EPILEPSI

Definisi

Gejala Klinis

Risk Factors

Epidemiologi

etiologi

manifestasi klinis dari bangkitan serupa (stereotipik) yang berlebihan dan abnormal, berlangsung mendadak dan sementara, dengan atau tanpa perubahan kesadaran

Epilepsi adalah penyakit tidak menular terjadi secara kronis pada otak yang dapat mempengaruhi seluruh usia.

● Sekitar 50 juta orang di dunia menderita epilepsi, menjadikannya sebagai penyakit neurologis tersering di seluruh dunia.

● Hampir 80% orang dengan epilepsi tinggal di negara berpenghasilan rendah dan menengah

Usia

Alkohol

Cedera kepala

Demensia

Infeksi pada otak

CNS infections

Hypoxic brain injury

Traumatic brain injury

Stroke ischemic or hemorrhagic

Neoplasm

Inflammatory (lupus cerebritis, anti-NMDA receptor encephalitis, others)

Fever

Sleep deprivation

Patofisiologi

lonjakan impuls elektrik dalam otak yang melewati batas normal. Aktivitas elektrik tersebut menyebar pada area-area otak dan juga ditrasmisikan ke otot menyebabkan adanya gerakan abnormal dari tubuh

Aktivitas elektrik dari otak diperankan oleh neurotransmiter (senyawa kimia yang berperan dalam proses informasi) pada otak seperti:

  • Hambatan dari fungsi Gamma-Aminobutyric Acid (GABA)
  • Gangguan pada kanal Natrium dan Kalium
  • Adanya penurunan fungsi dari buffer kalsium intraseluler

Gejala sebelum kejang dapat terjadi penurunan kesadaran, gangguan dalam pergerakan otot, adanya sensasi pada penglihatan, pendengaran dan pengecapan (aura), gangguan mood dan kognitif.

Pasien dengan epilepsi seringkali mengalami gangguan pada fisik (patah tulang, memar, luka akibat kecelakaan saat terjadinya kejang). Gangguan psikologis seperti kecemasan dan depresi sering terjadi.

Diagnosa

PEMERIKSAAN FISIK

PEMERIKSAAN PENUNJANG

ANAMNESIS

riwayat dari penyakit pasien serta faktor resiko yang mungkin terdapat pada pasien

Pemeriksaan neurologis diperlukan serta untuk menyingkirkan diagnosis banding

Pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan pada pasien yaitu Electroencephalography (EEG) atau pemeriksaan radiologi

-Pola / bentuk serangan

-Lama serangan

-Gejala sebelum, selama, dan sesudah

-Ada / tidaknya penyakit lain yang diderita sekarang

-Usia saat terjadinya serangan pertama

-Riwayat kehamilan, persalinan, dan perkembangan

-Riwayat penyakit, penyebab, dan terapi sebelumnya

-Riwayat penyakit epilepsi dalam keluarga

•Pemeriksaan Laboratorium : darah, urine, cairan serebrospinalis (atas indikasi)

Terapi

Beberapa obat anti epilepsi yaitu :

  • asam valproat, - topiramate,
  • lamotrigine,
  • carbamazepine, - ethosuximide

OBAT ANTIEPILEPSI -> Mempengaruhi fungsi neurofisiologik otak terutama sistem inhibisi yang melibatkan GABA (Gama Aminobutyric Acid)

Komplikasi

hypoxic brain injury

edukasi

As with any medical condition, prevention is preferable to reactive interventions. Some conditions leading to provoked seizures may permit interventions before the development of a seizure.

with provoked seizures related to alcohol withdrawal or drug abuse, efforts should be made for appropriate actions pertaining to those disorders

Neurofisiologi

Pelepasan neurotransmiter bergantung pada kekuatan impuls dan membutuhkan influks ion kalsium pada terminal pre-sinaps.

Neurotransmiter dapat bersifat eksitatorik ataupun inhibitorik, bergantung pada reseptor proteinnya.

Reseptor post-sinaps tersebut dapat bersifat eksitatorik ataupun inhibitorik, dan hal ini menunjukkan bahwa pada neuron post-sinaps memang terdapat dua jenis reseptor yang berbeda fungsinya.

Rizka Aulia Hanif 19097 SGD 2