Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
Long Covid-19 - Coggle Diagram
Long Covid-19
Rehabilitasi Medik post Covid
Sebagian besar pasien yang sudah sembuh dari infeksi COVID-19 nyatanya masih memiliki beberapa gejala infeksi meskipun mereka telah dinyatakan negatif.
Beberapa gejala tersebut di antaranya adalah masih sering mengalami sesak nafas, dada berdebar, nyeri kepala, nyeri sendi, kemampuan indra penciuman yang masih belum juga membaik, cepat lelah, serta rasa ketakutan dan kecemasan berlebih.
Berbagai gejala fisik tersebut disebabkan oleh sisa infeksi COVID-19 berupa jaringan parut (fibrosis) pada area paru-paru pasien.
Pada kasus SARS dan MERS, umumnya jaringan parut tersebut baru bisa hilang setelah sekitar 12-24 bulan. Proses menghilangnya jaringan parut pada paru-paru pasien juga bergantung pada kondisi mereka masing-masing. Maka, rehabilitasi sangat diperlukan agar gejala sisa infeksi COVID-19 hilang sepenuhnya sehingga pasien dapat beraktivitas seperti sediakala.
Rehabilitasi dapat berupa pelatihan pernafasan, fisik, kebugaran, relaksasi, dan masih banyak lagi.
Program Rehabilitasi Fase Akut: Intervensi rehabilitasi pada covid-19 fase akut mencakup tiga aspek utama:
Positioning
Mobilisasi dini
Manajemen pernapasan
Program Rehabilitasi Fase SubAkut: Rehabilitasi paru pada fase subakut yang bertujuan untuk meningkatkan kapasitas latihan.
Latihan peregangan
latihan otot pernapasan
latihan aerobik
latihan penguatan otot perifer
latihan pernapasan
Rehabilitasi gangguan psikologis dan fungsi kognitif:
seringkali pada pasien Covid-19 mengalami gangguan emosional, seperti panik, ansietas, dan psikosomatis yang berdampak pada gangguan suasana hati, pola tidur, dan gangguan mental lainnya.
Rehabilitasi pada fungsi kognitif pada pasien Covid-19 bertujuan untuk memperbaiki atensi dan persepsi pasien yang terganggu sehingga dapat kembali berinteraksi dengan lingkungannya secara normal.
Memberikan motivasi dan stimulasi multisensori diharapkan akan memperbaiki fungsi sistem saraf pusat.
Program pada gangguan fungsi pernapasan dan gangguan paru persisten:
Melakukan posisi tertentu yang dapat digunakan untuk membantu mengurangi sesak.
melakukan latihan mengatur napas (breathing Controle), untuk membantu agar relaks dan mengatur pernapasan. Latihan bisa dilakukan dengan duduk dalam posisi nyaman bersandar, menarik napas dari hidung dan mengeluarkan melalui mulut.
Latihan bernapas cepat, dilakukan dengan relaks dengan memikirkan aktivitas seperti sedang naik tangga, atau sedang aktivitas lain. menarik napas saat seperti sebelum mulai melangkah naik dan menghembuskan napas saat seperti kaki sudah menapak diatasnya.
Program pada gangguan fungsi kelemahan otot, sistem neuromuskuler: latihan endurance bisa dilakukan selama 20-30 menit, seminggu bisa dilakukan 5 hari. jenis latihan tergantung level kemampuan pasien.
jalan ditempat, dilakukan dengan pegangan yang stabil dengan intensitas bisa dinaikkan dengan cara meninggikan lutut saat diangkat.
naik turun tangga, dilakukan dengan cara gantian kaki setiap 10 langkah, intensitas dinaikkan dengan meninggikan anak tangga atau mempercepat waktu.
latihan jalan, bisa dibantu dengan alat bantu walker, kruk atau tongkat dengan memilih rute datar. intensitas dinaikkan dengan mempercepat atau menambah jarak.
jogging atau bersepeda, tergantung kondisi atau kemampuan saat sebelum sakit.
Transmisi Covid-19
Droplet: COVID-19 ditularkan terutama melalui tetesan pernapasan. Ketika seorang pasien batuk atau bersin, droplet yang mengandung virus mungkin dihirup oleh individu yang rentan.
Kontak langsung: penularan melalui kontak dengan penderita.
Kontak tidak langsung: Hal ini terjadi ketika droplet mengandung COVID-19 mendarat di permukaan
meja, gagang pintu, telepon, dan benda mati lainnya.
Aerosol (udara): virus dapat hidup diudara hingga 3 jam. virus dapat masuk ke paru-paru jika menghirup udara yang mengandung virus tersebut.
Feses-Oral: Tetapi para ahli tidak yakin apakah infeksi dapat menyebar melalui kontak dengan tinja orang yang terinfeksi. jika orang tersebut menggunakan kamar mandi dan tidak mencuci tangan, penderita tersebut dapat menempelkan virus ke benda yang disentuhnya dan menularkan virus ke orang lain.
Komplikasi Pada Anak (MIS-C)
Definisi: Multisystem inflammatory syndrome pada anak-anak (MIS-C) adalah suatu kondisi di mana bagian tubuh yang berbeda dapat meradang, termasuk jantung, paru-paru, ginjal, otak, kulit, mata, atau organ pencernaan.
MIS-C dianggap sebagai sindrom-sekelompok tanda dan gejala, bukan penyakit.
Tanda dan Gejala:
Demam yang berlangsung 24 jam atau lebih.
Ruam kulit.
Merasa Lelah
Detak jantung cepat.
5.Napas cepat.
sakit kepala, pusing
sulit bernapas
kulit, bibir atau kuku pucat-abu abu- kebiruan
ketidakmampuan untuk bangun atau tetap terjaga.
tanpa diagnosis dini dan manajemen serta pengobatan yang tepat, MIS-C dapat menyebabkan masalah parah pada organ vital, seperti jantung, paru-paru atau ginjal. dalam kasus yang jarang terjadi, MIS-c dapat mengakibatkan kerusakan permanen atau bahkan kematian.
pencegahan yang dapat dilakukan adalah vaksin COVID-19, dan dapat juga mengikuti tindakan pencegahan untuk menghindari paparan virus yang menyebabkan COVID-19: 1. jaga kebersihan tangan, sering mencuci tangan dengan sabun dan air mengalir setidaknya selama 20 detik.
hindari orang yang sedang sakit, secara khusus hindari orang yang batuk, dan bersin.
menjaga jarak, berjarak sekitar 6 kaki (2 meter) dengan orang lain saat berada diluar rumah.
menggunakan masker yang menutupi mulut dan hidung.
tutup mulut dengan tisu atau siku saat bersin atau batuk.
Dampak Jangka Panjang pada Infeksi Covid-19
Efek jangka panjang secara umum: kelelahan merupakan gejala umum yang paling sering dikeluhkan setelah infeksi akut SARS-CoV-2.
Efek jangka panjang pada sistem kardiovaskular: Miokarditis dan aritmia dilaporkan dapat terjadi setelah COVID-19.
Efek jangka panjang pada sistem respirasi: sesak napas yang baru atau yang memberat merupakan salah satu gejala yang umum terjadi.
Efek jangka panjang pada sistem saraf: gejala neurologis yang dilaporkan setelah COVID-19 adalah gangguan kognitif (brain fog), sakit kepala, gangguan tidur, pusing, delirium, dan neuropati perifer.
Covid-19
Definisi: (COVID-19) adalah
penyakit menular yang disebabkan oleh virus corona yang baru ditemukan. ‘CO’ diambil dari corona, ‘VI’ virus, dan ‘D’ disease (penyakit).
Etiologi: Covid-19 disebabkan oleh SARS-CoV-2, yaitu virus jenis baru dari Coronavirus. kebanyakan virus corona menyebar seperti virus lain pada umumnya, melalui percikan air liur pengidap, menyentuh tangan atau wajah orang yang terinfeksi, menyentuh mata, hidung, atau mulut setelah memegang barang yang terkena percikan air lir pengidap virus corona.
Faktor Risiko
Riwayat bepergian ke area yang terjangkit COVID-19
Kontak langsung dengan pasien probable atau terkonfirmasi COVID-19
Usia >50 tahun
Pasien imunodefisiensi, misalnya HIV atau penggunaan obat-obatan yang dapat mengganggu sistem imun seperti kortikosteroid
Hipertensi, diabetes mellitus
Penyakit keganasan, seperti kanker paru
Penyakit kardiovaskular, seperti gagal jantung
Penyakit paru-paru, seperti penyakit paru obstruktif kronis
Pathogenesis Covid-19
Pada umumnya, virus ini menginfeksi sel-sel disaluran pernapasan yang melapisi alveolus di dalam tubuh manusia. Hal ini akan membuat saling berikatan dengan reseptor-reseptor lalu membuat jalan dan masuk ke dalam sel. Glikoprotein yang terdapat dalam envelope spike virus akan berikatan juga dengan reseptor selular seperti
ACE2 pada SARS-CoV-2.
Di dalam sel, virus ini akan melakukan duplikasi materi
genetik dan mensintesis protein-protein dibutuhkan, kemudian akan membentuk sebuah virion baru yang muncul pada permukaan sel. Sama halnya dengan SARS-CoV,
pada SARS-CoV-2 diketahui saat setelah virus masuk di dalam sel, genom RNA virus juga akan dikeluarkan ke sitoplasma sel dan ditranslasikan menjadi 2 poliprotein dan
protein struktural.
Selanjutnya, virus genom akan mulai bereplikasi. Di dalam selubung virus baru pada glikoprotein akan membentuk serta masuk ke dalam golgi sel atau membran retikulum endoplasma. Partikel virus akan tumbuh ke dalam
retikulum endoplasma dan Golgi sel. Ditahap akhir, vesikel yang mengandung partikel virus akan bergabung dengan membran plasma untuk melepaskan komponen virus
yang baru.
Cara Menegakkan Diagnosis Covid-19
Anamnesis
Tanyakan tentang Gejala klinis yang dirasakan pasien atau gejala yang biasa timbul pada penderita COVID-19
Riwayat perjalanan
Riwayat kontak dengan penderita COVID-19
Riwayat bekerja/berkunjung diarea terjangkit COVID-19
Riwayat Komorbid
Pemeriksaan Fisik
Keadaan umum dan Tanda Vital: merupakan pemeriksaan pertama dan utama dalam menentukan triase pasien. Pasien Covid-19 umumnya memiliki temperatur >38 derajat celsius.
Thoraks: evaluasi kelainan pemeriksaan fisik thoraks pada COVID-19 dapat ditemukan tanda berikut:
perubahan suara paru ditemukan sangat beragam, dari yang tanpa kelainan suara paru hingga wheezing dan ronkhi basah halus yang menunjukkan kondisi pneumonia pada umumnya.
tanda distress pernapasan berat, seperti stridor dan retraksi dinding dada, ditemukan pada pneumonia berat.
Pemeriksaan Generalisata: beberapa kasus COVID-19 melaporkan hiperemis tenggorokan, ruam kulit, maupun kelainan mata.
Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorium: merupakan pemeriksaan umum yang dapat menunjang diagnosis COVID-19. beberapa tes yang dapat dilakukan pada pasien COVID-19 berat, misalnya hematologi, analisa gas darah, dan kadar D-dimer.
kelainan hematologi yang telah dilaporkan terjadi pada pasien COVID-19 adalah limfopenia, leukopenia, leukositosis, eosinopenia, dan trombositopenia.
Analisa Gas Darah: pemeriksaan AGD umumnya dilakukan pada pasien COVID-19 dengan keadaan buruk, seperti sesak berat atau sepsis.
pada Kadar D-dimer biasanya terjadi peningkatan.
Pencitraan: pemeriksaan pencitraan yang dapat dilakukan pada pasien COVID-19 adalah CT-scan Thoraks nonkontras, rontgen thoraks, dan USG thoraks.
pemeriksaan CT-scan Thoraks non kontras disarankan pada pasien yang dicurigai terjangkit COVID-19. beberapa tanda yang ditemukan-> Ground glass opacification (GGO) dengan distribusi perifer atau posterior, terutama pada lobus bawah. Crazy paving appearance: GGO dengan penebalan septal inter/intra-lobular. Konsolidasi bilateral, perifer, dan basal. Penebalan bronkovaskular. Bronkiektasis traksi.
Penampakan Rontgen toraks yang umumnya ditemukan pada COVID-19 adalah opasitas asimetrik difus atau patchy, seperti pneumonia.
Kelainan pada USG toraks umumnya ditemukan secara bilateral dan pada posterobasal. beberapa tanda kelainan pada pemeriksaan USG paru pasien COVID-19-> Multiple b-line:penebalan septa interlobular subpleural
Tes Diagnostik Nucleic Acid Amplification Test (NAAT): Konfirmasi diagnosis COVID-19 umumnya ditentukan dengan deteksi sekuens unik virus RNA pada NAAT. Gen virus yang dicari umumnya adalah gen N, E, S dan RdRO. Real-time reverse-transcription polymerase chain reaction (RT-PCR) merupakan salah satu contoh NAAT yang dapat melakukan sequencing asam nukleat virus RNA.
RT-PCR positif merupakan baku emas menegakkan diagnosis COVID-19. Apabila secara klinis pasien telah membaik atau bebas demam tiga hari tetapi memiliki hasil RT-PCR yang masih positif, maka ini menandakan pasien mengalami positif persisten.
Peran Nilai Cycle Thresholds sebagai Indikator Prognosis dan Keparahan Penyakit COVID-19.
Ct value yang rendah mengindikasikan tingginya konsentrasi materi genetik virus (viral load tinggi) pada spesimen yang umumnya dikaitkan dengan risiko infeksi yang tinggi. Ct value yang tinggi mengindikasikan rendahnya konsentrasi materi genetik virus, yang umumnya dikaitkan dengan risiko infeksi yang rendah (viral load rendah).
Long Covid
Definisi: Kondisi dimana seorang penyintas COVID-19 masih merasakan gejala penyakit tersebut dalam jangka waktu yang lama, bahkan setelah dinyatakan sembuh dari COVID-19.
F.Risk
Jenis kelamin: jenis kelamin perempuan/wanita lebih berisiko mengalami post Covid-19 syndrome.
Usia: usia >50 tahun lebih berisiko mengalami post Covid
Komorbid: komorbid merupakan penyakit penyerta.
Manifestasi Klinis: Tiga gejala yang paling umum dialami oleh para penderita longCOVID adalah kelelahan/fatigue, batuk, dan nyeri otot. Terdapat beberapa gejala umum lain:
Kesulitan bernapas.
kelelahan
batuk
sakit dada
detak jantung cepat atau berdebar
nyeri sendi atau otot
masalah tidur
pusing saat berdiri
Manifestasi Covid-19
Berdasarkan Derajat
Tanpa Gejala: Tanpa gejala/asimtomatis yaitu tidak ditemukan gejala klinis.
Ringan: Pasien dengan gejala tanpa ada bukti pneumonia virus atau tanpa hipoksia.
Gejala yang muncul seperti demam, batuk, fatigue,
anoreksia, napas pendek, mialgia.
Gejala tidak spesifik lainnya seperti
sakit tenggorokan, kongesti hidung, sakit kepala, diare, mual dan muntah, hilang penciuman (anosmia) atau hilang pengecapan (ageusia) yang muncul sebelum onset gejala pernapasan juga sering dilaporkan.
Sedang:
Pada pasien remaja atau dewasa: pasien dengan tanda klinis pneumonia (demam, batuk, sesak, napas cepat) tanpa tanda pneumonia berat termasuk SpO2 > 93% dengan udara ruangan.
Pada anak-anak: pasien dengan tanda klinis pneumonia tidak berat (batuk atau sulit bernapas + napas cepat dan/atau tarikan dinding dada) dan tidak ada tanda pneumonia berat).
Berat:
Pada pasien remaja atau dewasa: pasien dengan tanda klinis
pneumonia (demam, batuk, sesak, napas cepat) ditambah satu dari: frekuensi napas > 30 x/menit, distres pernapasan berat, atau SpO2 <93% pada udara ruangan.
Pada pasien anak: pasien dengan tanda klinis pneumonia (batuk atau kesulitan bernapas), ditambah setidaknya satu dari berikut ini:
a. sianosis sentral atau SpO2<93%
b. distres pernapasan berat (seperti napas cepat, grunting, tarikan dinding dada yang sangat berat)
c. tanda bahaya umum : ketidakmampuan menyusu atau minum,
letargi atau penurunan kesadaran, atau kejang.
d. Napas cepat/tarikan dinding dada/takipnea: usia <2 bulan,
≥60x/menit; usia 2–11 bulan, ≥50x/menit; usia 1–5 tahun, ≥40x/menit; usia >5 tahun, ≥30x/menit.
Kritis: Pasien dengan Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS), sepsis dan syok sepsis.
Berdasarkan kasus
a. Kasus Suspek:
seseorang disebut sebagai suspek COVID-19 jika memiliki salah satu atau beberapa kriteria berikut:
mengalami gejala infeksi saluran pernapasan, seperti demam atau riwayat demam dengan suhu >38 derajat celsius dan salah satu gejala pernapasan, seperti batuk, sesak napas, sakit tenggorokan, dan pilek.
Memiliki riwayat kontak dengan orang yang termasuk kategori probable atau sudah terkonfirmasi menderita Covid-19 dalam waktu 14 hari terakhir.
Menderita infeksi saluran pernapasan (ISPA) dengan gejala berat dan perlu menjalani perawatan di rumah sakit tanpa penyebab yang spesifik.
b. Kasus Probable: merupakan orang yang masih dalam kategori suspek dan memiliki gejala klinis berat, gagal napas, atau meninggal dunia. Tetapi, belum ada hasil pemeriksaan yang memastikan bahwa dirinya positif Covid-19.
c. Kasus Konfirmasi: merupakan orang yang sudah dinyatakan positif terinfeksi virus Corona berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium berupa PCR. Kasus konfirmasi tersesebut dibagi menjadi 2 kategori: Simptomatik (Kasus yang terkonfirmasi dengan gejala) dan Asimptomatik (Kasus yang terkonfirmasi tanpa adanya gejala).
d. Kontak Erat: merupakan kondisi ketika seseorang melakukan kontak dengan orang yang termasuk ke dalam kategori konfirmasi dan probable, baik melalui:
Sentuhan fisik langsung dengan orang yang memiliki kasus
probable/konfirmasi (seperti bersalam-salaman, berjabat tangan, dan Sebagainya,
Bertatap muka dengan jarak <1 meter dalam kurun waktu 15 menit atau lebih.
Orang yang melakukan perawatan langsung pada pasien dengan kasus probable
atau konfirmasi dengan tidak menggunakan APD yang lengkap atau sesuai ketentuan standar.
OTG, ODP, PDP:
OTG (Orang Tanpa Gejala)-> Orang yang tidak bergejala dan memiliki risiko tertular dari orang positif COVID-19 atau Orang tanpa gejala merupakan kontak erat dengan kasus positif COVID-19.
ODP (Orang dalam Pemantauan)-> orang yang mengalami demam (>38 derajat celcius) atau riwayat demam, gejala gangguan sistem pernapasan (pilek, sakit tenggorokan, batuk) dan pada foto thorax tidak ditemukan gambaran pneumonia.
PDP (Pasien Dalam Pengawasan)-> orang demam (>38 derajat celsius) atau riwayat demam, disertai salah satu gejala / tanda penyakit pernapasan (batuk / sesak nafas / sakit tenggorokan / pilek / pneumonia ringan hingga berat). Pada foto toraks ditemukan adanya gambaran pneumonia.
Tatalaksana dan Pencegahan Long Covid-19
Tatalaksana Covid-19
Orang tanpa Gejala (OTG)-> Untuk orang tanpa gejala, isolasi mandiri di rumah selama 14 hari dan dipantau oleh Fasilitas Kesehatan Tingkat Primer (FKTP) melalui telepon. Dianjurkan meminum vitamin C, B, E, dan Zink selama 14 hari. Berbagai pilihan vitamin C yang dapat dipilih yaitu vitamin C tablet isap (500mg per 12 jam oral selama 30 hari), dan vitamin C tablet non acid (500mg per 6-8 jam oral untuk 14 hari).
Orang dengan gejala ringan-> Untuk pasien dengan gejala ringan, melakukan isolasi mandiri di rumah selama 14 hari dan ditangani serta dikontrol oleh FKTP (puskesmas) selama 14 hari sebagai pasien rawat jalan. Untuk pilihan terapi yang dapat digunakan pada orang gejala ringan yaitu:
Minum multivitamin berupa vitmin C,B,E, dan Zink.
Vitamin C tablet isap 500 mg per 12 jam oral selama 30 hari.
Klorokuin fosfat 500mg per 12 jam oral untuk lima hari / Hidroksiklorokuin (sediaan 200mg) 400mg per 24 jam per oral dalam 5 hari.
Azitromisin 500mg per 24 jam per oral untuk 5 hari alternatif menggunakan levofloxacin 750mg per 24 jam selama 5 hari.
Antivirus berupa oseltamivir 75 mg per 12 jam pe oral atau favipiravir 600 mg per 12 jam per oral dalam waktu 5 hari.
Orang dengan gejala sedang-> Harus dirujuk ke rumah sakit rujukan Covid19 dan diisolasi selama 14 hari. Untuk pilihan terapi yang dapat digunakan pada orang gejala sedang yaitu:
Konsumsi vitamin C 200-400 mg per 8 jam (100 cc NaCl 0,9%) habis 1 jam (drip intravena).
Klorokuin fosfat 500 mg per 12 jam oral selama 5-7 hari / Hidroksiklorokuin (sediaan 200 mg) sebanyak 400 mg per 12 jam per oral dilanjutkan 400 mg per 24 jam per oral dalam 5-7 hari.
Azitromisin 500 mg per 24 jam per intravena atau peroral dalam 5-7 hari alternative menggunakan levofloxacin 750 mg per 24 jam per intrravena atau peroral dalam waktu 5-7 hari.
Simtomatis bila demam beri paracetamol.
Antivirus berupa oseltamivir 75 mg per 12 jam oral atau favipiravir (sedian 200 mg) dengan loading dose 1600 mg per 12 jam per oral pada hari pertama dan dilanjutkan 2x600 mg pada hari ke 2-5
Orang dengan gejala berat Harus isolasi diri di rumah sakit rujukan serta dirawat secara kohorting (ruang isolasi). Untuk pilihan terapi yang digunakan pada orang dengan gejala berat adalah:
Klorokuin fosfat 500 mg per 12 jam per oral pada hari ke 1-3 selanjutnya 250 mg per 12 jam per oral pada hari ke 4-10 atau hidroksiklorokuin 400 mg per 24 jam per oral dalam 5 hari dan control EKG setiap 3 hari sekali.
Azitromisin 500 mg per 24 jam dalam 5 hari atau levofloxacin 750 mg per 24 jam per iv dalam 5 hari.
Jika terjadi sepsis, pemberian antibiotik disesuaikan dengan kondisi klinisnya serta fokus pada infeksi dan faktor risiko pasien.
Pencegahan
Primer:
merupakan upaya pencegahan yg dilakukan saat proses penyakit belum mulai dengan tujuan agar tidak terjadi proses penyakit.
Tujuan: mengurangi insiden penyakit dengan cara mengendalikan penyebab penyakit dan faktor risikonya.
Terdiri dari: 1. Health promotion 2. Specific protection
a. Health Promotion:
Menyaring informasi dari media sosial.
Menerapkan etika batuk
mengonsumsi makanan bergizi
olahraga
b. Spesific Promotion:
Vaksinisasi
resignasi
mencuci tangan secara rutin
menggunakan masker
social distancing dan isolasi mandiri
Sekunder:
Upaya pencegahan yg dilakukan saat proses penyakit sudah berlangsung namun belum timbul tanda/gejala sakit (patogenesis awal) dengan tujuan proses penyakit tidak berlanjut.
Tujuan: menghentikan proses penyakit lebih lanjut dan mencegah komplikasi.
Ada 2 kegiatan yg dapat di lakukan:
a. Early diagnosis and prompt treatment (diagnosis awal dan pengobatan segera atau adekuat), antara lain melalui:
pemeriksaan kasus dini (early case finding), pemeriksaan umum lengkap (general check up), pemeriksaan missal (mass screening).
survey terhadap kontak, sekolah dan rumah (contactsurvey, school survey, household survey).
kasus (case holding), pengobatan adekuat (adekuat treatment).
b. Disability limitation (pambatasan kecacatan) Penyempurnaan dan intensifikasi terhadap:
terapi lanjutan
pencegahan komplikasi