Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
SKENARIO 4, Audrey Callista Aurellia Purnama 6130019056 - Coggle Diagram
SKENARIO 4
DERMATITIS ATOPIK
Definisi
Penyakit keradangan kulit yang kronis ditandai inflamasi, pruritus, dan lesi eksematosa
dengan episode eksaserbasi dan remisi.
Etiologi
Faktor Intrinsik
Genetik, Gangguan fungsi sawar kulit, Imunologis, Psikologis
Faktor Ekstrinsik
Bahan iritan, Polutan, Alergen
Klasifikasi
Fase infatil (0-2 tahun)
Lesi mulai di muka (dahi, pipi) berupa eritema, papulo-vesikel yang halus, karena gatal digosok, pecah, eksudatif, akhirnya terbentuk krusta dan dapat menjadi infeksi sekunder.
Fase anak (usia 2 - 12 tahun)
Pada lipat siku, lipat lutut, leher dan
pergelangan tangan. bentukan kulit kering, hiperpigmentasi kadang
hipopigmentasi
Fase Dewasa ( > 12 tahun)
Didapatkan likenifikasi terutama pada daerah lipatan-lipatan tangan. Lesi kering, agak menimbul, papul datar dan cenderung bergabung menjadi plak likenifikasi dengan sedikit skuama, sering terjadi eksoriasi dan eksudasi karena garukan, lambat laun terjadi hiperpigmentasi.
Epidemiologi
Terjadi pd segala usia (15-30% pd anakanak dan 1-2% pd dewasa
Wanita lebih banyak menderita DA daripada pria dengan rasio 1,3:1
Patogenesis dan Patofisiologi
bahan iritan dan alergen
meningkatnya Ig E, eusinofil
pelepasan histamin
rasa gatal pruritus
Rasa tidak nyaman - gangguan pada tidur
Jika digaruk terjadi eksoriasi - lesi kronis - likenifikasi
Eritema - lesi - inflamasi seluruh tubuh
Komplikasi
Gatal kronis yang menyebabkan kulit bersisik
Infeksi kulit
Masalah mata
radang kelopak mata (blefaritis)
radang di konjungtiva (konjungtivitis)
gatal di sekitar kelopak mata
Tatalaksana
Promotif
Edukasi
Cara pencegahan & pengobatan DA
Upaya mempertahankan hidrasi kulit agar barrier kulit terlindungi
Preventif
Penggunaan pembersih tubuh yg memiliki aktivitas penghilang lemak minimal & pH netral, bukan sabun
Kandungan alkohol & astringent pd produk
perawatan kulit sebaiknya dihindari
Gunakan sabun cair untuk mencuci baju, Membilas lebih banyak untuk menghilangkan residu deterjen
Mencegah kekeringan kulit dg penggunaan cairan/krim pelembab, tetap waspada dg tambahan bahan pengawet/ pewangi di dalamnya
Kuratif
Steroid Topikal
Pada bayi : Salep hidrokortison 1-2,5%
Pada dewasa : Triamisionolon 1%
Inhibitor Kalsineurin Topikal
Takrolimus
Pada anak >2 tahun : Takrolimus 0,03% 2x sehari selama 3 minggu
Pada dewasa : Takrolimus 0,03/0,1% 2x sehari selama 2 minggu
Primekrolimus (Dosis 2x sehari)
Hidrasi Kulit
Krim hidrofilik urea 10%+ hidrokortison 1%
Emolien (setelah mandi) 4-6x sehari (krim) dan 2-4x sehari (salep)
Pengobatan sistemik
Antihistamin (menghilangkan rasa gatal)
Dyphenhydramin (Dosis 1-2 mg/Kg/BB 3x sehari pada malam hari
Doxepin HCl Oral (Dosis 10-75 mg saat malam)
Kortikosteroid Sistemik
Antibiotik (bila ada infeksi)
Cephalexin (25-50 mg/Kg/BB 4 dosis sehari)
Dicloxacilin (25-50 mg/Kg/BB 4 dosis sehari)
Dermatitis Atopik Berat
Azatioprin (1-3mg/kg/bb)
Metotreksat (2,5 mg/kg/bb/4 hari dlm seminggu)
Siklosporin (2,5-5 mg selama 3 minggu)
Rehabilitatif
Imunoterapi allergen (untuk alergen udara)
Fototerapi
Psikoterapi
Prognosis
lebih buruk bila kedua orang tuanya menderita dermatitis atopik. Ada kecenderungan perbaikan masa spontan pada masa anak dan sering ada yang kambuh pada masa dewasa
Alur Diagnosis
Anamnesis
riwayat atopi pada pasien atau
keluarganya.
Riwayat asma atau hay fever pada anak (riwayat atopi pada anak < 4 tahun pada generasi-1 dalam keluarga)
Awitan di bawah usia 2 tahun (tidak
dinyatakan pada anak < 4 tahun)
gejala utama gatal
Pemeriksaan Fisik
Konka edema, Xerosis, Ekskoriasis, Kemerahan
Pemeriksaan Penunjang
Skin pricktest : terhadap bahan alergen inhalan dan pemeriksaan IgE total didalam serum penderita
Darah tepi : Eosinofil yang tinggi dalam darah
Kriteria Hanifin Rajka
Kriteria Major
1) Pruritus (eksoriasi kadang terlihat)
2) Dermatitis di muka atau ekstensor pada bayi dan anak
3) Dermatitis fleksura pada dewasa
4) Dermatitis kronis atau residif
5) Riwayat atopi pada penderita pada keluarganya
Kriteria Minor
1) Xerosis (kulit kering)
2) Infeksi kulit ( khususnya oleh S.aureus dan virus herpes simpleks)
3) Dermatitis nonspesifik pada tangan atau kaki
4) Iktiosis (khususnya hiperlinear palmaris atau pilaris keratosis)
5) Ptiriasis alba
6) Dermatitis di papilla mamae
RHINITIS ALERGI
Definisi
Penyakit inflamasi pd hidung yg disebabkan olh reaksi alergi ketika terpapar alergen yg spesifik
Etiologi
Alergen : Tungau debu rumah, bulu hewan
Polutan : Gas, asap rokok, gas buang disel, karbon oksida, nitrogen, dan sulfur dioksida
Aspirin dan obat antiinflamasi nonsteroid : Aspirin
Klasifikasi
Berdasarkan durasi
Intermiten
: gejala kurang dari 4 hari/minggu lamanya kurang dari 4 minggu
Persisten
: gejala lebih dari 4 hari/minggu lamanya lebih dari 4 minggu
Berdasarkan manifestasi klinis
Ringan
: tidur normal, aktivitas normal, tidak ada keluhan mengganggu
Berat
: gangguan tidur, aktivitas menurun, terdapat keluhan yang mengganggu
Berdasarkan waktu
Rhinitis alergi musiman (seasonal, hay
fever, polinosis)
Alergen spesifik: serbuk (pollen), spora
jamur
Rhinitis alergi sepanjang tahun (perennial)
Alergen dalam rumah (indoor): tungau;
alergen luar rumah (outdoor)
Epidemiologi
Prevalensi semakin meningkat (10-20% dari populasi)
paling sering ditemui pada usia sekolah
Patogenesis
Allergen
Hidung
Makrofag menangkap alergen oleh Antigen Presenting Cell (APC)
membentuk komplek peptida
Major Hystocompatibility Complex (MHC kelas II)
MCHC dipresentasikan ke TH0 (Naive T cell)
APC melepaskan IL-1 dan IL-4
TH0 berproliferasi menjadi TH2, infiltrasi sel Th2 pada mukosa hidung
1 more item...
Alur Diagnosis
Anamnesis
Gejala Rhinitis (Bersin >5x setiap serangan, rinorea, gatal hidung, tenggorokan, hidung tersumbat, hiposmia/anosmia), RPD RPK riwayat atopi (asma, dermatitis atopi, rhinitis alergi)
Pem fisik
Gambaran Khas
allergic shiners (bayangan kehitaman di bawah kelopak mata)
allegric salute
(gerakan khas menggosok/menggaruk hidung
Cobblestone appearance (Dinding post. faring tampak granuler &
edema, dinding lat. faring menebal)
Nasoendoskopi
: Didapatkan konka inferior mengalamii edema, hipertrofi, livid
Uji tusuk kulit (skin prick test)
: untuk mengidentifikasi kemungkinan alergen pemicu timbulnya gejala rinitis alergi, terutama aeroallergen
Pemeriksaan IgE spesifik dengan Radioallergosorbent Test (RAST)
: untuk mengidentifikasi adanya IgE spesifik dalam darah.
Komplikasi
Polip hidung, Sinusitis, Infeksi telinga bagian tengah
Prognosis
Quo ad vitam: Rhinitis alergi tidak mengancam nyawa, namun jika reaksi alergi menyebabkan reaksi seluruh tubuh (reaksi sistemik – dikenal sebagai anafilaksis) maka dapat mengancam nyawa
Quo ad functionam: Rhinitis alergi dapat mengganggu aktivitas. Jika rhinitis cukup berat maka kemampuan pasien dalam beraktivitas dapat terganggu, terutama kemampuan pasien mencium bau (menghidu) yang dapat menurun akibat hidung tersumbat.
Quo ad sanactionam: Rhinitis alergi dapat terkontrol jika pasien mampu mengidentifikasi alergen dan menghindarinya atau mengontrol paparan alergen. Jika tidak, maka alergi dapat muncul kembali.
Tatalaksana
Preventif
Mencuci sprei dengan air hangat (suhu 55-60C) dan menjemur bantal-guling. Hindari memakai kasur yang menggunakan kapuk karena cenderung menjadi tempat tungau debu rumah
Menyimpan barang dalam kotak tertutup untuk mencegah akumulasi debu
Menghindari penggunaan karpet dan memelihara hewan
Jika memungkinkan, gunakan vaccuum cleaner dengan HEPA Filter untuk membersihkan rumah dari debu
Kuratif
Antihistamin
(Cetirizine, loratadine, desloratadine, fexofenadine, rupatadine dan bilastin)
Lini Pertama
Antagonis reseptor H1, Menurunkan gejala rinore dan bersin-bersin
Dekongestan Hidung
(Bersifat Vasokontriksi)
Cara pemakaian
Pemakaian oral
Pemakaian Topikal : Untuk menghilangkan sumbatan hidung, penggunaan <10 hari
Jenis Obat
Agonis alfa adrenergik (Phenyleprin)
Agonis alfa 2 adrenergik (Efedrin, pseudoefedrin)
Kortikosteroid
Beklometason, budesonid, flunisolid, flutikason, mometason furoat dan triamsinolo
Natrium Kromolin
Menstabilkan sel mast dan menghambat pelepasan mediator inflamasi
Leukotrine receptor antagonist (LTRA)
Menghambat aktivitas CysLTs untuk mencetuskan reaksi inflamasi di saluran pernafasan
Promotif
Perbaikan hygien dan sanitasi lingkungan, edukasi
Rehabilitatif
Operatif : Konkotomi parsial, konkoplasti/multiple
outfractured, inferior turbinoplasty
Imunoterapi : Dilakukan pd alergi inhalan dg gejala berat, berlangsung lama, & dg pengobatan tdk memberikan hasil
Anak 12 Tahun
Anamnesis
Keluhan gatal di seluruh tubuh (seminggu sebelumnya pasien juga mengeluh sering bersin dan hidung tersumbat) semakin lama semakin berat. Kulitnya kering dan bersisik. Hidung tersumbat sejak satu tahun yang lalu. Keluar ingus encer biasanya keluar setelah menyapu lantai. Ayahnya punya riwayat asma
Pemeriksaan
Fisik
Pem. hidung: konka edema
Pem. dermatologi: kulit xerotik sebagian dengan eksoriasi
RHINITIS ALERGI dan DERMATITIS ATOPIK
Penunjang
Pem. Darah Tepi
Peningkatan jumlah sel dengan
ukuran 10-14 mm. Inti bersegmen, granulosa warna jingga dan tidak
meutupi inti
DD
Rhinitis Alergi
= ada gejala khas rhinitis (bersin, hidung tersumbat, keluar ingus) timbul setelah nyapu (alergen)
Polip Hidung = gejala khas post nasal drip (ada lendir di blkng hidung) tidak ada pd sk
Sinusitis = gejala khas nyeri pada wajah tidak ada pada skenario, ingus kental (pd sk ingus encer)
Dermatitis Atopik
= Gambaran kulit bersisik, ada riwayat asma (atopi)
Urtikaria = bukan karena makanan atau obat melainkan sapu (alergen)
ILMU KEDOKTERAN DASAR
Anatomi dan Histologi
INTERGUMEN
Epidermis
Stratum basal (merkell's cell, melanosit dan stem cell)
Stratum spinosum (Sel langerhans)
Stratum granulosum (granula keratohialin)
Stratum lucidum (lapis bening)
Stratum corneum (Keratinosit yang sudah mati)
Dermis
Lapisan papilaris (Jar. ikat longgar)
Lapisan retikularis (Jar. ikat padat, pembuluh darah, klenjar sebasea, kelenjar keringat,
folikel rambut, otot polos)
Hipodermis
Jar. Adiposa
HIDUNG
Vaskularisasi
Superior
: a. etmoidalis
anterior dan posterior
Inferior
: a. palatina mayor dan a. sfenopalatina
Anterior
: cabang-cabang a. fasialis
Septum Nasi
: a. sfenopalatina berjalan dan beranastomosis dengan a. etmoidalis anterior, a. labialis superior, dan a. palatina mayor (pleksus kiesselbach)
Inervasi
n. Trigeminus (V) yaitu n. oftalmikus (V1) dan n. maksilaris (V2).
Histologi
vestibulum (epitel
berlapis gepeng berkeratin)
Epitel respiratorik (Sel silindris bersilia, Sel goblet mukosa, sel sikat (brush cells), sel granul kecil, sel basal)
Epitel olfaktorius (sel basal, sel penyokong, neuron olfaktorius)
Reaksi Hipersensitivitas
Tipe 1
Hipersensitivitas cepat (IgE)
Mekanisme
Alergen masuk dan dimakan oleh sel dendritik (APC Antigen Precenting Cells), lalu di fagosit oleh sel B. Sel
Th2
akan mensekresikan sitokin IL 4 yang akan menstimulasi sel B yang akan menjadi sel plasma. IgE yang dihasilkan akan berikatan dg basofil. Basofil menjadi aktif dan ada proses sensitisasi (keadaan sel mast telah dilapisi IgE yang sudah siap kapanpun teraktivasi ketika alergen masuk). Sel mast yg sudah ter sensititasi akan mengeluarkan granul yg disebut degranulasi. Granul ini diisi banyak mediator ada Amino vasoaktif (histamin), Lipid, dan sitokin dan akan lepas. Lalu ada penebalan dinding mukosa hidung (radang) yang berlangsung lama dan tumbuh masa lunak yang bersifat jinak yaitu polip hidung
Tipe 2 - IgG/IgM - Anemia hemolitik
Tipe 3 - Kompleks imun - SLE
Tipe 4 - T cell mediated - Dermatitis Kontak
Fisiologi Sistem Imun
Alamiah
Selular
Neutrofil, Eosinofil, Basofil. Monosit. Makrofag. Natural Killer Cells. Dendritic Cells
Adaptif
Selular
Limfosit T helper. Limfosit T regulator. Limfosit T sitotoksik
Humoral
Limfosit B. Antibodi
Audrey Callista Aurellia Purnama
6130019056