Seiring dengan berjalannya waktu, pemberitaan di media online selalu mendahulukan kecepatan, bukan lagi ketepatan. Hal ini menjadi sebuah permasalahan karena akurasi pelaporan berita menurun.
Dengan demikian, jurnalisme sastra dapat menjadi sebuah solusi karena jurnalisme sastra sendiri memiliki unsur kedalaman, berfokus pada detil-detil kecil, dan verifikasi berkali-kali.
Minat baca di Indonesia masih berada di tingkat yang sangat rendah. Beberapa hal yang menyebabkan hal ini adalah kurangnya akses terhadap bacaan, juga karena alasan adanya stigma bahwa membaca adalah kegiatan yang membosankan.
Berdasarkan social penetration theory, hubungan dapat menjadi semakin dekat jika memiliki unsur kedalaman. Dengan begitu, dengan adanya unsur kedalaman di pemberitaan jurnalisme sastra, mereka yang membacanya dapat merasa dekat dan akhirnya minat dalam membaca tersebut dapat muncul.