Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
OSTEOATHRITIS+GERD by Jilhan Aulia 1908260009 - Coggle Diagram
OSTEOATHRITIS+GERD by Jilhan Aulia 1908260009
diagnosis banding rasa terbakar serta nyeri ulu hati (gerd)
aklasia
kondisi ketika otot kerongkongan tidak mampu mendorong makanan atau minuman untuk masuk ke lambung. Kondisi ini ditandai dengan kesulitan menelan, dan terkadang makanan kembali naik ke tenggorokan
gastritis
Gastritis adalah penyakit akibat peradangan di dinding lambung. Kondisi ini umumnya ditandai dengan nyeri di bagian ulu hati. Jika dibiarkan, gastritis bisa berlangsung bertahun-tahun dan menimbulkan komplikasi serius, seperti tukak lambung.
kanker esophagus
kanker kerongkongan adalah squamous selcarcinoma dan adenocarcinoma, yang terjadi di dalam sel yang melewatidinding pada kerongkongan.
ulkus peptikum
luka berbentuk bulat atau oval yang terjadi karena lapisanlambung atau usus dua belas jari (
Duodenum) telah termakan oleh asam lambung dan getah pencernaan
diagnosis banding nyeri lutut pad lansia
osteoarthritis
merupakan proses terjadinya inflamasi kronik pada sendi sinovium, dan kerusakan mekanis pada kartilago sendi dan tulang.
rheumatoid arthritis
Peradangan jaringan sendi akibat sistem imun yang menyerang sinovium (membran dalam sendi) yang dapat menghancurkan tulang rawan.
Arthritis septic
Infeksi sendi yang di sebabkan karena bakteri yang dapat menginvasi langsung (luka terbuka) maupun tidak langsung (hematogen)
alur diagnosa GERD
penilaian
Apa yang harus segera lakukan untuk menilai keadaan
Pasien lansia tersebut
diagnosis
a. Deteksi kegawatan : kesadaran, pernapasan, dan sirkulasi
b. Deteksi gangguan metabolik
pelayanan
berdasarkan diagnosis tersebut apakah pemeriksaan tambahan yang diperlukan pada pasien
tatalaksana dan evalusi
Penegakan diagnosa osteoarthritis
anamnesis
Nyeri dirasakan berangsur-angsur (onset gradual)
Tidak disertai adanya inflamasi
Tidak disertai gejala sistemik
Nyeri sendi saat beraktivitas
pemeriksaan fisik
Tentukan BMI
Perhatikan gaya berjalan/pincang?
Adakah kelemahan/atrofi otot
Tanda-tanda inflamasi/efusi sendi?
Krepitus
Deformitas/bentuk sendi berubah
Gangguan fungsi/keterbatasan gerak sendi
Penonjolan tulang (Nodul Bouchard’s dan Heberden’s)
Pembengkakan jaringan lunak
pemeriksaan penunjang
pemeriksaan darah
pemeriksaan radiologi
keterkaitan nyeri lutut dengan rasa terbakar ulu hati, kaitannya dengan NSAID
penggunaan obat-obatan yaitu obat golongan Antiinflamasi Non-Steroid (NSAID), kortikosteroid, obat-obat anti tuberkulosa serta pola hidup dengan tingkat stres tinggi, minum alkohol, kopi, dan merokok.
NSAID digunakan untuk mengobati reumatoid artritis, osteoartritis atau nyeri. Berbagai jenis NSAID dapat menghambat sintesis prostaglandin (PG) yang merupakan mediator inflamasi dan mengakibatkan berkurangnya tanda inflamasi. Akan tetapi, PG khususnya PGE sebenarnya merupakan zat yang bersifat protektor untuk mukosa saluran cerna atas. Hambatan sintesis PG akan mengurangi ketahanan mukosa, dengan efek berupa lesi akut mukosa gaster bentuk ringan sampai berat
NSAID merusak mukosa lambung melalui 2 mekanisme yaitu topikal dan sistemik. Kerusakan mukosa secara tropikal terjadi karena NSAID bersifat asam dan lipofili, sehingga mempermudah trapping ion hidrogen masuk mukosa dan menimbulkan kerusakan. Efek sistemik NSAID lebih penting yaitu kerusakan mukosa terjadi akibat produksi prostaglandin menurun secara bermakna.
Seperti diketahui prostaglandin merupakan substansi sitoprotektif yang amat penting bagi mukosa lambung. Efek sitoproteksi itu dilakukan dengan cara menjaga aliran darah mukosa, meningkatkan sekresi mukosa dan ion bikarbonat dan meningkakan epitel defensif.1 Ia memperkuat sawar mukosa lambung duodenum dengan meningkatkan kadar fosfolipid mukosa sehingga meningkatkan hidrofobisitas permukaan mukosa, dengan demikian mengurangi difusi balik ion hidrogen
interaksi obat yang di konsumsi/ farmakokonetik dan farmakodinamik
piroxicam
absorpsi
Piroxicam diabsorpsi secara cepat melalui rute oral ( fraksi absorpsi hampir 100 %)
Piroxicam di absorpsi pada usus kecil dengan keadaan ph sekitar 6,5
T max 2-5 jam
T ½ pada rentang 30-60 jam
distribusi
Sekitar 99% piroxicam berikatan dengan protein plasma
Tingginya ikatan protein plasma piroxicam akan membatasi distribusi terutama pada plasma, volume distribusi piroxicam menjadi rendah sekiatr 0,14 L/kg yang merupakan nilai khas untuk obat AINS (Anti Inflamasi Non Steroid).
metilprednisolon
farmakokinetik
Methylprednisolone diabsorpsi dengan cepat setelah pemberian dosis oral.Konsentrasi puncak setelah pemberian oral di plasma dicapai dalam waktu maksimal sekitar 1,5-2,3 jam. Bioavabilitas absolut methylprednisolone pada subyek sehat yang normal umumnya tinggi 82% sampai 89% setelah pemberian oral. Ini artinya rata-rata konsentrasi puncak yang dicapai adalah 1,1 < 2,2 jam.
farmakodinamik
adrenokortikoid
anti inflamasi
immunosupresan
glukosamin
sekitar 87% dari dosis oral glukosamin diserap pada saluran pencernaan.
ranitidin
absorpsi
Ranitidin dapat diadministrasi lewat injeksi oral, intramuskular, dan intravena. Penyerapan ranitidin lewat rute oral (bioavailabilitas) 50% diabsorbsi dan mencapai peak plasma concentration dicapai dalam waktu 1-2 jam. Absorbsi tidak dipengaruhi oleh makanan atau antasida. Setelah pemberian oral, dosis 150 mg mean plasma concentration sekitar 400 ng/ml
distribusi
Didistribusikan secara luas, termasuk ASI, menyeberangi sawar darah otak dan plasenta. Konsentrasi ranitidin di cairan serebrospinal 1/20 sampai 1/30 konsentrasi di plasma pada waktu yang sama. Volume distribusi 1,4 L/kg (1,2-1,8 L/kg). Ikatan plasma protein 15%.[
ekskresi
Ekskresi ranitidin dilakukan via renal dengan rata-rata 530 mL/menit hingga 760 mL/menit yang menandakan ekskresi tubular aktif
antasida
Tiap kandungan obat Antasida berbeda daya absorpsi. Untuk kandungan Magnesium hitungannya adalah secara inversi proporsional terhadap dosis, yaitu 50% dengan diet yang terkontrol, dibandingkan dengan 15─30% pada pemberian dosis tinggi.
obat rasional
Agar tercapai tujuan pengobatan yang efektif, aman, dan ekonomis, maka pemberian obat harus memenuhi prinsip-prinsip farmakoterapi sebagai berikut:
Indikasi tepat.
Penilaian kondisi pasien tepat.
Pemilihan obat tepat, yakni obat yang efektif, aman, ekonomis, dan sesuai dengan kondisi pasien.
Dosis dan cara pemberian obat secara tepat.
Informasi untuk pasien secara tepat.
Evaluasi dan tindak lanjut dilakukan secara tepat
peresepan tidak rasional
Peresepan berlebih
Peresepan kurang
Peresepan majemuk
Peresepan salah
Penggunaan obat yang harganya mahal, sementara obat sejenis dengan mutu yang sama dan harga lebih murah tersedia
Penggunaan obat yang belum terbukti secara ilmiah manfaat dan keamanannya
Penggunaan obat yang jelas-jelas akan mempengaruhi kebiasaan atau persepsi yang keliru dari masyarakat terhadap hasil pengobatan
pertimbangan pemberian obat lansia
Perubahan farmakologis yang disebabkan oleh penuan
Perubahan farmakokinetik
Perubahan farmakodinamik
Kelompok obat utama
Aspek praktis dalam farmakologi geriatrik