Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
Rubella Virus - Coggle Diagram
Rubella Virus
A. Patofisiologi
- Virus rubella ditransmisikan melalui pernapasan yaitu melalui droplet yang dikeluarkan oleh seseorang yang terinfeksi rubella, setelah terkena droplet, virus ini akan mengalami replikasi di nasofaring dan di daerah kelenjar getah bening. Viremia terjadi antara hari ke-5 sampai hari ke-7 setelah terpajan virus rubella
- infeksi virus rubella terjadi selama awal kehamilan, maka resiko resiko serius lebih sering terjadi yaitu abortus, lahir mati dan sebagainya. Resiko infeksi kongenital dan defek meningkat selama kehamilan 12 minggu pertama dan menurun setelah kehamilan diatas 12 minggu dengan defek jarang terjadi pada kehamilan 20 minggu.
- Jika infeksi terjadi pada bulan pertama kehamilan, risiko terkena CRS sebesar 43 persen. Risiko tersebut meningkat menjadi 51 persen jika infeksi terjadi pada 3 bulan pertama kehamilan, Risiko menurun jika infeksi terjadi setelah 3 bulan pertama kehamilan (23 persen).
- infeksi rubella menyebabkan kerusakan janin karena proses pembelahan terhambat. Dalam sekret faring dan urin bayi dengan CRS, terdapat virus rubella dalam jumlah banyak yang dapat menginfeksi bila bersentuhan langsung.
- Virus dalam tubuh bayi dengan CRS dapat bertahan hingga beberapa bulan atau kurang dari 1 tahun setelah kelahiran.
- Sel yang terinfeksi virus rubella memiliki umur yang pendek. Organ janin dan bayi yang terinfeksi memiliki jumlah sel yang lebih rendah daripada bayi yang sehat.
- Kerusakan janin disebabkan oleh berbagai faktor, misalnya oleh kerusakan sel akibat virus rubella dan akibat pembelahan sel oleh virus. Infeksi plasenta terjadi selama viremia ibu, menyebabkan daerah nekrosis yang tersebar secara fokal di epitel vili korealis dan sel endotel kapiler.
- Sel ini mengalami deskuamasi ke dalam lumen pembuluh darah, virus rubella kemudian masuk ke dalam sirkulasi janin sebagai emboli sel endotel yang terinfeksi. Hal ini selanjutnya mengakibatkan infeksi dan kerusakan organ janin.
- Selama kehamilan muda mekanisme pertahanan janin belum matang dan gambaran khas embriopati pada awal kehamilan adalah terjadinya nekrosis seluler tanpa disertai tanda peradangan.
B. Skrining Saat ANC
- Pemeriksaan fisik untuk mengetahui CRS atau Deteksi status kekebalan tubuh sebelum hamil. Sebelum hamil sebaiknya memeriksa
kekebalan tubuh terhadap Rubella, seperti juga terhadap infeksi TORCH lainnya.
- Pemeriksaan penunjang seperti mengecek anti-Rubella IgG dan anti-Rubella IgM negatif berarti anda tidak mempunyai kekebalan terhadap Rubella.
- vaksinasi rubelladiberikan pada usia 15 bulan. Setelah itu harus mendapat ulangan pada umur 4-6 tahun. Bila belum mendapat ulangan pada umur 4-6 tahun, harus tetap diberikan umur 11-12 tahun, bahkan sampai remaja. Vaksin tidak dapat diberikan pada ibu yang sudah hamil. Bila anda belum hamil, dokter akan memberikan vaksin Rubella dan menunda kehamilan selama 3-6 bulan.
4.Untuk memastikan apakah janin terinfeksi atau tidak maka dilakukan pendeteksian virus Rubella dengan teknik PCR. Bahan pemeriksaan diambil dari air ketuban (cairan amnion). Pengambilan sampel air ketuban harus dilakukan oleh dokter ahli kandungan & kebidanan, dan baru dapat dilakukan setelah usia kehamilan lebih dari 22 minggu
C.Laboratorium
- Jika rubella akut dicurigai pada ibu hamil,metode diagnosis paling mudah adalah uji kadar serum maternal terhadap IgM rubella.
- RT-PCR untuk RNA virus rubella dilakukan pada cairan amnion hampir 100% sensitif dan spesifik dan dapat juga dilakukan pada plasenta.
a. Isolasi Virus pasa janin/ bayi Sekret hidung, darah,apusan tenggorok, urin,cairan serebrospinal.
b. Tes Serologik Darah fetus kordosintesis, serum, ludah.
c. Tes RNA Cairan amnion fetus melalui amniosintesis,vili korealis, darah, ludah.
a.Isolasi Virus Sekret hidung, darah, apusan tenggorok, urin, cairan serebrospinal.
-
-
-