MATA MERAH

PEMERIKSAAN

ANAMNESIS

PEMERIKSAAN FISIK

(4) mata merah

(5) rasa mengganjal di area mata

(3) rasa nyeri ketika digerakkan

keluhan pada kedua mata

selama 2 hari

keluhan menetap tidak ada perubahan

(1) rasa gatal

(6) keluar sekret dan air mata yang banyak

pernah mengalami yang sama (6 bulan lalu)

riwayat pengobatan tetes mata di warung

(7) TTV=normal

pemeriksaan mata

(9) lakrimasi

(9) konjungtiva superior= giant pupil (+) / cobble stone appearance

(8) konjungtiva bulbi= injeksi konjungtiva (+)

(10) limbus kornea= infiltrate (+)

(12) Visus = VOD: 6/6, VOS: 6/6 = Normal

setelah bermain sepak bola

laki-laki 18 th

DD

konjungtivitis

keratitis

uveitis anterior

glaukoma akut

MATA

ANATOMI

FISIOLOGI DAN HISTOLOGI

Letak

struktur bilateral di pertengahan atas regio facialis, di bawah fossa cranii anterior dan anterior dari fossa cranii media

Isi

berisi bulbus oculi, nervus opticus, musculi extraoculare, apparatus lacrimalis, jaringan lemak, fascia, dan nervi dan pembuluh-pembuluh darah yang menyuplai stuktur-struktur tersebut

struktur aksesoris

otot-otot, fascia, alis, kelopak mata, konjungtiva, dan badan lakrimal

Pelindung

otot-otot okular serta tulang (os sphenoidale, zygomaticum, frontale, ethmoidale, lacrimale, dan maxilla)

Diameter anteroposterior

bayi baru lahir berkisar 17.5 mm, dan saat pubertas berkisar 20-21 mm

Mikroskopik

Media Refraksi

Aqueous humor ( humor aqueus )

Vitreous body ( corpus vitreum )

Crystalline lens ( lens crystallina )

Kornea

Limbus Kornea

Camera occuli anterior

Camera occuli posterior

Lensa

  1. Kapsul lensa
  1. Endotel subkapsularis
  1. Substansia lensa

Retina

Vaskularisasi

Innervasi

A. supratrochlearis, A. supraorbitalis, A. lacrimalis, dan A. dorsalir nasi

dari A. opthalmica

A. angularis

dari A. facialis

A. transversa facialis

dari A. temporalis superficialis

cabang-cabang dari A. temporalis superficialis

venae ophthalmica

N. supraorbitalis, N. supratrochlearis, N. infratrochl dan N.lacrimalis

N. ophthalmicus [VI]

N. infraorbitalis

N. maxillaris [V2]

Persafaran motorium

N. fascialis [VII], yang mensarafi pars palpebralis orbicularis oculi

N. oculomotorius [III]

mempersarafi levator palpebrae superior

Serabut – serabut sympathicum

mempersarafi musculus tarsalis superior

Badan Siliar

menghasilkan cairan aqueous dan mengandung otot siliaris

cairan aqueous

membawa nutrien bagi kornea dan lensa

cairan vitreous

bahan setengah cair mirip gel untuk mempertahankan bentuk bulat mata

diskus optikus

fovea

daerah dg ketajaman teringgi

iris

mengubah ukuran pupil dengan kontraksi bervariasi dan berperan pada warna mata

kornea

kemampuan retraksi mata

koroid

berpigmen untuk mencegah pembuyaran berkas sinar di mata; mengandung pembuluh darah yang memberi makan retina; disebelah anteror membentuk badan siliaris dan iris

lensa

berperan dalam variasi kemampuan refraksi selama akomodasi

ligamentum supensorium

penting dalam akomodasi

makula lutea

memiliki ketajaman tinggi karena banyak mengandung sel kerucut

otot siliaris

penting dalam akomodasi

pupil

mengatur jumlah cahaya yang masuk ke mata

retina

mengandung fotoreseptor (sel kerucut dan sel batang)

saraf optikus

bagian pertama jalur cahaya yang masuk ke mata

sel batang

berperan dalam penglihatan warna hitam putih dan malam serta memiliki sensitivitas tinggi

sel bipolar

penting dalm pemrosesan rangsangan cahaya di retina

sel ganglion

penting dalam pemrosesan cahaya di retina; membentuk saraf optikus

sklera

sel kerucut

berperan dalam ketajaman penglihatan, penglihatan warna, penglihatan siang hari

selubung jaringan ikat protektif; membentuk bagia putih mata yang terlihat; disebelah anterior membentuk kornea

titik buta

jalan keluar saraf optikus dan pembuluh darah

DEFINISI

ETIOLOGI

peradangan atau infeksi pada konjuntiva (selaput lendir transparan dan pelumas yang menutupi permukaan luar mata)

EPIDEMIOLOGI

Tingkat diagnosis tertinggi adalah di antara anak-anak kurang dari 7 tahun, dengan insiden tertinggi terjadi antara usia 0 dan 4 tahun.

Puncak distribusi sekunder terjadi pada usia 22 tahun pada wanita dan 28 tahun pada pria.

wanita > pria

Konjungtivitis alergi -> penyebab paling sering, mempengaruhi 15 sampai 40% dari populasi, dan diamati paling sering pada musim semi dan musim panas.

bakteri

KLASIFIKASI

berdasarkan penyebab

Konjungtivitas Bakteri

inflamasi konjungtiva yang disebabkan oleh Staphylococcus, Streptococcus, Pneumococcus, dan Haemophillus

gejala klinis

mukosa purulen, edema kelopak, kemosis konjungtiva, kadang-kadang disertai keratitis dan blefaritis

pengobatan

antibiotik tunggal

neospirin, basitrasin, gentamisin, kloramfenikol, tobramisin, eritromisin, dan sulfa selama 2-3 hari

Konjungtivitis Virus

penyakit umum yang disebabkan oleh berbagai jenis virus, dapat menimbulkan infeksi ringan yang dapat sembuh sendiri dan dapat berlangsung lebih lama daripada konjungtivitis bakteri

gejala klinis

demam, faringitis, secret berair dan sedikit, folikel pada konjungtiva yang mengenai satu atau kedua mata.

Masa inkubasi konjungtivitis virus 5-12 hari,

Diberikan kompres, anti histamin untuk meredakan gejala astringen, lubrikasi, dan pada kasus yang berat dapat diberikan antibotik dengan steroid topical

Konjungtivitis alergi

bentuk alergi pada mata yang paling sering dan disebabkan oleh reaksi inflamasi pada konjungtiva yang diperantarai oleh sistem imun

pengobatan

menghindarkan penyebab pencetus penyakit dan memberikan astringen, sodium kromolin, steroid topical dosis rendah kemudian ditambahkan kompres dingin untuk menghilangkan edemanya

kasus sedang - berat dapat diberikan antihistamin (lini pertama), vasokontriksi (untuk kemerahan dan dikombinasikan dg antihistamin), Stabilisasi sel mast,NSAID, kortikosteroid, steroid sistemik (kasus berat)

Konjungtivitis Jamur

biasanya disebabkan oleh Candida albicans dan merupakan infeksi yang jarang terjadi.

gejala

adanya bercak putih yang dapat timbul pada pasien diabetes dan pasien dengan keadaan sistem imun yang terganggu

dibagi menjadi

infeksi

non infeksi

konjungtivitis Virus dan bakteri

konjungtivitis alergi, toksik, dan sikatrik, serta peradangan sekunder

menurut onset dan tingkat keparahan respon klinisnyai

akut

hiperakut

kronis

durasi gejala 3 sampai 4 minggu (biasanya hanya berlangsung 1 sampai 2 minggu)

lebih dari 4 minggu

PATOFISIOLOGI

Konjungtivitis alergi

konjungtivitis infeksi

akibat penurunan daya imun penjamu dan kontaminasi eksternal

KOMPLIKASI

PROGNOSIS

dapat dicegah bila terdeteksi awal

TATALAKSANA

DEFINISI

umumnya terjadi karena pelebaran pembuluh darah di mata dan sebagai indikasi suatu masalah pada mata

KLASIFIKASI

visus menurun

visus tetap

keratitis

ulserasi kornea

anterior uveitis

acute glaukoma

endopthalmitis

konjungtivitis

pendarahan subkonjuctiva

episkleritis/skleritis

PATOFISIOLOGI

luka

bakteri masuk

makrofag teraktivasi memakan patogen &
menyekresi sitokin & kemotaksin

Sel mast (teraktivasi)

melepas histamin

mendilatasi pembuluh darah lokal dan melebarkan pori kapiler

Sitokin-sitokin menyebabkan neutrofil dan monosit menempel ke dinding pembuluh darah

Kemotaksin menarik monosit dan neutrofil

diapedesis

bermigrasi ke tempat infeksi

Monosit membesar

menjadi makrofag

MEDIS

ISLAM

PENCEGAHAN DAN EDUKASI

Pembentukan kader masyarakat terkait kesehatan mata pada anak dan orang dewasa

Menjaga kesehatan mata menghindari kontak

Rajin mencuci tangan (personal hygine)

Melakukan pola hidup sehat

Menghindari pemakaian barang bersama

Menggunakan masker kain saat berada di keramaian, batuk, dan/ atau bersin

Menghindari menyentuh mata, mulut, atau hidung sebelum cuci tangan

Melakukan desinfektasi pada objek secara khusus yang sering digunakan seperti peralatan elektronik, alat rumah tangga

Memiliki akses air bersih dan rajin membersihkan diri, menjaga lingkungan seraya menekan populasi lalat

PENCEGAHAN DAN EDUKASI

metode teraupetik

perubahan gaya hidup berdasarkan hygiene

konsumsi makanan sehat

terapi menggunakan air

terapi olahraga serta terapi obat

MEDIKAMENTOSA

dapat dikontrol.

penglihatan dapat dipertahankan

radang mata tidak segera ditangani

kerusakan

menimbulkan komplikasi

Glaukoma, katarak maupun ablasi retina.

vitamin

vitamin A, vitamin E, vitamin C, vitamin B kompleks

konjungtivitis bakteri

ringan-sedang

kasus sedang hingga berat

flourokuinolon seperti ofloxacin, ciprofloxacin, dan levofloxacin.

polimiksin B, eritromisin atau azitromisin

respon imun tipe 1 terhadap alergen

Alergen terikat dengan sel mast

terjadi reaksi silang terhadap IgE

menyebabkan degranulasi dari sel mast

menyebabkan pelepasan histamin dari sel mast,
juga mediator lain

histamin otrien. histamin dan bradikinin den bradikinin dengan
segera menstimulasi segera menstimulasi nosiseptor

menyebabkan rasa gatal, peningkatan permeabilitas vaskuler, vasodilatasi, kemerahan, dan injeksi konjungtiva

Sel – sel radang bermigrasi dari stroma konjungtiva
melalui epitel ke permukaan

Patogen yang infeksius dapat menginvasi dari jalur aliran darah

bereplikasi di dalam sel mukosa konjungtiva

infeksi bakterial bakterial dan viral memulai memulai reaksi bertingkat bertingkat dari peradangan peradangan leukosit

meyebabkan penarikan sel darah merah atau putih ke area tersebut

Sel darah putih ini mencapai permukaan permukaan konjungtiva
konjungtiva dan berakumulasi di berakumulasi di sana

menyebabkan lakrimasi

bergabung bergabung dengan fibrin dan mukus

membentuk membentuk eksudat eksudat konjungtiva

menyebabkan perlengketan tepian palpebra saat bangun tidur

Adanya peradangan konjungtiva menyebabkan dilatasi
pembuluh – pembuluh konjungtiva posterio

menyebabkan hiperemi

didapatkan pembengkakan
dan hipertrofi papila

disertai Sensasi adanya benda
asing dan sensasi panas atau gatal

PENEGAKAN DIAGNOSIS

ANAMNESIS

FISIK

PENUNJANG

Rasa gatal, panas, atau fotofobia

Sekret pada mata, serta tipe sekret pada mata
(serous atau purulen)

Riwayat alergi, riwayat penggunaan obat-obatan

Personal hygine

pengukuran ketajaman visus

pemeriksaan eksternal

Slit-lamp biomikroskopi

Kultur konjungtiva (virus, bakteri)

Tes diagnostic klamidial

Sitology / smear

daerah merah terang, tidak ada nyeri maupun tanda inflamasi, tidak ada gangguan penglihatan

mata merah, fotofobia, gatal, berair panas, seperti berpasir, mengganjal, keluar sekret

mata merah, berair, panas dan terasa berpasir, fotofobia, nyeri, penglihatan kabur

mata merah, pandangan kabur mendadak, sakit kepala, mual muntah, melihat halo

Mata merah, Nyeri pada mata, Penglihatan kabur, Mata menjadi sensitif terhadap cahaya, Ada bintik-bintik hitam yang muncul di dalam lapang pandang (floaters), Penurunan fungsi penglihatan

Mata merah, nyeri, bengkak, dan iritasi, Sensitif terhadap cahaya, Mengeluarkan air mata atau kotoran mata terus-menerus, Tidak bisa membuka mata, Sensasi adanya benda kecil, seperti pasir di dalam mata

Mata merah, Mata berair, Gatal pada mata, Bintik putih pada kornea, Pandangan kabur, Terasa seperti ada sesuatu di mata, Mata terasa sangat sakit, Fotofobia (mata sensitif terhadap cahaya)

Mata merah, Fotofobia (rasa takut pada cahaya) , Nyeri pada bola mata, Penurunan tajam penglihatan , Nyeri kepala, Mata terasa bengkak, Kelopak mata bengkak dan merah, kadang sulit untuk dibuka

4, 8

3, 4,

3, 4, 6, 9, 10

memakan dan menghancurkan patogen

konjungtiva

Adalah membrana mukosa (selaput lendir) yg melapisi kelopak & melipat ke bola mata utk melapisi bagian depan bola mata sampai limbus

Fungsi konjungtiva: proteksi pd sklera &
memberi pelumasan pd bola mata

Mengandung banyak pembuluh darah

Epitel : Superfisial Dan Basal

Epitel Supf. Mgd. Sel Goblet

Basal Berwarna Gelap & kadang-kadang Mgd. Pigmen

terdiri

Konjungtiva bulbi yang menutupi sclera dan mudah digerakkan dari sclera di bawahnya

Konjungtiva fornices atau forniks yaitu konjungtiva yang merupakan tempat peralihan konjungtiva tarsal dengan konjungtiva bulbi.

Konjungtiva tarsal yang menutupi tarsus, konjungtiva tarsal sukar digerakkan dari tarsus

Inervasi : saraf cab. N.V (trigeminus)

Vaskularisasi : A. Siliaris ant. & A. Palpebralis

Fadilah Nisa Purwanti (6130019060)

jenis

Konjungtivitis Atopi

Konjungtivitis Vernal

epidemiologi

Berhubungan dengan dermatitis atopi,
terdapat eksaserbasi dan remisi

lebih banyak laki-laki

Usia dewasa, puncak 30-50 tahun

Berbeda pada konjungtivitis vernal, konjuntivitis atopi memberat pada musim dingin

gejala

Sama dengan konjungtivitis vernal namun
lebih berat

Fotofobia, pandangan kabur

sekret mucoid watery

nyeri

gatal

gejala

gatal

rasa terbakar

fotofobia

lakrimasi

sekret mukoid tebal

Merupakan keradagan bilateral yang berulang debgan gambaran spesifik hipertrofi papiler di daerah tarsus dan limbus

Akibat reaksi hipersensitif terhadap beberapa alergen eksogen misalnya serbuk sari

Faktor predesposisi

Usia 4-20 tahun

kebanyakan laki-laki

Musim panas

iklim tropis

Pemeriksaan Fisik

Tipe palpebral

Conjungtiva superior didapatkan cobble stone dengan ukuran kurang dari 1 mm ( penonjolan papila berbentuk polygonal dengan permukaan datar) bila terjadi hipertrofi akan berubah bentuk menjadi couliflower like (giant papilla) lebih dari 1 mm

Tipe bulbar

Conjungtiva bulbi menjadi hiperemi , terdapat penonjolan berwarna putih di sekitar limbus (tronta spot), membran gelatin pada limbus

Tipe campuran

Kombinasi tipe palpebral dan bulbar

Pemeriksaan penunjang

sel eosinofil

tatalaksana

Bila > 25 th kemungkinan konjungtivitis atopi

gambaran klinis

Palpebra : hipertrofi papiler, couble stone giant’s papilae

Konjungtiva : merah kecoklatan dan kotor terutama di area fisura
interpalpebralis

Limbus : Horner Trantas dots : gambaran spt renda di limbus

Kornea : punctat epithelial keratopati, ulkus shield

Mast cell stabilizer topikal

Cromolyn sodium 4x/hr

Lodoxamine tromethamine 4x / hr

Non steroid anti inflamasi topikal :

Keterolac 0.5%

Pemeriksaan fisik

Tepi Palpebrae eczema, eritema, kering,
menebal, fisura, ekskoriasi (prominen)

Konjungtiva tarsal

Hiperemi

Papila lebih kecil

Scarring

Kornea

Keratitis epitelial punctate lebih banyak pada
bagian bawah

konjungtiva bulbar

hipertrofi dengan mukus yang berlebihan

stroma

Lapisan fibrosa (Profundus)

Lapisan adenoid (Superfisial)

Kelenjar air mata assesori

Kelenjar Wolfring di tepi atas tarsus atas

Kelenjar krause di forniks atas dan sedikit
di forniks bawah

Arteri episklera bergabung dengan arteri
posterior longus membentuk plekus siliar

Memperdarahi iris dan badan siliar

Arteri perikornea

Memperdarahi kornea

Arteria episklera atas

Memperdarahi ke dalam bola mata

Arteri konjungtiva posterior

Memperdarahi konjungtiva bulbi

Staphylococcus aureus, Staphylococcus epidermidis, Streptococcus pneumoniae, Streptococcus pyogenes, Haemophilus influnzae, Neisseria gonorrhoeae, Corynobacterium diphteriae

virus

Adenovirus, Herpes simplex, Herpes zoster, Pox virus, Myxovirus, Paramyxovirus, ARBOR virus

Chlamydial

Chlamydia trachomatis, Chlamidia lymphogranulomatis

alergi

Hay fever conjunctivitis

Seasonal allergic conjunctivitis

Perennial allergic conjunctivitis

Granulomatous

Tuberculosis, Sarcoidosis, Syphilitic, Leprotic, Conjunctivitis in tularaemia, Ophthalmia nodosa

hiperemi, Injeksi konjungtiva mencolok, Adenopati preaurikula (Jarang)

Bila tidak memberi hasil 3-5 hari dihentikan dan menunggu hasil mikrobiologi

Kuman tidak ditemukan dalam sediaan
langsung

Antibiotik spektrum luas dalam bentuk tetes mata tiap jam atau salep mata 4 sampai 5 kali sehari

Sebaiknya sebelum tidur diberi salep mata (sulfasetamid 10-15 % atau khloramfeni- col).

Injeksi konjungtiva sedang

Warna merah

Arah aliran/ lebar : Ke perifer (Limbus)

Antibiotik

Tidak sembuh setelah 10 hari dan diduga
terdapat superinfeksi bakteri

Antiviral

Konjungtivitis herpetik

Asiklovir oral 400mg/hari untuk virus herpes simpleks dan 800mg/hari untuk herpeszoster selama 7-10 hari

Steroid

Deksametason 0,1% topikal membantu mengurangi peradangan konjungtiva

clamidia

maat berair, gatal, nyeri, fotopobia, edema palpebra, kemosis

Keratitis, ulkus kornea dan uveitis yang
dapat menyebabkan kebutaan

(Konjungtivitis bakterial akut)

Bila proses penyakit meluas ke kornea, dapat terjadi parut kornea, astigmatisme, keratokonus, dan kebutaan

(Konjungtivitis alergi)

Sakit tenggorokan, demam

normal

Pada konjungtiva tarsal dapat ditemukan folikel, papil / papil raksasa, flikten, membrane / pseudomembran

Pemeriksaaan sekret konjungtiva atau scraping konjungtiva dengan pengecatan Gram-Ziel Nielsen atau Giemsa --> Diperiksa dibawah mikroskop

Pada alergi didapatkan Eosinofil

PATOGENESIS

Agen infeksius masuk ke mata melalui
kontak langsung (bakteri, virus, jamur, alergen)

menembus permukaan air mata

materi infeksi bercampur dengan sekret

air mata terinfeksi, mengandung
substansi antimikroba

peradangan di konjungtiva

Cedera epitel konjungtiva

Dilatasi pembuluh konjungtiva

menjaga wudhu

konjungtivitis alergi

Terapi lokal

antihistamin

Kombinasi antihistamin sebagai profilaksis dan pengobatan pada kasus sedang hingga berat

Dapat diberikan kompres dingin, vasokonstriktor, natrium karbonat membuat pasien rasa nyaman pada mata

Mast cell stabillizer

Sodium kromoglikal 2% 4-5x/ hari

Steroid topikal atau sistemik akan dapat
menyembuhkan

Konjungtivitis Virus

antibiotik, antiviral, steroid, kompres dingin dan anti histamin topikal untuk meredakan gejala