Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
"Meneladani Peran Ulama Penyebar Ajaran Islam Di Indonesia",…
"Meneladani Peran Ulama Penyebar Ajaran Islam Di Indonesia"
Masuknya agama Islam Di Indonesia menurut Teori
Teori India atau teori Gujarat menyebutkan agama islam masuk ke Indonesia melalui para pedagang dari india muslim (Gujarat) yang berdagang di nusantara pada abad ke-13. Saudagar dari Gujarat yang datang dari Malaka kemudian menjalin relasi dengan orang-orang di wilayah barat di Indonesia, setelah itu terbentuklah sebuah kerajaan Islam yang bernama kerajaan Samudra Pasai. Selain itu, teori ini juga diperkuat dengan penemuan makam Sultan Samudera Pasai Malik As-Saleh pada tahun 1297 yang bercorak Gujarat. Teori ini dikemukakan oleh S. Hurgronje dan J. Pijnapel. Teori ini dicetuskan oleh GWJ. Drewes dan dikembangkan oleh Snouck Hurgronje dan kawan-kawan. Teori india atau teori Gujarat ini juga diyakini oleh sejarawan Indonesia Sucipto Wirjosuprato soal awal mula masuknya islam di Indonesia adalah melalu india (Gujarat).
Teori Mekah
Teori Mekah mengatakan bahwa proses masuknya Islam ke Indonesia adalah langsung dari Mekah atau Arab. Proses ini berlangsung pada abad pertama Hijriah atau abad ke-7 M. Tokoh yang memperkenalkan teori ini adalah Haji Abdul Karim Amrullah atau HAMKA, salah seorang ulama sekaligus sastrawan Indonesia. Hamka mengemukakan pendapatnya ini pada tahun 1958, saat orasi yang disampaikan pada dies natalis Perguruan Tinggi Islam Negeri (PTIN) di Yogyakarta. Ia menolak seluruh anggapan para sarjana Barat yang mengemukakan bahwa Islam datang ke Indonesia tidak langsung dari Arab. Bahan argumentasi yang dijadikan bahan rujukan HAMKA adalah sumber lokal Indonesia dan sumber Arab. :
Teori yang disampaikan oleh P. A. Hoesein Djajadiningrat ini menyatakan bahwa Islam masuk ke nusantara pada abad ke-13 Masehi di Sumatera. Argumennya didasari oleh persamaan budaya yang berkembang di kalangan masyarakat Islam nusantara dengan budaya di Persia
Teori cina merupakan teori yang menyebutkan bahwa asal mula sejarah masuknya agama islam ke Indonesia berasal dari Cina, agama Islam sendiri berkembang di Cina pada masa Dinasti Tang (618-905 Masehi). ... Bahkan salah satu kota di Cina pada masa itu yakni kota Kanton pernah menjadi pusat dakwah muslim di Cina.
Teori Maritim, yang menyatakan bahwa penyebaran Islam di Indonesia terkait erat dengan kemampuan umat Islam menjelajahi Samudera, dicetuskan oleh N.A. Baloch, seorang ahli sejarah asal Pakistan. Kelemahan teori ini adalah tidak dapat menjelaskan dari mana asal penyebar Islam yang berkembang di Indonesia.
Perkembangan Kesultanan Di Indonesia
masa perkembangan agama islam adalah kurun waktu pada saat umat islam membangun kesultanan sebagai bentuk kekuasaan politik, sebagai conton, kesulatanan samudra pasai di Sumatra Utara pada abad ke 13 M dan kesultanan Leran di Gresik Jawa TImur pada abad ke !!
Tokoh Penyebar Ajaran Islam Di Indonesia
Sultan Malikussaleh adalah sultan pertama Kesultanan Samudera Pasai. Ia memerintah mulai tahun 1267. Sultan Malikussaleh satu-satunya raja yang bisa membaca Al-quran pada abad 13 dahulu. Maka, beliau mulanya bernama Meurah Silu akhirnya bergelar Malikkussaleh yang artinya Malik yang saleh. Ia adalah keturunan dari Sukee Imeum Peuet. Sukee Imeum Peuet adalah sebutan untuk keturunan empat maharaja/meurah bersaudara yang berasal dari Mon Khmer (Champa) yang merupakan pendiri pertama kerajaan-kerajaan di Aceh pra-Islam, diantaranya Maharaja Syahir Po-He-La yang mendirikan Kerajaan Peureulak di Aceh Timur, Syahir Tanwi yang mendirikan Kerajaan Jeumpa di Bireuen, Syahir Poli (Pau-Ling) yang mendirikan Kerajaan Sama Indra di Pidie dan Syahir Nuwi yang mendirikan Kerajaan Indra Purba di Banda Aceh dan Aceh Besar. Nama Malikussaleh kini diabadikan sebagai Bandar Udara Malikus Saleh dan Universitas Malikussaleh (UNIMAL) di Aceh Utara.
Sultan Ala'uddin merupakan raja keempat belas Gowa dan raja pertama yang masuk Islam ketika memerintah. Ia merupakan anak dari raja kedua belas Tunijalloq. Ala'uddin dilahirkan dengan nama I Manngarangi, gelar bangsawannya I Daeng Manraqbia. Setelah kekuasaan saudaranya Tunipasuluq ditumbangkan, I Manngarangi yang saat itu masih berusia tujuh tahun diangkat menjadi Karaeng Gowa oleh tumabicara butta Makassar Karaeng Matoaya.
Sultan Zainal Abidin adalah raja Ternate ke-18 yang berkuasa antara 1486-1500. Dia adalah penguasa Ternate pertama yang menggunakan gelar Sultan sebagai gelar raja di Ternate, menggantikan gelar Kolano yang digunakan pendahulunya. Selain itu, Sultan Zainal Abidin juga merombak adat dan pemerintahan kerajaan, menjadikan syariat Islam sebagai dasar. Dengan demikian Ternate dibawanya bertransformasi penuh menjadi sebuah Kerajaan Islam.
Wali Songo
Wali Songo (bahasa Jawa: ꦮꦭꦶꦱꦔ; Wali Sɔngɔ) adalah tokoh Islam yang dihormati di Indonesia, khususnya di pulau Jawa, karena peran historis mereka dalam penyebaran agama Islam di Indonesia. Wali Songo berasal dari kata Wali adalah "orang yang dipercaya" atau "orang yang ditugaskan" sedangkan kata Songo dalam (bahasa Jawa: Sɔngɔ) berarti nomor sembilan. Dengan demikian, istilah ini sering diterjemahkan sebagai "Sembilan Wali".
Setiap anggota Wali Songo saling dikaitkan dengan gelar Sunan dalam bahasa Jawa, konteks ini berarti "terhormat".[1]
Sebagian besar wali juga dijuluki Raden selama hidup mereka, karena mereka berketurunan ningrat. (Lihat bagian "Gaya dan Gelar" Kesultanan Yogyakarta untuk penjelasan tentang istilah bangsawan Jawa.)
Makam (pundhen) para wali dihormati oleh masyarakat Jawa sebagai lokasi ziarah di Jawa sebagai bentuk rasa syukur dan terima kasih atas manfaat dan syafaat yang mereka amalkan pada masa hidupnya.[2] Dalam tradisi Jawa makam memiliki istilah pundhen.
Nilai Yang Dapat Kita Teladani
Gigih Dalam Berjuang
Hidup Sederhana
Produktif Dalam Berkarya
Sabar
Menguasai Ilmu Agama Secara Luas Dan Mendalam
Menghargai Perbedaan
Berdakwah Secara Damai
NAMA = MUHAMMAD RAKHA AL ISQI
KELAS 10.3
TUGAS PAI
Teori Gujarat
Teori Persia
Teori China
Teori Maritim