Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
Rhinitis Alergika - Coggle Diagram
Rhinitis Alergika
diagnosis banding
-
-
Rinitis infeksi (virus, bakteri atau penyebab lainnya)
-
-
-
-
-
-
-
-
tatalaksana
-
Preventif
Mengurangi gejala akibat paparan alergen, hiperreaktifitas nonspesifik dan inflamasi
-
-
-
-
Rehabilitatif
Imunoterapi
injeksi subkutan, pernasal, sub lingual, oral dan lokal terbukti memiliki efek preventif pada anak penderita asma yang disertai seasonal rhinoconjunctivitis mencapai 7 tahun setelah imunoterapi dihentikan
-
-
Patofisiologi gatal, bersin, hidung tersumbat
Gatal
Reseptor kanabioid (CB1) terletak bersama-sama denganTRPV1 dan menyebabkan endokanabioid juga dapat merangsang TRPV1 dan memungkinkan kanabioid berperan dalam modulasi pruritus. Melaui jaras asenden, stimulus gatal akan dipersepsi oleh korteks serebri.
Saat ini, melalui PET (ositron-emission tomography) dan fMRI (functionalMRI), aktivitas kortikal dapat dinilai dan terkuak bahwa girus singuli anterior(anterior singulate) dan korteks insula terlibat dan berperan dalam “kesadaran” sensasi gatal, menyebabkan efek emosional berpengaruh kepada timbulnya gatal, serta korteks premotor yang diduga terlibat dalaminisasi tindakan menggaruk
Bersin
Dalam Sensitisasi Alergen, Permukaan sel mukosa hidung banyak mengandung Antigen Presenting Cell (APC), seperti sel dendritik
APC ini akan mengenali alergen pencetus rhinitis alergi dan mengeluarkan beberapa peptida, yang akan berikatan dengan major histocompability complex (MHC II).
-
Sel Th2 yang teraktivasi akan memproduksi sitokin untuk mengaktifkan sel B untuk memproduksi immunoglobulin E (IgE) pada sel mast dan basofil, serta meningkatkan proliferasi eosinofil, sel mast dan neutrofil
Hidung Tersumbat
Hidung tersumbat dapat terjadi akibat adanya aliran udara yang terhambat dikarenakan rongga hidung yang menyempit
Penyempitan rongga ini bisa terjadi akibat proses inflamasi yang memberikan efek vasodilatasi atau sekresi mukus yang berlebih, kelainan struktural anatomi yang mempersempit rongga, infeksi serta pemakaian obat (ACE inhibitor, Nonsteroidal Anti-Inflammatory Drugs (NSAIDs), pil KB).
definisi, etiologi, klasifikasi rhinitis alergi
Definisi
peradang pada selaput lendir yang melapisi hidung ditandai dengan satu atau lebih gejala hidung berikut: bersin, hidung gatal, rinore dan hidung tersumbat.
Etiologi
Fase awal
peningkatan jumlah sel mast yang dilapisi IgE melintasi sel epitel, mengenali alergen yang terdeposit pada mukosa dan mengalami degranulasi.
Produk- produk dari degranulasi ini meliputi mediator- mediator yang dibentuk sebelumnya seperti histamin, tryptase (penanda spesifik sel mast), kininogenase (menghasilkan bradikinin), chymase (jaringan ikat sel mast), heparin dan enzim lainnya.
-
Termasuk prostaglandin D2 dan syulfidopeptidyl leukotrine C4, D4, dan E4. Mediator ini bisa menyebabkan pembuluh darah bocor dan menghasulkan edema mukosa dan rinore berair yang merupakan karakteristik dari rhnitis alergi.
Kelenjar mensekresi mukoglikokonjugat dan senyawa antimikroba dan melebarkan pembuluh darah untuk mennyebabkan pengisian sinosoidal dan dengan begitu menyebabkan penyumbatan saluran udara hidung.
Mediator ini juga menyebabkan rangsangan pada saraf sensorik, yang menyampaikan sensasi gatal dan hidung tersumbat dan mengerahkan refleks sistemik seperti bersin.
Respon ini berkembang dalam beberapa menit setelah paparan alergen dan karenaya membentuk respon alergi fase awal adalah bersin, gatal, dan rinore adalah gejala khas selama respon alergi fase awal
Fase akhir
Mediator yang diturunkan oleh sel mast dilepaskan selama prosesfase awal dihipotesiskan untuk bertindak pada sel endotel dipost-kapiler untuk mempromosikan ekspresi molekul adhesi vaskular dan E-selectin, yang memfasilitasi adhesi leukosit yang bersikulasi menuju ke sel endotel
Sitokin chemoattractant seperti IL-5 meningkatkan infiltrasi ke mukosa oleh eosinofil, neutrofil, basofil, limfosit T dan makrofag.
Selama periode 4 – 8 jam stelah paparan alergenl sel- sel ini menjadi diaktifkan dan melepaskan mediator inflamasi, yang pada gilirannya mengaktifkan kembali banyak reaksi proinflamasi dari respon langsung.
Klasifikasi
-
-
Ringan, bila tidak didapatkan satu dari gejala berikut
-
Penurunan aktivitas sehari-hari, waktu luang dan / atau olahraga
-
Sedang – berat, bila ditemukan satu atau lebih gejala berikut
-
Penurunan aktivitas sehari-hari, waktu luang dan / atau olahraga
-
-
-
komplikasi dan prognosis
Komplikasi
polip hidung, otitis media efusi dan sinusitis
paranasal
Prognosis
pada masa anak akan bertambah berat dengan bertambahnya usia, hilang timbul dan dibutuhkan tatalaksana lanjutan agar tidak terjadi komplikasi
Pemeriksaan Penunjang :
Pemeriksaan darah tepi : didapatkan peningkatan jumlah sel dengan ukuran 10-14 mm, inti bersegmen, granulosa berwarna jingga dan tidak menutupi inti
-
Manifestasi klinis.
rinorea, gatal hidung, bersin-bersin dan sumbatan hidung.