Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
Kasus akibat Perbedaan Paham Politik - Coggle Diagram
Kasus akibat Perbedaan Paham Politik
Indochina
Konflik Kamboja
Kamboja sebelum 1975
Komboja pernah menjadi pusat kerajaan kuno yang bernama Khmer dengan ibu kotanya Angkor. Selain itu, Kamboja terkenal dengan kuil-kuilnya (XII). Ibu kota Kamboja saat ini adalah Phnom Penh.
Tahun 1953, Kamboja meraih kemerdekaannya setelah dijajah hampir 100 tahun oleh Perancis.
Tahun 1960-an, penduduk Kamboja mayoritas beragama Budda di bawah kekuasaan seorang Raja bernama Norodom Sihanouk.
Tahun 1970, Norodom Sihanouk digulingkan dalam kudeta militer pimpinan Jenderal Lon Nol dan menjadi menjadi presiden Republik Khmer.
Kemudian terjadi perang saudara berkepanjangan
Pada masa Norodom Sihanouk, Kamboja menjaga netralitas selama perang saudara Vietnam dengan memberi sedikit dukungan untuk kedua sisi. Namun, ketika Lon Nol mengambil alih kekuasaan dengan dukungan Amerika Serikat, pasukan Amerika Serikat merasa bebas masuk ke Kamboja untuk memerangi tentara Viet Cong yang membuat Kamboja masuk ke dalam bagian Perang Vietnam.
Selama 4 tahun berikutnya, pesawat pengebom B-52 Amerika menewaskan sekitar 750.000 warga Kamboja \
Tahun 1970, Khmer Merah (organisasi kecil dilihat dari kuantitas pengikutnya) menentang pengeboman yang dilakukan Amerika yang berkolaborasi dengan Lon Nol. Perlawan Khmer Merah terhadap hal ini menarik simpat masyarakat lain untuk melakukan perlawanan. Selain itu, Khmer Merah mendapat dukungan dari Tiongkok dan mendapat pelatihan militer dari Vietnam Utara.
Tahun 1975, Khmer Merah memiliki anggota lebih dari 700.000 orang. Pada tahun yang sama, pasukan Vietnam Utara merebut ibu kota Vietnam Selatan (Saigon). Selain itu, Lon Nol berhasil digulingkan oleh Khmer Merah. DIperkirakan 156.000 orang tewas dalam perang saudara ini.
Kamboja 1975-1979 (Masa Genosida)
Khmer Merah menguasai Kamboja. Hal pertama yang dilakukan Pol Pot sebagai ketua Khmer Merah adalah melakukan program ekstrem untuk merekonstruksi Kamboja sesuai dengan paham komunisme ala Mao di Tiongkok. Satu slogan terkenal Khmer Merah adalah "
to spare you is not profit, to destroy you is no loss"
Berikut adalah beberapa hal yang dilakukannya:
Mengganti nama Republik Khmer menjadi Kampuchea.
Pimpinan Khmer Merah mewajibkan seluruh penduduk untuk bekerja sebagai buruh dalam satu federasi pertanian kolektif yang besar. Yang menentang akan disingkarkan.
Penduduk di kota-kota dipaksa meninggalkan kota mereka secara paksa.
Semua hak politik dan sipil dihapus.
Anak-anak diambil secara paksa dan ditempatkan di kamp-kamp kerja paksa.
Orang-orang profesional, pengacara, dokter, guru, insyur, tentara dan sebagainya dibunuh bersama keluarga mereka. Selain itu, agama dilarang sehingga biksu Buddha terkemuka tewas dan hampir semua kuil hancur.
Musik dan radio dilarang, dan lain-lain
secara keseluruhan lebih dari 2 juta orang baik mati karena eksekusi, kelelahan, maupun kelaparan
Kamboja Setelah 1979
Tahun 1978, Vietnam menginvasi Kamboja dan berhasil menggulingkan Khmer Merah. Di bawah pemerintahan Vietnam, Kamboja semakin terpuruk. Penguasa komunis Vietnam tidak mendapat dukungan dari negara demokratis. AS dan Inggris pada tahun 1980-an menawarkan dukungan kepada Khmer Merah. Kondisi ini membuat Kamboja semakin tertinggal dan terbelakang dan berlanjut sampai 1989 hingga Vietnam mundur dari Kamboja
Konflik militer berikutnya (1978-1989), 14.000 warga sipil Kamboja tewas. Tahun 1991, terciptalah kesepakatan damai dan Buddha kembali menjadi agama resmi Kamboja.
Tahun 1991 dilakukan pemiliha umum pertama yang demokratis
Pada 25 Juli 1983, Komite Penelitian Rezim Genosida Pol Pot mengeluarkan laporan final, termasuk data tiap provinsi secara terperinci. Pada data tersebut menunjukkan bahwa sebanyak 3.314.768 orang tewas.
Sejak 1995, banyak kuburan massal ditemukan di seluruh Kamboja, sayangnya sulit sekali untuk membawa para pelaku ke pengadilan.
Tahun 1994, PBB menyerukan diadakan persidangan untuk menghukum anggota Khmer Merah. Persidang baru terealisasi pada November 2007 dan terus berlanjur hingga 2010.
Pada tahun 1997, Pol Pot ditangkap oleh anggota Khmer Merah. Sebuah pengadilan "akal-akalan" diadakan dan Pol Pot dinyatakan bersalah. Setahun kemudian, ia meninggal karena gagal jantung.
Tahun 1999, Organisasi Khmer Merah secara resmi dibubarkan
Asia Timur
Perang Korea
Pada tahun 1945, terbaginya Korea menjadi Selatan dan Utara bermula di akhir Perang Dunia II.
Pada tahun 1950-1953, salah satu persaingan yang terlihat jelas antara Amerika Serikat dan Uni Soviet dalam Perang Korea. Perang tersebut mengakibatkan terpecahnya bangsa Korea ke dalam dua negara, yakni Korea Selatan dan Korea Utara.
Pada 9 Agustus 1945, menjelang berakhirnya Perang Dunia II, Uni Soviet menyatakan perang dengan Jepang dan berpartisipasi dalam Perang Asia Pasifik.
Pada sekitar 10 Agustus 1945, khawatir akan penyebaran komunisme di Korea akibat penyerangan Uni Soviet, Amerika Serikat membuat rencana
grand-design
(penunjukkan wilayah untuk pelucutan senjata tentara Jepang di bagian Selatan untuk Amerika Serikat dan di bagian Utara untuk Uni Soviet) untuk mendapat pengakuan kekalahan Jepang di wilayah bagian selatan Korea. Tindakan Amerika Serikat ini bertujuan menghalangi Uni Soviet menduduki seluruh wilayah Semenanjung Korea.
Pada tahun 1948, di wilayah Korea bagian Selatan dan Utara dibentuk dua kekuatan politik. Di Korea bagian selatan, berdiri Republik Korea, sedangkan di Korea bagian utara, berdiri Republik Rakyat Demokratik Korea.
Sejak tahun 1945, ditandai dengan adanya titik garis batas antara dua pemerintahan Korea tersebut terletak di garis lintang utara 38 derajat.
Pada Juni 1950, Perang Korea pecah yang ditandai dengan invasi Tentara Rakyat Korea Utara di bawah arahan dari Kim II-Sung terhadap Korea Selatan.
Pada 15 September 1950, di bawah komando Jenderal Douglas McArthur, pasukan gabungan berhasil mendarat di Pelabuhan Inchon. Misi pasukan PBB sebenarnya hanya ingin memukul mundur pasukan Korea Utara.
Pasukan gabungan mendarat di Pelabuhan Inchon
Pada Oktober 1950, Tiongkok akhirnya membantu tentara Korea Utara menghadapi tentara gabungan PBB.
Pada 27 Juli 1953, dibuatlah sebuah perjanjian gencatan senjata yang isinya menghentikan perang terbuka, sterilisasi area sejauh 4.000 m dari garis pantai, penetapan area bebas militer (Demiliterized Zone/DMZ), pelarangan memasuki area lawan, dan pembebasan tahanan perang (pemulangan tahanan perang dibantu oleh NNSC atau The Neutral Nations Supervisory Commission yang terdiri dari negara Cekoslowakia, Swedia, Polandia, dan Swiss).
Gencatan senjata
Pada April 1960, Syngman Rhee mengundurkan diri akibat Revolusi. Revolusi ini adalah bentuk perlawanan rakyat terhadap rezim koruptif dan otoriter yang dijalankan Syngman Rhee.
Syngman Rhee
Pada tahun 1961, pemerintahan militer dimulai dengan kudeta militer yang dipimpin oleh Park Chung-hee.
Park Chung-hee
Pada tahun 1987, pemerintahan militer tersebut diruntuhkan oleh gerakan pro-demokrasi (Minjuhwa Undong).
Konflik Tiongkok
Pada tahun 1949-1950, Uni Soviet dengan menggandeng Tiongkok menerapkan strategi aliansi yang menjadi salah satu faktor penyebab kemunculan poros Barat-Timur dalam Perang Dingin. Dalam hal strategi, hal tersebut menjadi sebuah ancaman serius bagi kepentingan ekonomi, politik, dan penyebaran ideologi demokrasi liberal Amerika Serikat.
Setelah tahun 1956, hubungan Tiongkok dengan Uni Soviet mengalami perpecahan.
Pada tanggal 1 Oktober 1949, Mao Zedong memproklamasikan kemerdekaan Republik Rakyat Tiongkok.
Pada tanggal 1 Oktober 1949, mereka mendeklarasikan berdirinya negara Republik Rakyat Tiongkok.
Mereka mendeklarasikan berdirinya negara Republik Rakyat Tiongkok
Pada tahun 1946-1949, berlangsungnya Perang saudara.
Pada tahun 1945, Perang terbuka antara golongan nasionalis Tiongkok dan komunis Tiongkok terjadi setelah kekuasaan Jepang berakhir.
Pada tahun 1946, dukungan kaum petani terhadap Partai Komunis Tiongkok sangat besar.
Pada tahun 1934-1935, Mao Zedong melakukan
long march
melintasi Pegunungan Yunan.
Pada tahun 1927 terjadi perpecahan, sehingga sejumlah fraksi dari kelompok nasionalis berpindah ke arah pergerakan kelompok komunis.
Pada tahun 1923, kelompok komunis pimpinan Mao Zedong melakukan aliansi dengan kelompok nasionalis pimpinan Sun Yat Sen.
Mao Zedong