Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
METODE MONTESSORI maria-montessori-gettyimages-537157771 - Coggle Diagram
METODE MONTESSORI
Pengertian
Metode pendidikan untuk anak-anak, berdasar pada teori perkembangan anak dari Dr. Maria Montessori, seorang pendidik dari Italia di akhir abad 19 dan awal abad 20.
Ciri dari metode ini adalah penekanan pada aktivitas pengarahan diri pada anak dan pengamatan klinis dari guru (sering disebut "direktur" atau "pembimbing"). Metode ini menekankan pentingnya penyesuaian dari lingkungan belajar anak dengan tingkat perkembangannya, dan peran aktivitas fisik dalam menyerap konsep akademis dan keterampilan praktik. Ciri lainnya adalah adanya penggunaan peralatan otodidak (koreksi diri) untuk memperkenalkan berbagai konsep.
Sejarah
Dr. Maria Montessori mengembangkan "Metode Montessori" sebagai hasil dari penelitiannya terhadap perkembangan intelektual anak, yang pada awalnya diterapkan kepada anak yang mengalami keterbelakangan mental tapi diketahui juga efektif untuk anak-anak normal. Dengan berdasar hasil kerja dokter Prancis, Jean Marc Gaspard Itard dan Edouard Seguin, ia berupaya membangun suatu lingkungan untuk penelitian ilmiah terhadap anak yang memiliki berbagai ketidakmampuan fisik dan mental. Mengikuti keberhasilan dalam perlakuan terhadap anak-anak ini, ia mulai meneliti penerapan dari teknik ini pada pendidikan anak dengan kecerdasan rata-rata.
Pada tahun 1906, Montessori telah cukup dikenal sehingga ia diminta untuk suatu pusat pengasuhan di distrik San Lorenzo di Roma. Ia menggunakannya sebagai kesempatan untuk mengamati interaksi anak dengan materi yang ia kembangkan, menyempurnakannya, dan mengembangkan materi baru yang bisa dipakai anak-anak. Dalam pendekatan yang berpusat pada materi ini, tugas utama guru adalah mengamati saat anak memilih materi yang dibuat untuk memahami konsep atau keterampilan tertentu. Pendekatan demikian menjadi ciri utama dari pendidikan Montessori.
Awalnya perhatian Montessori lebih pada anak usia pra-sekolah. Setelah mengamati perkembangan pada anak yang baru masuk SD, ia dan Mario (anaknya) memulai penelitian baru untuk menyesuaikan pendekatannya terhadap anak usia SD. Menjelang akhir hayatnya, dalam buku From Childhood To Adolescence (Dari Masa Kanak-kanak ke Masa Remaja), Montessori membuat sketsa tentang pandangannya mengenai penerapan metodologinya bagi pendidikan jenjang menengah dan tinggi.
Penerapan Pembelajaran
Practical Life

Practical life skill atau area keterampilan hidup adalah area perkembangan pertama yang dikenalkan anak pada metode Montessori. Practical life adalah kegiatan praktis yang dilakukan oleh orang dewasa dalam kehidupan sehari-hari.
Sensorial

Sensorial Montessori merupakan area belajar anak menggunakan alat peraga. Alat peraga Montessori adalah alat peraga yang digunakan dalam pendidikan Montessori hasil rancangan seorang dokter dari Italia bernama Maria Montessori.
Math

Matematika secara umum didefinisikan sebagai bidang ilmu yang mempelajari pola dari struktur, perubahan dan ruang. Maka secara informal dapat juga di sebut sebagai ilmu bilangan dan angka.
Language

Area bahasa pada montessori memperlihatkan bahwa proses mengenal bahasa pada anak usia dini dilakukan dengan hati-hati secara bertahap. Skema yang dibuat biru, pink dan hijau menunjukkan tingkat kesulitan dalam pemahaman proses membaca itu sendiri.
Science

Sains pada anak-anak usia dini dapat diartikan sebagai hal-hal yang menstimulus mereka untuk meningkatkan rasa ingin tahu, minat dan pemecahan masalah, sehingga memunculkan pemikiran dan perbuatan seperti mengobservasi, berpikir, dan mengaitkan antar konsep atau peristiwa.
Grace & Courtsey
A. Mengajari anak
Tujuan kita adalah mengajar anak -anak mematuhi perintah kita bukan sekedar untuk mendapat penghargaan atau menghindar dari situasi yang tidak menyenangkan. Kita juga ingin membantu mereka mengembangkan pengertian tentang kesopanan, perilaku penuh kasih serta hal yang benar dan salah.
-
C. Menangani kemarahan
Mendengarkan dengan penuh perhatian. Lakukan kontak mata dan jangan lupa berikan sentuhan anak dengan lembut. Beri tanggapan dalan satu kata atau kalimat pendek, bukan nasihat panjang, agar anak bebas bereskpresi.
E. Disiplin positif
• Beri anak Anda pilihan. Selalu cari cara membiarkan anak Anda memilih antara dua alternatif yang dapat diterima dan sepadan. “Kamu ingin makan dahulu atau mandi dahulu setelah main ini?”
• Ajari anak Anda untuk mengatakan “tidak” dengan sopan. “Ibu, aku tidak ingin melakukannya sekarang.”
• Ingat! “Kebaikan dan kesopanan bahkan lebih penting ada di antara suami dan istri, serta orangtua dan anak-anak, daripada di antara orang yang benar-benar asing.”
• Jangan mengalah dengan mudah. Carilah cara agar dapat mengalah dengan hormat. Seringkali, dengan kompromi Anda dan anak Anda akan mendapatkan sebagian dari kemauan masing-masing.
• Tetap katakan “tidak” untuk hal yang sungguh penting seperti aktivitas yang bisa melukai anak Anda atau orang lain, atau menyebabkan kerusakan.
D. Penyelesaian masalah
• Jika Anda yakin anaknya merasa lapar, meskipun belum waktunya makan, beri makanan atau kudapan sehat.
• Jika terlalu lelah dan ngantuk, beri kesempatan istirahat, bicara sedikit mungkin dengan suara tenang. Peluk dan timang lalu bawa ke tempat tidur/istirahat.
• Jika anak sakit, bicaralah dengan suara tenang agar hatinya tenteram.
• Beberapa anak kesulitan menghadapi perubahan suasana, dan hal ini bisa menjadi pemicu kemarahan. Misalnya saat bermain di taman, katakan lebih dahulu jika 10 menit lagi kegiatan itu harus selesai karena sudah jam pulang. “Waktu bermain tinggal 10 menit lagi. Kamu mau main perosotan atau ayunan?” Pemberitahuan lebih dahulu dan pemberian pilihan mempermudah anak mengatasi perubahan suasana.
• Jika anak jelas-jelas menguji kesabaran Anda, berusahalah tetap tenang dan hindari berargumen.