Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
NEUROSISTISERKOSIS, AULIA RAHMI PRATIWI 1808260055 - Coggle Diagram
NEUROSISTISERKOSIS
EDUKASI DAN PENCEGAHAN
1.menghindari makan makanan yang tercemar oleh telur cacing pita yang dibawa oleh penderita pembawa
mencegah terjadinya autoinfeksi, serta memasak daging sampai masak
-pemeliharaan sapi atau babi pada tempatyang tidak tercemar atau dikandangkan
pemeriksaan daging oleh dokter hewan sehingga tidak mengandung kista dan aman dikonsumsi masyarakat
masak daging hingga matang (diatas 57C atau dibekukan dibawah 10 C sekama 5 hari
masyarakat diberikan informasi terkait penyakit terutama pada daerah yang memotong babi untuk upacara adat (sumut, bali dan irian jaya)
KOMPLIKASI DAN PROGNOSIS
Neurosistiserkosis Subarachnoid
Neurosistiserkosis Intraventrikuler
Neurosistiserkosis Intrasellar
Neurosistiserkosis Spinal
Neurosistiserkosis parenkim
DEFINISI, EPIDEMIOLOGI, ETIOLOGI, FAKTOR RISIKO NEUROSISTISERKOSIS
neurosistiserkosismerupakan penyakit infeksi pada sistem saraf pusat, sistiserkosis solium berada di dalam otak/SSP yang dikenal sebagai NSS, karena dapat menimbulkan kematian
disebabkan oleh bentuk larva dari parasit cacing pita Taenia solium
sistiserkosis pada babi sebagai sumber
penularannya
Di Indonesia penyakit ini bersifat endemis terutama di daerah Sumatera Utara, Bali, Papua, Timor, Flores, Sulawesi Utara dan Kalimantan Barat.
Penyebaran di daerah non endemik dihubungkan dengan para imigran.
faktor risiko
a. memelihara babi tidak dikandangkan dibiarkan mencari makanan di lingkungan sekitar rumah,
b. Konsumsi daging babi yang kurang
matang
c. Ketersediaan jamban dan masih membuang tinja di kebun dengan cara membuat lubang tanah.
d.Lantai rumah masih banyak yang terbuat dari tanah menyebabkan sanitasi lingkungan buruk
e. Kebiasaan mencuci tangan dan kuku jari tangan yang kotor
MORFOLOGI DAN SIKLUS HIDUP TAENIA SOLIUM DAN SAGINATA
Morfologi: Taenia saginata
Pipih seperti pita, panjang 5 s/d 12 meter, bentuk bulat, ukuran 30-40 Mm, kulit sangat tebal, halus dengan garis-garis silang
Ruas/leher > proglotid (terdiri atas 1000-2000 ruas)
Kepala disebut skoleks, panjangnya 1 s/d 2 mm, sangat kecil, bentuk seperti buah, peer/mangkok dan punya 4 batil hisap di bagian depan untuk menghisap/menyerap.
morfologi taenia solium
Panjang 2-4 meter, terdiri skoleks, leher dan strobilia 800-1000 ruas proglotid, 4 buah batil isap dengan rostelum mengandung 2 baris berikat kait masing” 25-30 buah
DIAGNOSA BANDING KEJANG
Neurosistiserkosis parenkimal
Kematian dari kista akibat pengobatan juga bisa memicu proses inflamasi dan menimbulkan kejang
Neurosistiserkosis subaraknoid (racemouse)
Neurosistiserkosis intraventrikula
Neurosistiserkosis spinal
CMD TAENIA NEUROSISTISERKOSIS
menyerang sistem saraf--> nyeri kepala, pusing, kejang, peningkatan tekanan intrakranial, stroke,demensia/gangguan neurobehavior, diplopia, hidrosefalus.
Kejang bisa bersifat kejang umum tonik klonik atau kejang parsial sederhana atau kompleks
Diagnosis pasti berdasarkan ditemukannya parasit/skoleks pada pemeriksaan patologi anatomi
scan atau MRI (magnetic resonance imaging) yang tampak sebagai lesi kistik dengan dinding yang tipis
TATALAKSANA NEUROSISTISERKOSIS
ntikejang, kortikosteroid, manitol, dan
metotreksat.
Pemberian antikejang seperti fenitoin atau karbamazepin pada umumnya dapat mengontrol kejang yang terjadi
Dosis albendazol adalah 15 mg/kg/hari selama satu bulan dan dosis untuk prazikuantel adalah 50
mg/kg/hari selama dua minggu
Pembedahan dikerjakan apabila terjadi hidrosefalus atau adanya efek massa yang mengancam jiwa penderita, berupa pemasangan pirau ventrikel atau reseksi kista.
PATOFISIOLOGI KEJANG PADA NEUROSISTISERKOSIS
Kejang bisa bersifat kejang umum tonik klonik atau kejang parsial sederhana atau kompleks.
Penyebabnya adalah proses inflamasi oleh karena adanya kista yang hidup (aktif) atau mengalami kerusakan sekunder karena vaskulitis dan infark akibat gangguan pada subaraknoid
disebabkan oleh berbagai faktor, seperti inflamasi, gliosis, genetik, dan predileksi dari kista yang berjalan ke lobus frontalis dan lobus temporalis
AULIA RAHMI PRATIWI 1808260055