Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
Malnutrition Energi Protein (MEP) - Coggle Diagram
Malnutrition Energi Protein (MEP)
domain perkembangan
Gross motor: motorik kasar
Fine motor: motorik halus
Speech and language: bicara dan bahasa
Social interaction: interaksi sosial
Diagnosis banding malnutrisi, gizi buruk, gizi kurang
Marasmus
Kwashiorkor
marasmik-kwashiorkor
Cara menilai Status gizi berdasarkan WHO dan CDC
Kurva WHO (anak <5 tahun)
CARA MENGGUNAKAN GRAFIK PERTUMBUHAN WHO
Tentukan umur, panjang badan (anak di bawah 2 tahun)/tinggi badan (anak di atas 2 tahun), berat badan.
Tentukan angka yang berada pada garis horisontal / mendatar pada kurva. Garis horisontal pada beberapa kurva pertumbuhan WHO menggambarkan umur dan panjang / tinggi badan.
Tentukan angka yang berada pada garis vertikal/lurus pada kurva. Garis vertikal pada kurva pertumbuhan WHO menggambarkan panjang/berat badan, umur, dan IMT.
Hubungkan angka pada garis horisontal dengan angka pada garis vertikal hingga mendapat titik temu (plotted point). Titik temu ini merupakan gambaran perkembangan anak berdasarkan kurva pertumbuhan WHO.
CARA MENGINTERPRETASIKAN KURVA PERTUMBUHAN WHO
Garis 0 pada kurva pertumbuhan WHO menggambarkan median, atau rata-rata
Garis yang lain dinamakan garis z-score. Pada kurva pertumbuhan WHO garis ini diberi angka positif (1, 2, 3) atau negatif (-1, -2, -3). Titik temu yang berada jauh dari garis median menggambarkan masalah pertumbuhan.
Titik temu yang berada antara garis z-score -2 dan -3 diartikan di bawah -2.
Titik temu yang berada antara garis z-score 2 dan 3 diartikan di atas 2.
Untuk menginterpretasikan arti titik temu ini pada kurva pertumbuhan WHO dapat menggunakan tabel berikut ini.
peranan nutrisi pada tumbang dan Tujuan nutrisi harus seimbang
tujuan nutrisi seimbang
Pertumbuhan normal pada anak
Perkembangan fisik
Kecerdasan anak
Anak memiliki tubuh sehat
Tidak mudah terserang penyakit
Definisi dan klasifikasi MEP
Definisi
Kekurangan energi protein (KEP) adalah keadaan kurang gizi yang disebabkan oleh rendahnya konsumsi energi dan protein dalam makanan sehari-hari sehingga tidak memenuhi angka kecukupan gizi
Penyakit kurang energi protein (KEP) diberi nama internasional yakni Calory Protein Malnutrition (CPM), kemudian diganti dengan istilah Protein Energy Malnutrion (PEM)/(MEP)
Penggolongan KEP berdasarkan baku antropometri WHO- NCHS Depkes RI (2002)
Klasifikasi
1) Gizi lebih : BB/U ≥ + 2 SD baku WHO-NCHS2) Gizibaik :BB/U≥-2SDs/d+2SDbakuWHO-NCHS3) Gizikurang :BB/U≤-2SDs/d>-3SDbakuWHO-NCHS4) Gizi buruk : BB/U ≤ -3 SD baku WHO-NCHS
Klasifikasi kurang energi protein menurut Departement Kesehatan RI, 1999:
KEP ringan bila hasil penimbangan berat badan pada KMS pada pita warna kuning.
KEP sedang bila hasil penimbangan berat badan pada KMS terletak di bawah garis merah (BBM).
KEP berat / gizi buruk bila hasil penimbangan BB / 4 < 60% baku median WHO – NCNS. Pada KMS tidak ada garis pemisah KEP berat / gizi buruk dan KEP sedang, sehingga untuk menentukan KEP berat / gizi buruk digunakan table BB / 4 baku median WHO - NCNS.
Etiologi dan factor resiko MEP
Etiologi
Etiologi langsung KEP adalah defisiensi kalori maupun protein dengan berbagai gejala-gejala.
etiologi tidak langsungnya disebut juga dengan kausa multifaktorial seperti ASI dan MPASI
Sosial ekonomi yang rendah.
Sukar atau mahalnya makanan yang baik.
Kurangnya pengertian orang tua mengenai gizi.
Kurangnya faktor infeksi pada anak (misal: diare).
Kepercayaan dan kebiasaan yang salah terhadap makanan (misal: tidak makan daging atau telur disaat luka).
Faktor risiko
Faktor langsung: ketidakcukupan konsumsi makanan, penyakit infeksi
Faktor tidak langsung: kurangnya pengetahuan ibu tentang kesehatan, kondisi sosial ekonomi yang rendah, ketersediaan pangan di keluarga tidak mencukupi, banyaknya nggota keluarga, pola konsumsi keluarga yang kurang baik, pembagian makanan yang tidak rata, fasilitas pelayanan kesehatan yang sulit dijangkau.
Faktor mendasar: rendahnya pengetahuan ibu dan rendahnya pendidikan ibu.
Patofisiologi MEP
Adapun energi dan protein yang diperoleh dari makanan kurang, padahal untuk kelangsungan hidup jaringan, tubuh memerlukan energi yang didapat, dipengaruhi oleh makanan yang diberikan sehingga harus didapat dari tubuh sendiri, sehingga cadangan protein digunakan juga untuk memenuhi kebutuhan energi tersebut.
Kekurangan energi protein dalam makanan yang dikonsumsi akan menimbulkan kekurangan berbagai asam amino essensial yang dibutuhkan untuk sintesis, oleh karena dalam diet terdapat cukup karbohidrat, maka produksi insulin akan meningkat dan sebagai asam amino di dalam serum yang jumlahnya sudah kurang tersebut akan disalurkan ke otot.
Berkurangnya asam amino dalam serum merupakan penyebab kurangnya pembentukan alkomin oleh heper, sehingga kemudian timbul edema perlemahan hati terjadi karena gangguan pembentukan lipo protein beta sehingga transport lemak dari hati ke hati dapat lemak juga terganggu dan akibatnya terjadi akumuasi lemak dalam heper.
CMD MEP
anamnesis
Dengan anamnesis yang baik akan diperoleh informasi tentang nutrisi selama dalam kandungan, saat kelahiran, keadaan waktu lahir (termasuk berat dan panjang badan), penyakit dan kelainan yang diderita, dan imunisasi, data keluarga serta riwayat kontak dengan penderita penyakit menular tertentu
pemeriksaan fisik
Bermanfaat untuk memperoleh kesan klinis tentang tumbuh kembang secara umum perlu diperhatikan bentuk serta perbandingan bagian kepala, tubuh dan anggota gerak. Demikian pula keadaan mental anak yang komposmentis, bersifat cengeng atau apatik
Antropometri
Pengukuran antropometri untuk menilai ukuran dan bentuk badan dan bagian badan khusus dapat membantu mengenai masalah nutrisi. Pengukuran ini meliputi berat badan, tinggi badan, lingkar kepala, lingkar lengas atas dan lipatan kulit. Berat badan merupakan indicator untuk menilai keadaan gizi dan tumbuh kembang anak. Tinggi badan dipakai sebagai dasar perbandingan terhadap perubahan relatif pertumbuhan. Lingkar kepala untuk menilai pertumbuhan otak. Lingkar lengan atas mencerminkan tumbuh kembang jaringan lemak dan otot. Lipatan kulit di daerah triseps dan sub scapula merupakan relfkesi kulit tumbuh kembang jaringan lemak bawah kulit dan mencerminkan kecukupan gizi
pemeriksaan laboratorium
Terutama mencakup pemeiksasan darah rutin seperti kadar haemoglobin dan protein serum (albumin, globulin) serta pemeriksasan kimia darah lain bila diperlukan dengan non esensial, kadar lipid, kadar kolesterol
pemeriksaan penunjang
Tes darah, untuk mengindentifikasi penyebab malnutrisi, misalnya infeksi HIV, serta untuk menilai kadar glukosa, protein (albumin), vitamin, dan mineral di dalam tubuh penderita.
Tes tinja (feses), untuk melihat keberadaan parasit atau cacing yang bisa menyebabkan malnutrisi energi protein.
Rontgen dada, untuk melihat ada tidaknya peradangan dan infeksi pada paru.
tatalaksana
Bila ada dehidrasi, atasi dulu
Pemberiaan diit TKTP 1.200 kal/hari.
Vitamin A 100.000 – 200.000 K1 1 M 1 kali.
Vitamin B kompleks, C, AD tetes personal.
Bila perlu beri transfuse sel darah merah padat atau plasma.
Kontrol poliklinik gizi anak.
komplikasi
Anemia dan hipoglikemia (penurunan kadar gula darah)
Ensefalopati (kerusakan jaringan otak)
Hipoalbuminemia (kekurangan protein albumin darah)
Gangguan fungsi organ, seperti gagal ginjal dan penyakit jantung
Gagal tumbuh atau stunting pada anak
Gangguan belajar
Koma
hipotermia
edukasi dan pencegahan
Malnutrisi energi protein dapat dicegah dengan menerapkan pola makan sehat dengan gizi seimbang yang mencakup:
Sumber karbohidrat, seperti nasi, roti, atau kentang
Sumber protein dan lemak, seperti daging, ikan, telur, atau unggas
Sumber mineral dan vitamin, seperti buah-buahan, sayur-sayuran, serta susu dan produk olahannya, misalnya keju atau yoghurt
Selain mengonsumsi makanan sehat, jangan lupa untuk mencukupi kebutuhan cairan dengan minum air putih sebanyak 8 gelas per hari dan melakukan pemeriksaan ke dokter secara rutin jika Anda memiliki kondisi medis atau penyakit yang dapat meningkatkan risiko terjadinya malnutrisi energi protein.
AKG(angka kecukupan gizi)
a. Jenis yang gizi yg dianjurkan, meliputi :Energi, protein, vitamin (ADEK, BC) dan mineral Ca, P. Fe, Zn, I, Se
B. Rata-rata kecukupan Energi bagi penduduk Indonesia : 2.200 Kal dan 50 g protein (tingkat konsumsi)
C. Rata-rata kecukupan Energi bagi penduduk Indonesia : 2.500 Kal dan 55 g protein (tingkat ketersediaan)