakan pasar perbudakan di Batavia, Bali menjadi ‘eksportir manusia’ yang sangat besar.
      - Pada tahun 1660, Ki Gusti Ngurah Panji Sakti menetapkan daerahnya di Bali Utara sebagai kerajaan utama. Dia menaklukkan Blambangan pada tahun 1697, kemungkinan dengan bantuan Surapati.
      - Di Bali Selatan, Mengwi muncul sebagai kekuatan utama di bawah pimpinan Gusti Agung Anom.
- - - - Membuat traktat perjanjian yang memberikan hak monopoli lada kepada VOC pada tahun 1642. VOC menawarkan perlindungan politik dan militer pada Sultan Palembang.
        
        VOC berusaha menerapkan hak-hak traktat mereka di Palembang pada tahun 1655, tapi Palembang tidak menanggapi perjanjian mereka dengan serius.
        
        VOC menghentikan kapal-kapal para pedagang dan menyita kargo mereka. Ketika VOC mencoba melanjutkan tindakan itu dengan negosiasi, maka yang terjadi justru serangan yang mengakibatkan jatuh korban baik dari para pedagang dan juga VOC.
        
        VOC melakukan pembalasan tahun 1658-1659 dengan memblokade, menyerang, dan merebut kota Palembang. Keberhasilan VOC ini karena didukung informasi yang didapat dari Jambi. Sebagai imbalan, VOC memberikan artileri dan peluang menguasai takhta Palembang dan Jambi.
        
        Sultan Palembang juga membuat perjanjian lain dengan Portugis yang mengizinkan mereka terus berdagang di wilayahnya.
    - - Di Semanjung Malaya, usaha VOC untuk memonopoli timah juga menimbulkan banyak kesulitan.
        
        Kerajaan Johor memanfaatkan situasi ini untuk membangun negara perdagangan yang makmur melalui pelabuhannya yang berada di Riau. Tahun 1687 dilaporkan ada 500-600 kapal dagang dari berbagai negara terlihat di sana. VOC tidak mampu menghalangi perkembangan ini.
        
        Pada tahun 1673, Jambi menyerang dan merampas Riau dari Johor. Sekitar tahun 1693, Johor ditimpa perubahan kekuasaan berdarah, yang melemahkan aspek politik dan perdagangannya.
        
        Pada awal abad ke-18, Johor tidak diragukan lagi menjadi kekuatan terbesar di Semenanjung Malaya. Hal ini membuat VOC merasa harus membatasinya.
        
        VOC yang sudah menguasai Malaka sejak tahun 1641, tidak bisa makmur karena kebijakannya membantu Batavia, bukan menguntungkan Malaka. Misalnya, kebijakan VOC untuk mendorong para pedagang Cina dan India untuk berdagang ke Batavia, bukan di Malaka.
  - - - Ekspansi perdagangan lada membebani Jambi pada akhir abad ke-17 karena keuntungan dari hasil perdagangan lada mengalir ke tangan para vasal, bukan penguasa Jambi.
        
        Pejabat lokal VOC sering memainkan peran sebagai pemerintah karena banyaknya kesulitan dan konflik di Jambi.
        
        Permusuhan terhadap VOC semakin memuncak pada tahun 1754, yang membuat garnisun VOC melarikan diri ke Palembang. Pada akhirnya, VOC membalas dengan membuat kontrak baru VOC-Jambi pada tahun 1756.
        
        Permusuhan Jambi dengan VOC ini dipertajam dengan munculnya para petualang Bugis. Pada tahun 1768, pos VOC diserang lagi, sehingga VOC menyerah dan pergi dari Jambi. Sejak itu, untuk beberapa dekade, Jambi lebih dikenal sebagai sarang penyamun.
        
        Sayangnya, VOC menjalaninya dengan cara yang menyakiti hati rakyat dan memperkaya diri saja.
    - - Riau adalah pelabuhan dagang yang menjanjikan. VOC mau Riau untuk makmur, karena dia memerlukan negara yang dapat menegakkan kondisi dagang yang damai di selatan Selat Malaka, untuk kepentingan dagang mereka pribadi.
        
        Tahun 1713, Riau menolak tawaran kontrak baru VOC, sampai kemudian Batavia memaksa Riau menandatanganinya. Traktat baru yang disepakati ini tetap tidak dilaksanakan oleh Riau.
        
        Pada abad ke-18, ketika VOC mulai merosot, Johor-Riau tidak lagi melihat VOC sebagai ancaman.
        
        Pada tahun 1722, orang-orang Bugis merebut Riau kembali untuk Johor. Dengan berkuasa di Riau, Selat Malaka kembali aman dan stabil untuk perdagangan.
    - - Pada akhir abad ke-17 : masa keemasan.
        
        Sultan Abdul Rahman dikenal sebagai pemimpin ideal karena bisa menjaga hubungan baik dengan VOC dan sebaliknya.
        
        Palembang kemudian mengalami periode perebutan suksesi setelah kematian Sultan tahun 1706, yang berakhir dengan naiknya Sultan Mahmud Badaruddin.
        
        Seperti halnya lada Palembang, secara teori, VOC juga mendapat monopoli timah. Namun, tidak lebih separuh hasil produksi timah yang didapatkan VOC ketika melihat keadaan di lapangan. Sisanya dijual dalam perdagangan liar, di mana harganya jauh lebih tinggi daripada yang dibayar VOC. Sultan Mahmud Badaruddin juga terlibat dalam perdagangan gelap ini dan menjadi kaya karenanya.
        
        Ia memerintah dengan sistem konsensus, yang biasa dipakai oleh raja-raja Nusantara yang bijaksana.
        
        Ia beruntung karena pengaruh VOC menurun pada masa pemerintahannya.
        
        Secara teoritis, VOC memegang hak monopoli lada, tetapi hanya setengah produksi lada yang diperoleh VOC. Selebihnya diperdagangkan secara liar, bahkan Sultan Abdul Rahman sendiri terlibat di dalamnya.
- - - - Pada masa ini, lada adalah komoditas yang sangat dicari. Maka, permintaan lada dari pasar Cina dan Eropa bertambah dengan cepat. Untuk memenuhi permintaan ini, penanaman pohon lada meluas sejak tahun 1640.
        
        Hal ini lalu memicu permintaan tenaga kerja yang mendorong pertumbuhan pasar perbudakan di Nusantara bagian barat.
        
        Mayoritas budak ini dipasok oleh para pedagang Bugis, Makassar dan Sulsel.
        
        Sayangnya, peningkatan produksi lada yang cepat menyebabkan kelebihan lada di Sumatera, sehingga harga dan nilai lada jatuh di Eropa. Akibatnya, pamor lada secara ekonomi menurun pada abad ke-17 sampai abad ke-18.
        
        VOC masuk ke Nusantara bagian barat dengan menawarkan traktat perjanjian, yang menukarkan perlindungan militer VOC dengan akses monopoli terhadap lada dan produk-produk lainnya yang menguntungkan.
        
        Mengapa militer? Karena hanya itulah yang bisa ditawarkan oleh VOC.