Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
Neurosistiserkosis - Coggle Diagram
Neurosistiserkosis
-
Definisi , etiologi, F.Risiko
Definisi :
- Neurosistiserkosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya kista atau larva cacing pita Taenia solium pada parenkim otak. Dan menimbulkan berbagai penyakit pada penderita seperti nyeri kepala, epilepsi, migrain, stroke, hidrosephalus, demensia, gangguan penglihatan, peningkatan tekanan intrakranial dan kejang.
- NSS terdapat di beberapa negara endemik seperti Nepal, Afrika, Eropa Timur, Meksiko, Amerika Tengah dan Selatan. Sedangkan di Asia, dilaporkan NSS endemik terutama di China, India dan Indonesia. Di Indonesia, provinsi yang menjadi endemik terhadap NSS yaitu Sumatera Utara, Bali, Sulawesi Utara, Kalimantan Barat, Flores dan Papua.
- Sedangkan penyebaran didaerah non endemik dihubungkan dengan kedatangan para pendatang yang berasal dari daerah endemik.
Etiologi :
- Penularan neurosistiserkosis melalui daging babi yang mengandung T.solium dimasak tidak matang atau mentah.
- Manusia dapat menjadi hospes perantara melalui kontak langsung misalnya dari tangan ke tangan ketika tidak sengaja menelan makanan yang tekontaminasi telur cacing pita T. solium. Hal tersebut dapat menjelaskan alasan mengapa manusia yang awalnya sehat dapat menderita NSS yang penularannya berasal dari seorang pendatang dari daerah endemik dan memiliki infeksi cacing pita T. solium
Faktor Risisko :
- Sumber air dapat tercemar oleh telur T. solium jika kebiasaan masyarakat yang buang air besar dipekarangan,sungai, dan air sumur yang tidak disemen dapat terkontaminasi telur T.solium
- Memelihara ternak babi tidak dikandangkan dan dibiarkan mencari makanan di lingkungan sekitar rumah,kebun, dan hutan. Keberadaan ternak babi yang tidak dikandangkan dapat menyebabkan penularan neurosistisercosis.
- Aktifitas bertani merupakan faktor risiko penularan zoonotic helminths (taeniasis dan sistiserkosis)
- Kurangnya sanitasi dalam hal mencuci tangan dan kuku jari tangan yang kotor merupakan faktor yang mempengaruhi penularan sistiserkosis.
- Konsumsi daging babi yang kurang matang atau mentah dapat berperan sebagai faktor risiko penularan
- Tidak mencuci sayuran dan buah saat dimasak dapat menularkan sistiserkosis.
- Sayur-sayuran serta umbi-umbian yang ikut dimasak dengan cara bakar batu panas kadangkala terkontaminasi dengan tanah dilingkungan sehingga besar kemungkinan tercemar oleh telur Taenia solium.
-
DD Kejang
- Epilepsi
- Meningitis
- Ensefalitis
- Tetanus
- Mengioma
- Neurosistiserkosis
-
Tatalaksana
Penanganan terhadap pasien Neurosistiserkosis dapat dilakukan melalui beberapa pendekatan yaitu:
- Antiparasitic drug
- Siamptomatic medication
- surgery
Edukasi dan Pencegahan
Pencegahan penyakit taeniasis dan sistiserkosis dapat dilakukan dengan cara:
- Mengobati penderita (praziquantel, mebendazole, albendazole, niclosamide, dan atabrin) untuk menghilangkan sumber infeksi dan mencegah terjadinya autoinfeksi dengan larva cacing.
- Memelihara kebersihan lingkungan dengan buang air besar tidak sembarangan (menggunakan jamban keluarga) sehingga feses manusia tidak dimakan oleh babi dan tidak mencemari tanah atau rumput.
- Pemeriksaan daging oleh dokter hewan di RPH (Rumah Pemotongan Hewan), sehingga babi mengandung kista tidak sampai dikonsumsi masyarakat (kerjasama lintas sektor dengan dinas peternakan)
- Menghilangkan kebiasaan makan makanan yang mengandung daging setengah matang atau mentah.
- Memasak daging babi di atas suhu 50C selama 30 menit untuk mematikan larva sistiserkus atau menyimpan daging babi pada suhu 10C selama 5 hari.
- Memberikan vaksin pada hewan ternak babi (penggunaan crude antigen yang berasal dari onkosfer, sistisersi, atau cacing dewasa Taenia solium)
- Menjaga kebersihan diri seperti mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar, sebelum makan atau, mengolah makanan serta Mengajari anak untuk mencuci tangan dengan sabun.
-