ICTERUS NEONATORUM

  1. Penilaian/skor bayi baru lahir (afgar dan ballard) 
    
  1. Etiologic dan factor risiko icterus neonatorum 
    
  1. CMD icterus neonatorum 
    
  1. Komplikasi dan prognosis icterus neonatorum 
    
  1. Diagnosis banding icterus neonatorum 
    
  1. Patofisiologi icterus neonatorum
    
  1. Definisi dan klasifikasi icterus neonatorum 
    
  1. METABOLISME BILIRUBIN 
    
  1. Perbedaan breast feeding jaundice dengan breast milk jaundice 
    
  1. Tatalaksana icterus neonatorum 
    

afgar

ballard

Apgar score atau penilaian skor Apgar dilakuan oleh dokter atau bidan pada setiap bayi yang baru lahir. Pemeriksaan ini dilakukan untuk memastikan kondisi bayi sehat dan bugar untuk dapat hidup dan beradaptasi dengan lingkungan baru di luar rahim ibu.

Pemeriksaan skor Ballard menilai maturitas fisik dan neurologis bayi melalui beberapa indikator, yaitu maturitas fisik dan neuromuskularitas.

defenisi

klasifikasi

Ikterus neonatorum fisiologis adalah penyakit kuning yang ditunjukkan dengan perubahan warna kekuningan pada kulit, konjungtiva, dan sklera akibat peningkatan bilirubin plasma pada bayi baru lahir.

Patofisiologi terjadinya ikterus neonatorum fisiologis adalah akibat peningkatan sekunder produksi bilirubin dan rendahnya kapasitas ekskresi hepatik. Bilirubin tak terkonjugasi pada ikterus neonatorum fisiologis biasanya mencapai kadar serum kurang dari 15 mg/dl.

Bilirubin diproduksi dalam sistem retikuloendotelial sebagai produk akhir katabolisme heme dan dibentuk melalui reaksi oksidasi reduksi. Sekitar 75% bilirubin berasal dari hemoglobin, namun degradasi mioglobin, sitokrom, dan katalase juga berkontribusi. Pada langkah oksidasi pertama, biliverdin dibentuk dari heme melalui aksi heme oxygenase. Proses tersebut juga melepaskan besi dan karbon monoksida. Besi disimpan untuk digunakan kembali, sedangkan karbon monoksida dikeluarkan melalui paru-paru dan dapat diukur dalam napas pasien untuk mengukur produksi bilirubin.

Bentuk sel darah abnormal (seperti anemia sel sabit)

Ketidakcocokan golongan darah antara ibu dan bayi (ketidakcocokan Rh)

Pendarahan di bawah kulit kepala (cephalohematoma) disebabkan oleh persalinan yang sulit

Tingkat sel darah merah yang lebih tinggi, yang lebih sering terjadi pada bayi usia kehamilan kecil (SGA) dan bayi kembar

Infeksi

Kekurangan protein penting tertentu, seperti enzim

Obat-obatan tertentu

Infeksi pada saat lahir, seperti rubella dan sifilis

Penyakit yang memengaruhi hati atau saluran empedu, seperti cystic fibrosis atau hepatitis

Tingkat oksigen rendah (hipoksia)

Infeksi (sepsis)

Kelainan genetik

Bayi lahir prematur

Pemeriksaan fisik

Tes darah

Hitung darah lengkap

Tes Coombs

Jumlah retikulosit

Tes kulit dengan alat yang disebut bilirubinometer transkutan, yang mengukur pantulan cahaya khusus yang menembus kulit

Imunoglobulin intravena (IVIg)

Pertukaran transfusi (exchange transfusion)

Terapi cahaya (fototerapi)

Ikterus Fisiologis

Ikterus Patologis

Kern Ikterus

Ikterus Hemolitik

Ikterus Retensi

Ikterus Hepatik

Ikterus Regurgitasi

Ikterus Obstruktif

Kelainan Eritrosit Congenital

Inkompatibilitas Golongan Darah

Defisiensi Enzim G6PD

Inkompatibilitas ABO

Inkompatibilitas Rhesus

komplikasi

prognosis


Prognosis ikterus neonatorum fisiologis umumnya baik dan jarang menimbulkan komplikasi lainnya.

Komplikasi ikterus neonatorum fisiologis jarang terjadi. Kelainan perkembangan saraf termasuk atetosis, kehilangan pendengaran, dan dalam kasus yang jarang terjadi defisit intelektual, mungkin terkait dengan tingkat toksik bilirubin yang tinggi, biasanya dikaitkan dengan faktor yang berkontribusi terhadap perkembangan hiperbilirubinemia fisiologis.

sterositosis

anemia hemolitik non sterositosis

ikterus obstruktif

hepatitis neonatal

atresia biliaris

hepatitis neonatal

kista koledokus

sepsis

stenosis pilorik

inkompatibilitas darah

kuning pada bayi prematur

kuning fisiologik

penyakit hemolitik

sepsis

darah ekstravaskular

polisitemia

sterositosis congenital

breast feeding jaundice

breast milk jaundice

Breastfeeding jaundice disebabkan oleh cara memberi ASI (air susu ibu) yang salah atau karena anak tidak mendapatkan asupan susu yang mencukupi. Bila anak terkena breastfeeding jaundice, sebaiknya dibawa ke dokter untuk melakukan konsultasi. Biasanya bayi harus melewati terapi bila menderita breastfeeding jaundice.

breast milk jaundice biasanya hilang dengan sendirinya setelah 3-4 bulan.