Please enable JavaScript.

Coggle requires JavaScript to display documents.

KOMUNIKASI DASAR ANAK TUNARUNGU index, Mata Kuliah: Komunikasi Dasar…

- - - - Tahap 2: Membaca awal/*decoding* (6-7 th) pengenalan kata dan pengucapan kata.
      - Tahap 3: Pemahaman bacaan dan kelancaran membaca (7-8 th) pemahaman isi bacaan.
      - Tahap 4: Membaca untuk belajar (9-13 th) pengetahuan baru dari isi bacaan, mengenal macam-macam bacaan, berkomunikasi dengan tulisan.
      - Tahap 5: Membaca untuk mendapatkan wawasan secara beragam (14-18 th) pengembangan wacana yang luas dan beragam.
      - Tahap 6: Membaca untuk dapat mengkonstruksi dan merekonstruksi ide-ide (>18 th) penulisan surat, artikel, cerita, buku, dll.
      - Tahap 1: Pra-membaca (0-6 th) pengenalan huruf-huruf, tulisan kata-kata dalam berbagai konteks.
        
        Bagaimana membekali keterampilan dasar tentang kosakata dan pengenalan bahasa tulis/cetakan:
        
        Mereka perlu diperkenalkan dengan struktur cerita, isi cerita, dan tokoh-tokoh dalam cerita.
        
        Mereka perlu mempelajari kosakata baru dalam cerita.
        
        Mereka perlu diberi pengalaman dengan bahasa tulis.
        
        Mereka perlu diajak banyak melakukan permainan dengan huruf-huruf dan kata-kata.
        
        Anak-anak tunarungu perlu diperkenalkan dengan huruf-huruf, fungsi huruf-huruf, kata-kata, dan lain-lain.
  - - - Empat macam bekal keterampilan dasar yang harus sudah dimiliki pada tahap pra-membaca
        
        Perbendaharaan/penguasaan kosakata (usia 4 th: 3000 kata, 5 th: 3800 kata).
        
        Pengetahuan tentang bahasa tulis dan huruf-huruf cetakan sbg abstraksi isi bahasa.
        
        Keterampilan dasar berbahasa (visual & audial): memahami konsep-konsep yg digunakan se-hari2  perintah, larangan, ukuran panjang-pendek, letak posisi kanan-kiri, atas-bawah, jauh-dekat, dan lain-lain.
        
        Pengetahuan tentang dunia, alam, dan lingkungan sekitar (nama-namanya).
  - - - Guru harus mampu merencanakan dan melakukan pembelajaran dengan menggunakan variasi metode yang dapat mengaktifkan anak tunarungu, baik untuk belajar mandiri ataupun dalam kelompok.
    - - Guru harus mampu mengatur setting kelas yang memungkinkan anak tunarungu dapat belajar secara maksimal, baik dengan kerja individual atau berkelompok
    - - Guru harus mampu menyiapkan materi, bahan, dan media yang cocok untuk mengenalkan huruf-huruf dan kata-kata semenarik mungkin dan merangsang kreativitas dan keaktifan anak tunarungu.
- - - - Mengatasi kelemahan anak tunarungu dalam berkomunikasi dengan memanfaatkan kelebihan dan peluang yang ada, misalnya dengan menciptakan dan menggunakan metode/media yang cocok/tepat.
  - - - Tips Berkomunikasi Efeketif dengan ATR
        
        Ajak anak tunarungu ke tempat yang tenang.
        
        Posisikan wajah anda sejajar dengan anak tunarungu.
        
        Adakan kontak mata.
        
        Berbicaralah dengan gerak bibir yang jelas dan sedapat mungkin dikombinasi dengan isyarat.
        
        Katakan dengan tegas anda mau bicara tentang apa.
        
        Tanyakan apakah dia sudah mengerti.
        
        Ulangilah inti pembicaraan anda.
        
        Arahkan perhatian anak tunarungu ke anda
- - - - Dapat dikuasai anak jika dua syarat ini terpenuhi
        
        Ada akses dalam jumlah yang besar terhadap bahasa yang digunakan.
        
        Contoh: Kata pertama yang diucapkan anak adalah kata “mama”. Mengapa? Karena, kata tersebut mudah dilafalkan dan paling sering diucapkan kepada anak. Dalam satu minggu kata tersebut bisa diucapkan oleh orang-orang di sekitarnya sebanyak 3000 kali.
        
        Adanya kesempatan untuk berinteraksi secara aktif
        
        Akses kebahasaan dalam jumlah besar belum tentu menumbuhkan penguasaan bahasa. Apabila tidak ada kesempatan untuk berinteraksi (bercakap-cakap) secara aktif menggunakan bahasa tersebut di lingkungannya.
- - - - • Komunikasi hanya akan terjadi jika ada pihak yang berinisiatif memimpin/memulai (sebagai sender) dan ada pihak lain yang menerima inisiatif (sebagai receiver). Lalu, ketika pihak yag lain menanggapi, terjadilah perubahan peran (berbagi/berganti peran), pihak penerima menjadi sender dan pihak inisiator/pemimpin menjadi receiver.
      - • Dengan kata lain, terjadinya komunikasi mengharuskan adanya “interaksi” timbal-balik (dua arah) dan “pergantian peran”.
      - • Komunikasi hanya akan efektif jika ada perhatian dari kedua pihak yang terfokus. Di sinilah, adanya Noise (N) dapat menghambat proses komunikasi, sehingga menjadi kurang efektif.
    - - Bentuk kode yang paling sederhana (primer) dalam berkomunikasi sebelum orang mampu menggunakan bahasa verbal (kata-kata) adalah dengan ”gerak tubuh” (bahasa tubuh) atau ”isyarat” (bahasa isyarat).
        
        Bayi mengomunikasikan pesan kepada ibunya menggunakan isyarat yang dilakukan secara alami, bukan dari hasil belajar, misalnya dengan: senyuman, tangisan, suara, atau gerakan tertentu secara alami untuk mengomunikasikan perasaannya.
        Perhatikan, ketika lapar atau tidak nyaman semua bayi akan menangis dengan suara yang mirip: “oekk…oekk…oekk”.
- - - - Merangkai (chaining):
        Ini adalah metode/teknik untuk mengajarkan bagaimana memahami kosakata, baik tulisan, ucapan, dan maknanya dengan merangkai beberapa input secara berurutan seperti rantai:
      - Sandwiching:
        Ini adalah metode/teknik bagaimana menghafal /mengingat tulisan dan makna kosakata baru dengan memadukan 2 macam input dalam 3 lapis (seperti sandwitch: roti – sosis – roti).
- - - - Merah: Penjelasan Tambahan