Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
KEJANG, Bunga Putri Ayunirrahim 1808260024 - Coggle Diagram
KEJANG
Edukasi
Mengobati penderita (praziquantel, mebendazole, albendazole, niclosamide, dan atabrin) untuk menghilangkan sumber infeksi dan mencegah terjadinya autoinfeksi dengan larva cacing.
Memelihara kebersihan lingkungan dengan buang air besar tidak sembarangan (menggunakan jamban keluarga) sehingga feses manusia tidak dimakan oleh babi dan tidak mencemari tanah atau rumput.
Pemeriksaan daging oleh dokter hewan di RPH (Rumah Pemotongan Hewan), sehingga babi mengandung kista tidak sampai dikonsumsi masyarakat (kerjasama lintas sektor dengan dinas peternakan)
-
Memasak daging babi di atas suhu 50C selama 30 menit untuk mematikan larva sistiserkus atau menyimpan daging babi pada suhu 10C selama 5 hari.
Tatalaksana dari ke 3 dd
Neurosistiserkosis
.1. Obat anti parasit yang efektif terhadap sistiserkosis T. solium adalah albendazol atau praziquantel.
- Dosis albendazol: 15mg/kg/hari, selama satu bulan.
Dosis untuk praziquantel adalah 50mg/kg/hari selama dua minggu.
- Terapi simptomatik dan anti-inflamasi, kortikosteroid sering digunakan pada NSS. Dosis deksametason 4,5-12mg/hari, prednison 1mg/kg/hari, digunakan untuk mengurangi terjadinya edema serebri dan terjadinya eksaserbasi gejala neurologi akibat kematian parasit.
- Operasi, jika eksisi kista yang besar atau untuk pemasangan shunting jika terjadi hidrosefalus.
Taeniasis
- Pengobatan penderita taeniasis dapat diberikan obat niklosamid atau prazikuantel per oral
- Dosis praziquantel 50 mg/kg BB dosis tunggal atau dosis terbagi tiga selama 15 hari efektif untuk sistiserkosis. Obat pilihan lain adalah albendazole 15 mg/kg BB/hari dalam dosis tunggal atau terbagi tiga selama 7 hari; Mebendazole 2 x 200 mg/hari selama 4 hari.
- Pengobatan biasanya sangat efektif, tetapi apabila proglotid mulai tampak lagi dalam tinja atau bergerak dari anus, maka diperlukan pengobatan ulangan. Tinja diperiksa kembali setelah 3 dan 6 bulan untuk memastikan bahwa infeksi telah terobati
Epilepsi
- Terapi utama pada epilepsi adalah penggunaan obat antiepilepsi (OAE)
-
- Diet ketogenik adalah diet tinggi lemak, cukup protein dan rendah karbohidrat. .Pada diet ketogenik menyediakan cukup protein untuk pertumbuhan, tetapi kurang karbohidrat untuk kebutuhan metabolisme tubuh. Sehingga tubuh akan menggunakan lemak sebagai sumber energi yang menghasilkan senyawa keton yang diperkirakan memiliki kontribusi terhadap pengontrolan kejang.
2.Pembedahan merupakan pilihan untuk pasien yang tetap mengalami kejang meskipun sudah mendapat farmakologi, indikasi pembedahan jika adanya abnormalitas fokal, lesi epileptik yang menjadi pusat abnormalitas.
- Terapi cairan jika ada indikasi dehidrasi
- Gunakan spatula lidah untuk mencegah pasien menggigit lidahnya
dd dan klasifikasi
-
kejang primer: kejang yang terjadi tanpa ada sebab yang jelas ataupun penyakit yang mendasarinya
kejang sekunder: kejang yang timbul sebagai suatu gejala dari penyakit yang diderita oleh pasien tersebut.
Kejang adalah gangguan aktivitas listrik di otak. Kondisi ini sering kali ditandai oleh gerakan tubuh yang tidak terkendali dan disertai hilangnya kesadaran. Kejang bisa menjadi tanda adanya penyakit pada otak, atau kondisi lain yang memengaruhi fungsi otak kejang diklasifikasikan menjadi 2 yaitu
Defenisi, etiologi,fr,epidemiologi,klasifikasi(dari 3 dd)
neurosistiserkosis
Neurosistiserkosis (NSS) merupakan penyakit infeksi pada sistem saraf pusat (SSP) yang disebabkan oleh kista stadium larva cacing pita Taenia solium atau sistiserkus.
faktor risiko pada system sanitasi dan pemeliharaan yang buruk.
-Penggunaan jamban
-Sanitasi Air dan lingkungan
-Mengkomsumsi daging babi yang terinfeksi larva Taenia solium maupun Saginata (Sapi).
ETIOLOGI:
penyakit/infeksi pada jaringan lunak yang disebabkan oleh larva Taenia solium “cisticercus cellulosae”
Di Indonesia terdapat tiga provinsi yang berstatus endemis penyakit taeniasis atau sistiserkosis ataupun NSS yaitu Sumatera Utara, Bali dan Papua.
Kasus taeniasis juga pernah terjadi di Sulawesi Utara. Prevalensi sistiserkosis di Indonesia bervariasi antara 2% di Bali dan 48% di Papua.
Prevalensi taeniasis di Sumatera Utara berkisar 1,9%- 20,7%.
Epilepsi
Epilepsi merupakan manifestasi neurologis paling sering(70-90%). Bahkan Neurosistiserkosis adalah penyebab epilepsi sekunder paling sering
Data WHO menunjukkan epilepsi menyerang 70 juta dari penduduk dunia. Insidensi epilepsi di negara maju 24-53 setiap 100.000 populasi, sementara di negara berkembang 49,3-190 setiap 100.000 populasi. Di Indonesia prevalensi epilepsi yaitu antara 3,9-5,6/1000 orang. Prevalensi 0,5%
faktor risiko: masalah neurologis,infeksi SSP, usia, cedera otak, penyakit metabolik
Taeniasis
-
Kasus taeniasis juga pernah terjadi di Sulawesi Utara. Prevalensi taeniasis di Sumatera Utara berkisar 1,9%- 20,7%.
-
-
-
-
-
-
-