KEJANG BERULANG
(NEUROSISTISERKOSIS)
Patofisiologi Neurosistiserkosis
Cara Menegakkan Diagnosa Taeniasis
Definisi, Etiologi, Faktor Risiko dan Epidemiologi
Komplikasi dan Prognosis Neurosistiserkosis
Edukasi dan Pencegahan Neurosistiserkosis
Tatalaksana Neurosistiserkosis
Morfologi dan Siklus Hidup Teania sp
Diagnosa Banding Kejang
FITRI APRIANTA
1808260091
Medan, 22 Desember 2021
Dosen / Tutor SGD 12
dr. Fardella Lufiana
Definisi : Neurosistiserkosis merupakan penyakit yang disebabkan oleh adanya kista atau larva cacing pita Taenia solium pada parenkim otak. Dan menimbulkan berbagai penyakit pada penderita seperti nyeri kepala, epilepsi, migrain, stroke, hidrosephalus, demensia, gangguan penglihatan, peningkatan tekanan intrakranial dan kejang.
Etiologi : Penularan neurosistiserkosis melalui daging babi yang mengandung T.solium dimasak tidak matang atau mentah.
Faktor Risiko :
- Sumber air dapat tercemar oleh telur T. solium jika kebiasaan masyarakat yang buang air besar dipekarangan,sungai, dan air sumur yang tidak disemen dapat terkontaminasi telur T.solium
- Memelihara ternak babi tidak dikandangkan dan dibiarkan mencari makanan di lingkungan sekitar rumah,kebun, dan hutan. Keberadaan ternak babi yang tidak dikandangkan dapat menyebabkan penularan neurosistiserkosis.
- Aktivitas bertani merupakan faktor risiko penularan zoonotic helminths (taeniasis dan sistiserkosis).
- Komsumsi daging babi yang kurang matang
- Kurangnya sanitasi dalam hal mencuci tangan dan kuku jari tangan yang kotor merupakan faktor yang mempengaruhi penularan sistiserkosis.
- Tidak mencuci buah dan sayur
Epidemiologi : Taeniasis solium dan sistiserkosis di Indonesia terutama ditemukan di tiga provinsi yaitu Sumatera Utara, Bali, dan Irian Jaya. Penyakit tersebut juga ditemukan di Lampung, Sulawesi Utara, Sulawesi Tenggara, Nusa Tenggara Timur, dan Kalimantan Barat dengan Provinsi Papua adalah daerah yang hiperendemis sistiserkosis
Morfologi Teania Solium :
- Taenia solium,berukuran panjang 2-4 meter dan kadang-kadang sampai 8 meter. ,terdiri dari skoleks, leher dan strobila, yang terdiri atas 800-1000 ruas proglotid.
- Skoleksi yang berukuran kirakira 1 milimeter, mempunyai 4 buah batil isap dengan rostelum yang mempunyai 2 baris kait-kait, masing-masing sebanyak 25-30 buah.
- Bentuk proglotid gravid mempunyai ukuran panjang hampir sama dengan lebarnya. Jumlah cabang uterus pada proglotid gravid adalah 7-12 buah pada satu sisi.
- Lubang kelamin letaknya bergantian selang-seling pada sisi kanan dan kiri strobila secara tidak beraturan.
Morfologi Teania Saginata :
- Pipih seperti pita, panjang 5 s/d 12 meter, bentuk bulat, ukuran 30-40 Mm, kulit sangat tebal, halus dengan garis-garis silang Ruas/leher > proglotid (terdiri atas 1000-2000 ruas) Kepala disebut skoleks, panjangnya 1 s/d 2 mm, sangat kecil, bentuk seperti buah peer/mangkok dan punya 4 batil hisap di bagian depan untuk menghisap/menyerap.
- Proglotid berbentuk cincin menyempit, memiliki badan leher pendek daripada badan leher paling belakang. Berwarna keputihan dan bentuk segi empat Ruas/proglotid: terdiri atas 100.000 buah telur Strobila terdiri atas rangkaian proglotid belum matur dan mengandung telur (gravid).
- Alat kelamin > terlihat jelas pada dewasa (folikel testis 300-400 buah) Kelamin letaknya selang seling pada sisi kanan atau kiri strobilia Uterus tumbuh pada bagian anterior ootip Telur memiliki embriofor bergaris radial, ukuran 30-40x20-30 mikron.
Siklus Hidup
Cysticerci dicerna oleh manusia melalui daging babi terinfeksi yang tidak masak dengan baik. Kista menguap diusus kecil, menempel ke dinding dengan penghisap dan kaitnya, dan mengembangkan strobila atau rantai proglotid. Dari ujung distal srobila, telur subur diekskresikan ke proglottid yang sedang hamil. Babi menelan tinja yang terkontaminasi telur teania, embrio secara aktif melintas dinding usus, masuk ke aliran darah, dan diangkut kesebagian besar jaringan. Larva paling sering ditemukan di sistem saraf pusat, tetapi bisa dimata, kulit, otot, atau jaringan lain.
Anamnesis : dijumpai gejalan manifestasi klinis bergantung pada lokasi, jumlah parasit, stadium kista, dilokasi dan respons imun penderita, baik subkutan maupun kronik. Apabila menyerang sistem saraf maka gejala yang timbul berupa kejang, sakit kepala, peningkatan tekanan intrakranial, stroke, demensia, hidrosefalus, mual dan muntah. Dan dari anamnesis juga bisa kita tanyakan apakah ada keluar potongan daging kecil.
- Praziqiantel : 50 mg/KgBB/hari, dosis tunggal dibagi 3 dosis peroral selama 15 hari.
- Albendazol : 15 mg:KgBB/hari, dosis tunggal dibagi 3 dosis oral selama 7 hari.
- Kortikosteroid : Predison 60 mg ( tappering off).
- Antikonvulsan : Fenitoina atau Fenobarbital
Komplikasi :
- Pembengkakan Otak
- Gangguan Penglihatan
- Gangguan Kognitif
- Hidrosefalus
- Vaskulitis
Prognosis :
Neurosistiserkosis mampu dikontro dengan baik dan Prognosis baik jika diobati dan ditangani dengan segera
- Mengobati penderita (praziquantel, mebendazole, albendazole, niclosamide, dan atabrin) untuk menghilangkan sumber infeksi dan mencegah terjadinya autoinfeksi dengan larva cacing.
- Memelihara kebersihan lingkungan dengan buang air besar tidak sembarangan (menggunakan jamban keluarga) sehingga feses manusia tidak dimakan oleh babi dan tidak mencemari tanah atau rumput.
- Pemeriksaan daging oleh dokter hewan di RPH (Rumah Pemotongan Hewan), sehingga babi mengandung kista tidak sampai dikonsumsi masyarakat (kerjasama lintas sektor dengan dinas peternakan).
- Memasak daging babi di atas suhu 50C selama 30 menit untuk mematikan larva sistiserkus atau menyimpan daging babi pada suhu 10C selama 5 hari.
- Menghilangkan kebiasaan makan makanan yang mengandung daging setengah matang atau mentah.
- Memberikan vaksin pada hewan ternak babi (penggunaan crude antigen yang berasal dari onkosfer, sistisersi, atau cacing dewasa Taenia solium).
- Menjaga kebersihan diri seperti mencuci tangan dengan sabun setelah buang air besar, sebelum makan atau, mengolah makanan serta Mengajari anak untuk mencuci tangan dengan sabun.
- Mencuci sayuran dan buah-buahan sebelum dikonsumsi
Pemeriksaan Fisik :
- Tanda Vital (Tekanan darah, Suhu, Frekuensi Nadi dan Pernapasan)
- Pemeriksaan fisik umum
- Tanda rangsangan meningeal (-)
- Nervi kranialis (paresis -)
- Motorik (hemiparesis dextra)
- Sensorik (refleks fisiologi ++/++ dan refleks patologis +/-)
- Klonus (-/-)
- Saraf otonom (dalam batas normal)
Pemeriksaan Penunjang:
- HEAD CT SCAN (non kontras): Pada pemeriksaan CT scan kepala potongan aksial tanpa pemberian kontras didapatkan lesi-lesi yang hiperdens, berbatas tegas, multipel, dan berukuran kecil-kecil, di daerah hemisfer serebri dan serebelum bilateral. Ditemukan juga lesi-lesi yang hipodens, berbatas tegas, berukuran 2-4 mm di beberapa regio antara lain regio frontalis sinistra dan nukleus lentiformis sinistra. Diduga suatu neurosistiserkosis multistadium stadium terkalsifikasi dan granular-nodular.