Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
Kehidupan Masyarakat pada Masa Praaksara - Coggle Diagram
Kehidupan Masyarakat pada Masa Praaksara
Pengenalan
Arti : suatu masa ketika manusia belum mengenal tulisan.
Pra : sebelum
aksara : tulisan/huruf
Menggunakan fosil untuk memberi gambaran tentang tinggi, bentuk dan makanan manusia yang hidup pada masa tersebut.
Artefak : alat-alat yang dipergunakan untuk membantu kehidupan pada masa praaksara.
Praaksara : sebuah masa ketika manusia belum mengenal tulis-menulis. Manusia yang hidup pada masa itu disebut juga manusia purba.Manusia purba hidup secara sederhana yang hidup secara berpindah-pindah, bertahap menjdai menetap dan memproduksi makanan sendiri
Perkembangan kehidupan masyarakat praaksara (prasejarah) berlangsung melalui beberapa tahap
Mengumpulkan makanan
Masa bercocok tanam
Masa berburu
Masa perundingan
Periodasi Menurut Sumber Arkeologis
Zaman Batu
Dikenal karena alat-alat yang digunakan untuk membantu kehidupan adalah batu
Batu Tua/Paleolithikum
Kapak genggam (chopper) : alat pemotong
Kapak perimbas : merimbaskayu/memahat tulang
Flakes : alat serpih yang berfungsi untuk mengupas/menguliti
alat yang dominan digunakan dengan ciri-ciri alat masih kasar dan langsung diambil dari alam
Batu Madya/Mezolithikum
Ujung mata panah
Flakes
Kapak genggam
Pipisan : alat menghaluskan makanan
Mulai diasah agak halus dan dibentuk sesuai fungsinya. Jenis alat yang ditemukan hampir sama dengan zaman Batu Tua/Paleolithikum.
Batu Muda/Neolithikum
Kapak persegi
Kapak bahu
Kapak lonjong
Barang dari tembikar
Fase tertinggi dari zaman batu. Batu telah diasah dengan halus dan dibentuk sesuai fungsi/kegunaannya. Mulai dikenal peralatan dari tembikar.
Zaman Logam
Revolusi dari zaman batu. Sudah mengenal pembuatan barang dari logam (besi) yang memerlukan teknologi tinggi walaupun dibuat dengan cara manual. Alat yang digunakan untuk membantu kehidupan manusia kebanyakan terbuat dari logam, tetapi alat batu/tulang tetap digunakan.
Dikenal dengan masa perundingan (keahlian) karena memerlukan keahlian dan tempat khusus untuk memproduksi barang-barang logam. Logam yang digunakan di Indonesia adalah besi dan perunggu, karena itu banyak ditemukan peninggalan dari kedua jenis logam tersebut.
Kebudayaan logam yang ada di Indonesia dari daerah Dongson, nama sebuah daerah kuno di Tonkin yang menjadi pusat peradaban barang-barang dari logam di Asia Tenggara. Dua teknik pembuatan barang dari logam adalah teknik a cire perdue dan teknik bivalve.
Teknik a cire perdue
Teknik pembuatan barang-barang dari logam dengan satu cetakan.
Membuat model dari lilin benda yang dibuat, kemudian model ini ditutup dengan tanah liat dan dibakar. Setelah dibakar maka lilin akan mencair dan terbentuklah cetakan yang terkuat dari tanah liat. Selanjutnya, logam yang telah dipanaskan dimasukan ke dalam cetakan yang telah dibuat. Setelah dingin, cetakan dipecahkan sehingga dihasilkan benda yang diinginkan.
Teknik Bivalve
Teknik membuat benda dengan dua cetakan
Membuat cetakan dari dua sisi, dari atas dan bawah atau dari depan dan belakang atau dari sisi kiri dan kanan. Kedua cetakan tersebut ditangkupkan dan logam yang telah mencair dimasukkan dari lubang yang telah tersedia. Apabila logam telah dingin maka cetakan dibuka dan dapat digunakan kembali.
Hasil budaya logam : nekara perunggu dan moko, bejana perunggu, kapak corong dan candrasa serta arca perunggu, manik-manik dan perhiasan
Nekara perunggu dan moko : sebagai alat untuk upacara. Ditemukan di Pulau Sumatera, Pulau Jawa, Pulau Roti, Pulau Kei, Pulau Selayar, Pulau Bali, Pulau Sumbawa dan Pulau Sangean
Bejana perunggu : wadah dari perunggu yang dibentuk seperti tempat ikan. Alat ini sudah mempunyai motif yang indah. Bejana perunggu ditemukan di Kerinci, Jambi, dan Asemjaran Madura
Kapak keroncong dikenal dengan sebutan kapak sepatu karena mempunyai bentuk seperti sepatu, ada corong yang digunakan sebagai tempat memasang tangkainya. Digunakan untuk menebang pohon/bercocok tanam, Candrasa adalah kapak dengan ukuran kecil berukir indah, digunakan sebagai alat upacara (bekal kubur)
Arca perunggu pada zaman logam bentuknya telah bervariasi, dengan cincin di bagian atasnya. Berfungsi sebagai alat bekal kubur atau mungkin sebagai bandul kalung.
Manik-manik ditemukan dalam jumlah besar, sebagai alat perhiasan/bekal kubur. Demikian juga dengan perhiasan berwujud bandul kalung, gelang dan cincin.
Zaman Megalithikum
Dikenal dengan sebutan zaman batu besar karena manusia telah menciptakan budaya dari batu batu yang besar. Kebudayan ini berlangsung kurang lebih pada masa neolithikum (batu baru) - zaman logam Kebudayaan ini berhubungan besar dengan sistem kepercayaan. Manusia pada masa neolithikum - logam telah mengenal religi/sistem kepercayaan
Hasil budaya megalithikum
Sarkofagus
Keranda mayat terbuat dari batu, bentuknya seperti lesung dan ditutup. Berfungsi sebagai tempat menyimpan mayat dan biasanya didalamnya disertai dengan bekal kubur
Kubur peti batu
Memiliki fungsi seperti sarkofagus, yaitu sebagai peti, tetapi terbuat dari batu-batu yang pipih berjumlah enam. Dalam kubur peti batu sering juga ditemukan bekal kubur
Dolmen
meja batu yang terbuat dari batu besar dan digunakan untuk meletakkan sesaji yang dipersembahkan kepada nenek moyang. Biasanya di bawah dolmen ada kubur batu
Punden berundak
struktur batuan yang dibangun secara berundak-undak. Berfungsi sebagai tempat pemujaan bagi arwah nenek moyang
Menhir
Batu tunggal (monolith) yang didirikan di atas tanah, biasanya berdiri sendiri/kelompok. Dilambangkan sebagai lambang kesuburan. Para arkeolog percaya bahwa benda ini didirikan dengan tujuan religius untuk penyembahan arwah nenek moyang
Arca batu
arca berbentuk statis, menggambarkan manusia atau hewan/binatang. Bentuk hewan dan manusia belum tergambar secara jelas, tetapi dapat dipahami dengan baik