ISK BAWAH ec RESISTENSI ANTIBIOTIK

ISK bawah, yaitu infeksi di kandung kemih bagian bawah, yaitu kandung kemih dan uretra

Infeksi saluran kemih paling sering disebabkan oleh infeksi bakteri Escherichia coli (E. coli) di saluran kemih. Bakteri ini sebenarnya hidup di saluran pencernaan, tetapi bisa menginfeksi saluran kemih dan menyebabkan infeksi kandung kemih (sistitis) hingga infeksi ginjal (pielonefritis).

Beberapa faktor lain yang dapat meningkatkan risiko infeksi saluran kemih adalah:

Hamil

Aktif melakukan hubungan seksual

Menopause

Baru menjalani tindakan media atau operasi pada saluran kemih

Penggunaan kateter urine untuk jangka panjang

Kelainan pada saluran kemih sejak lahir

Cedera pada saraf di sekitar kandung kemih yang menghambat pengeluaran urine

Penyumbatan di saluran kemih, misalnya karena batu ginjal atau pembesaran kelenjar prostat

Daya tahan tubuh lemah, misalnya akibat diabetes atau sedang menjalani kemoterapi

CMD ISK

Tes urine atau urinalisis bertujuan untuk mendeteksi keberadaan sel darah putih di dalam urine yang bisa menjadi tanda infeksi. Pada beberapa kasus, tes urine akan diikuti dengan kultur urine untuk mengetahui jenis bakteri penyebab infeksi dan obat yang tepat.

Pemindaian dapat dilakukan menggunakan USG, CT scan, atau MRI. Tujuannya adalah memeriksa kemungkinan adanya kelainan pada saluran kemih. Pemindaian dapat didahului dengan pemberian zat kontras agar kondisi saluran kemih lebih jelas terlihat.

keluhan timbul

Demam

Lemas

Nyeri di perut bagian bawah atau panggul

Rasa sakit atau terbakar saat buang air kecil

Tidak bisa menahan rasa ingin buang air kecil

Buang air kecil menjadi lebih sering, tetapi jumlah urine sedikit-sedikit

Terdapat darah dalam urine (hematuria)

Bau urine sangat menyengat

Warna urine keruh

diagnosa banding

sistitis

kanker kandung kemih

pielonefritis

Resistensi antibiotik merupakan kondisi saat bakteri dalam tubuh tidak dapat dibunuh menggunakan antibiotik. Kondisi tersebut mengancam kemampuan tubuh dalam melawan penyakit infeksi, bahkan dapat menimbulkan kecacatan.

penyebab resistensi antibiotik

Bukan itu saja, menjaga kebersihan menjadi salah satu upaya untuk mencegah bakteri resisten berkembang. Sayangnya, tidak semua orang mampu menjaga kebersihan dirinya dengan baik. Padahal, dengan rajin mencuci tangan dapat mencegah penyebaran bakteri yang resisten terhadap antibiotik.

mutasi bakteri resisten secara alami. Jika kondisi tersebut terjadi, mengonsumsi antibiotik dapat membuat bakteri resisten semakin kebal.

penyebab resistensi antibiotik yang pertama adalah mengonsumsi antibiotik secara berlebihan dalam upaya pemberantasan penyakit.

resitensi antibiotik E.coli

antibiotik kloramfenikol merupakan antibiotik yang memiliki tingkat resistensi paling kecil dibandingkan dengan antibiotik yang diuji lainnya sehingga antibiotik ini resistensi paling kecil dibandingkan dengan antibiotik yang diuji lainnya sehingga antibiotik ini

sedangkan antibiotik yang telah resisten pada isolat E. coli antibiotik golongan beta laktam seperti ampisilin dan penisilin, dan golongan lainnya seperti eritromisin, tetrasiklin, dan nitrofurantion.

Cifrofloxacin merupakan obat pilihan kedua setelah
cotrimoxazole dengan sensitivitas terhadap E. coli mencapai 80%.

Tes uji kepekaan antibiotik digunakan untuk menentukan antibiotik mana yang akan menghambat pertumbuhan bakteri penyebab penyakit infeksi. Hasil pemeriksaan ini akan membantu praktisi kesehatan untuk menentukan jenis antibiotik yang kemungkinan paling efektif dalam mengobati penyakit infeksi seseorang.

Intermediate (I) - Kemungkinan antibiotik yang diuji efektif pada dosis yang lebih tinggi, atau frekuensi dosis yang lebih sering, atau hanya efektif pada tempat spesifik tertentu di dalam tubuh dimana antibiotik dapat berpenetrasi untuk menyediakan konsentrasi yang adekuat.

Resistance (R) - Antibiotik tidak efektif untuk menghambat pertumbuhan bakteri, kemungkinan bukan merupakan pilihan yang tepat untuk pengobatan.

Susceptible/Sensitive (S) - Kemungkinan antibiotik yang diuji dapat menghambat bakteri patogen, sehingga dapat digunakan sebagai petunjuk untuk pemilihan antibiotik yang tepat untuk pengobatan.

Kerasional pemakaian antibiotik tersebut meliputi tepat indikasi, tepat penderita, tepat obat, tepat dosis dan waspada efek samping obat. Pemakaian antibiotik yang tidak rasional akan menyebabkan munculnya banyak efek samping dan mendorong munculnya bakteri resisten