Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
Peran Tokoh-Tokoh dalam Kebangkitan Nasional - Coggle Diagram
Peran Tokoh-Tokoh dalam Kebangkitan Nasional
H. O. S. Tjokroaminoto
lahir pada tanggal 16 Agustus 1883 di Ponorogo, Jawa Timur
Memiliki nama asli Raden Hadji Oemar Said
Tjokroaminoto
Tjokroaminoto lulus dari STOVIA atau sekolah bagi calon pegawai
pemerintah
Ia diketahui memiliki keahlian dalam berpidato dan selalu rutin menyampaikan sebuah semangat patriotisme kepada pemuda Indonesia
Ia bermula ditunjuk sebagai komisaris, lalu kemudian diangkat menjadi ketua di organisasi Sarekat Islam.
Organisasi Sarekat Islam mulai melaju dengan sangat pesat dan berkembang menjadi sebuah
organisasi besar setelah Ia menjadi ketuanya
Namun di perjalanannya Ia pernah ditangkap dan dipenjara oleh penjajah Belanda karena memberi sebuah pidato yang mengkritik keras kepada penjajah Belanda
Dr. Soetomo
Ia lahir tanggal 30 Juli 1888 dengan nama Soebroto di Desa Ngepeh, Jawa
Timur.
Ia adalah pelajar STOVIA dan Ia mendirikan organisasi Budi Oetomo bersama Wahidin
Soedirohoesodo dan Ia adalah ketuanya
Organisasi tujuannya memajukan pendidikan dan juga
kebudayaan Indonesia
Ia adalah dokter yang mengabdikan dirinya untuk masyarakat
Ia aktif dalam bidang jurnalisme dan sempat menjadi pemimpin di berbagai surat kabar
Pada tahun1924 Ia mendirikan perkumpulan bagi orang terpelajar bernama Indonesische Studie Club (ISC)
ISC juga pernah berhasil dalam mendirikan sebuah koperasi, bank kredit serta sekolah tenun.
dr. Tjipto Mangoenkoesoemo
Ia lahir pada tanggal 4 Maret 1886
Ia adalah murid berbakat ketika sekolah di STOVIA dan mendapat julukan “een begaald leerling”
Ia memulai karirnya sebagai dokter pada pemerintahan Belanda di Demak
Namun Ia melihat sebuah ketidak adilan dan mengkritik keras penjajah melewati sebuah harian kabar "De Locomotief dan juga Bataviaasch Nieuwsblad"
Belandapun memberhentikan pekerjaannya sebagai dokter dan tidak menerima kritik keras tersebut
Akhirnya Ia bertemu dengan Douwess Dekker serta Soewardi Soerjaningrat dan akhirnya berhasil menumbuhkan rasa semangat juang rakyat Indonesia
Tetapi pihak Belanda tidak tinggal diam dan mengasingkan mereka ke Belanda
Dr. Wahidin Soedirohoesodo
Lahir pada tanggal 7 Januari 1852 di Sleman, Yogyakarta
Lulusan dari STOVIA
Orang yang mendirikan surat kabar yang diberi nama Retno Dhoemilah bersama teman-teman seperjuangnya
Dengan surat kabar itulah Ia menyampaikan pemikirannya tentang nasionalisme, budi pekerti dan juga kesetaraan derajat
Surat kabar ini mulai terbit di Yogyakarta pada tahun 1895
Surat kabar dibentuk dalam bahasa Melayu dan bahasa Jawa
Akhirnya bertemu dengan Soetomo dan mendirikan organisasi dengan nama Budi Oetomo pada 20 Mei 1908
Hal penting yang dilakukan menggunakan organisasi ini adalah memajukan pendidikan bangsa dan mengembalikan martabat bangsa
Sebagai seorang dokter Ia sudah memberi layanan kesehatan gratis sebagai bentuk pengabdiannya ke masyarakt
E. F. E. Douwes Dekker
Namanya adalah Ernest Francois Eugene Douwes Dekker, Ia lahir pada tanggal 8 Oktober 1879 di Pasuruan
Ia adalah tokoh nasional yang mempunyai darah campuran Belanda tetapi Ia memutuskan untuk mendukung Indonesia karena melihat banyaknya ketimpangan yang terjadi selama masa penjajahan
Ia pun juga tidak senang melihat keadaan yang terjadi pada Indonesia kala itu
Bersama dengan Tjipto Mangoenkoesoemo dan juga Soewardi Soerjaningrat, mereka mendirikan Indische Partij
Tetapi karena dianggap terlalu keras, emerintah Belanda mengasingkan mereka ke Belanda
Soewardi Soerjaningrat
Ia lahir pada tanggal 2 Mei 1889 di Pakualaman
Kini Ia dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara dan Ia adalah tokoh yang aktif dalam berbagai dunia wartawan
Ia dikenal sebagai Ki Hajar Dewantara karena Ia mengganti namanya pada saat Ia berumur 40 tahun
Ia pernah bekerja di surat kabar Sediotomo, Midden Java, De Express Oetoesan Hindia dan lainnya
Ketika Ia bertemu dengan Douwess Dekker dan Tjipto Mangoenkoesoemo, mereka membuat Indische Partij
Ia membuat tulisan yang cukup terkenal yaitu "Als Ik een Nederlander was" artinya adalah "Seandainya saya seorang Belanda"
Ia juga membuat tulisan "Een voor
Allen maar Ook Aleen voor Een" yang artinya "Satu untuk semua, tapi semua untuk
satu juga".
Ketika diasingkan ke Belanda, Ia kembali ke Indonesia dan mendirikan sebuah sekolah bernama National Onderwijs Institut Tamansiswa