Osteoarthritis+ Gastritis erosif

DIAGNOSA BANDING NYERI LUTUT

KORELASI NYERI LUTUT DENGAN NYERI TERBAKAR DI ULUH HATI

DIAGNOSA BANDING NYERI ULUH HATI DAN TERBAKAR

FARMAKOKINETIK DAN FARMAKODINAMIK OBAT OA SECARA UMUM

PERESEPAN RASIONAL PADA LANSIA

DEFINISI DAN KLASIFIKASI OA

PERTIMBANGAN PERESEPAN OBAT PADA LANSIA

CARA MENEGAKKAN DIAGNOSIS OA

TATALAKSANA OA

DEFINISI

KLASIFIKASI

Osteoartritis atau yang umumnya disebut ‘pengapuran sendi’, merupakan salah satu masalah kesehatan yang banyak dijumpai di masyarakat belakangan ini.

Osteoartritis (OA) merupakan bentuk artritis yang paling sering ditemukan di masyarakat, bersifat kronis, berdampak besar dalam masalah kesehatan masyarakat.

Osteoartritis merupakan salah satu penyakit degeneratif dan bersifat progresif. Penyakit ini sangat sering dijumpai pada pasien dengan usia di atas 50 tahun.

Klasifikasi OA berdasarkan etiologi

Klasifikasi berdasarkan lokasi sendi yang terkena

metabolik

kelainan anatomi/struktur sendi

trauma

inflamasi

OA Tangan

OA lutut

OA Vertebra

OA kaki

OA Koksa
(panggul)

OA generalisata/sistemik

OA ditempat lainnya

Penggunaan obat dikatakan rasional menurut WHO apabila pasien menerima obat yang tepat untuk kebutuhan klinis, dalam dosis yang memenuhi kebutuhan untuk jangka waktu yang cukup, dan dengan biaya yang terjangkau baik untuk individu maupun masyarakat. penggunaan obat rasional meliputi dua aspek pelayanan yaitu pelayanan medik oleh dokter dan pelayanan farmasi klinik oleh apoteker.

anamnesis

pemeriksaan fisik

pemeriksaan penunjang

  • Nyeri dirasakan berangsur-angsur (onset gradual)
  • Tidak disertai gejala sistemik
  • Nyeri sendi saat beraktivitas
  • Tidak disertai adanya inflamasi (kaku sendi dirasakan < 30 menit, bila disertai inflamasi, umumnya dengan perabaan hangat, bengkak yang minimal, dan tidak disertai kemerahan pada kulit)
  • Tentukan BMI
  • Perhatikan gaya berjalan/pincang?
  • Adakah kelemahan/atrofi otot
  • Tanda-tanda inflamasi/efusi sendi?
  • Lingkup gerak sendi (ROM)
  • Nyeri saat pergerakan atau nyeri di akhir gerakan.
  • Krepitus
  • Deformitas/bentuk sendi berubah
  • Gangguan fungsi/keterbatasan gerak sendi
  • Nyeri tekan pada sendi dan periartikular
  • Penonjolan tulang (Nodul Bouchard’s dan Heberden’s)
  • Pembengkakan jaringan lunak
  • Instabilitas sendi
  • Tidak ada pemeriksaan darah khusus untuk mendiagnosis OA. Pemeriksaan darah membantu menyingkirkan diagnosis lain dan monitor terapi.
  • Pemeriksaan radiologi dilakukan untuk klasifikasi diagnosis atau untuk merujuk ke ortopaedi.

farmakologi

non farmakologi

a. Edukasi pasien. (Level of evidence: II)

b. Program penatalaksanaan mandiri (self-management programs): modifikasi gaya hidup. (Level of evidence: II)

c. Bila berat badan berlebih (BMI > 25), program penurunan berat badan, minimal penurunan 5% dari berat badan, dengan target BMI 18,5-25. (Level of evidence: I).

d. Program latihan aerobik (low impact aerobic fitness exercises). (Level of Evidence: I)

e. Terapi fisik meliputi latihan perbaikan lingkup gerak sendi, penguatan otot- otot (quadrisep/pangkal paha) dan alat bantu gerak sendi (assistive devices for ambulation): pakai tongkat pada sisi yang sehat. (Level of evidence: II)

f. Terapi okupasi meliputi proteksi sendi dan konservasi energi, menggunakan splint dan alat bantu gerak sendi untuk aktivitas fisik sehari-hari

a. Untuk OA dengan gejala nyeri ringan hingga sedang, dapat diberikan salah satu obat berikut ini, bila tidak terdapat kontraindikasi pemberian obat tersebut: • Acetaminophen (kurang dari 4 gram per hari). • Obat anti inflamasi non-steroid (OAINS). (Level of Evidence: II)

b. Untuk OA dengan gejala nyeri ringan hingga sedang, yang memiliki risiko pada sistim pencernaan (usia >60 tahun, disertai penyakit komorbid dengan polifarmaka, riwayat ulkus peptikum, riwayat perdarahan saluran cerna, mengkonsumsi obat kortikosteroid dan atau antikoagulan)

c. Untuk nyeri sedang hingga berat, dan disertai pembengkakan sendi, aspirasi dan tindakan injeksi glukokortikoid intraartikular (misalnya triamsinolone hexatonide 40 mg) untuk penanganan nyeri jangka pendek (satu sampai tiga minggu) dapat diberikan, selain pemberian obat anti-inflamasi nonsteroid per oral (OAINS). (Level of evidence: II)

gout arthritis

osteosrthritis

rhematoid arthritis

sindroma dispepsia

gastroparesis

ulkus peptikum

PALUPI AYUNDARI
1908260189
SGD 14

oral bioavailability

terjadinya aklorhidria (berkurangnya produksi asam lambung dengan bertambahnya usia seseorang. Aklorhidria terdapat pada 20-25% dari mereka yang berusia 80 tahun dibandingkan dengan 5% pada mereka yang berusia 30 tahun-an. Maka obat-obat yang absorbsinya di lambung dipengaruhi oleh keasaman lambung akan terpengaruh seperti: ketokonazol, flukonazol, indometasin, tetrasiklin dan siprofloksasin


Distribusi obat (pengaruh perubahan komposisi tubuh & faal organ akibat penuaan)

Saat seseorang beranjak dari dewasa ke usia lebih tua maka jumlah cairan tubuh akan berkurang akibat berkurangnya pula massa otot.

Metabolic Clearance

Massa hepar berkurang setelah seseorang berumur 50 tahun; aliran darah ke hepar juga berkurang. Secara umum metabolisme obat di hepar (biotransformasi) terjadi di retikulum endoplasmik hepatosit, yaitu dengan bantuan enzim mikrosom. Biotransformasi biasanya mengakibatkan molekul obat menjadi lebih polar sehingga kurang larut dalam lemak dan mudah dikeluarkan melalui ginjal. Reaksi kimia yang terjadi dibagi dua yaitu reaksi oksidatif (fase 1) dan reaksi konyugasi (fase 2)

absorbsi

distribusi

metabolisme

elimunasi

oains