Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
Pengendalian Vektor, RAMYAS PRAREDA SUBHI - Coggle Diagram
Pengendalian Vektor
Upaya pengendalian vektor umum
Kontrol secara genetika
Disini dilakukan di laboratorium dengan cara merobah sifat genetika sekelompok serangga dengan radiasi, bahan kimia atau merubah sifat DNA serangga tersebut, lalu dilepaskan kembali ke alam sehingga yang mandul tadi tidak mengasilkan keturunan dari Arthropoda yang bisa jadi vektor .
Kontrol secara Legal (Legal Control)
Ini adalah kontrol dengan membuat aturan / undang – undang oleh pemerintah yang kuat yang bersifat nasional /internasional dengan sangsi hukum yang berat.
Kontrol secara Biologis
Ini adalah cara yang paling baik dan bereaksi spesific. Caranya dengan mengembangkan organisme yang jadi pemangsa dari vektor tersebut.
Kontrol secara kimiawi
Disini diunakan bahan kimia dimana bahan kimia ini berfungsi untuk membunuh segala bentuk serangga (Arthropoda) baik dewasa, telur, larva maupun pupanya.
Kontrol buatan = Artifisial
adalah usaha atau kerja manusia untuk membatasi/melenyapkan atau mengurangi populasi
Kontrol secara fisik
Ini adalah cara pengendalian vektor dengan cara fisika, seperti melakukan pendinginan, pemanasan, pembekuan, baik dengan listrik maupun kipas angin, lampu kuning dan sebagainya, sehingga Arthropoda tak bisa beraktivitas atau hidupnya terganggu.
Kontrol secara alami = Natural
Iklim
Angin : yang terlalu kencang
Cahaya matahari langsung
Dingin : suhu terlalu dingin
Gunung yang tinggi/sungai terlalu deras
Panas : udara terlalu panas
Arthropoda borne disease
kelompok nyamuk
kelompok Tribus culicini, Tribus culicini yang penting adalah genus Aedes, Culex dan Mansonia
kelompok Tribus anophelini, Tribus anophelini diantaranya yang penting adalah genus Anopheles sp → di antaranya merupakan vektor malaria. salah satu nyamuk spesies Anopheles yaitu nyamuk An. Aconitus.
Transmisi Arthropoda disease
Inokulasi (inoculation) masukkanya agen penyakit atau bibit yang berasal dari arthropoda ke dalam tubuh manusia melalui gigitan pada kulit atau deposit pada membrane mukosa (inokulas)
Infestasi (infestation) masuknya arthropoda pada permukaan tubuh manusia kemudian berkembang biak.
Penularan peyakit dapat terjadi secara
transmisi biologik dimana terjadi proses perkembang - biakan agen penyakit atau parasit dalam tubuh vektor seperti parasit malaria dalam tubuh nyamuk anopheles
transmisi non biologik bila penularannya terjadi secara mekanis atau langsung seperti penyakit dysentery, typhoid dan cholera oleh lalat
Definitif host dan intermediet host
Disebut sebagai host definitive atau intermediet tergantung dari apakah dalam tubuh vector atau manusia terjadi perkembangan siklus seksual atau aseksual
Apabila terjadi siklus seksual maka disebut sebagai host definitif
Jenis Vektor
Lalat: Musca
Kutu/tuma: Pediculus
Nyamuk: Culex, Anopheles, Aedes
Pinjal: Xenopsylla
Transmisi secara biologis
Propagative
Cyclo- propagative
Bila agen penyakit multiflikasi atau mengalami beberapa perubahan dan perkembangan atau tanpa adanya multiflikasi di dalam tubuh arthropoda disebut sebagai transmisi biologis
Cyclo-developmental
Defenisi
Vektor penyakit adalah serangga penyebabb penyakit, Penyakit-penyakit yang ditularkan melalui vector disebut juga Arthropod borne disease atau Vectore borne disease.
Patofisiolgi malaria
Sitokin TNF-α dalam sirkulasi darah yang sampai ke hipotalamus akan menstimulasi demam. Demam bertahan selama 6–10 jam, lalu suhu tubuh kembali normal, dan meningkat kembali setiap 48–72 jam saat siklus eritrositik lengkap. Selain TNF-α, ditemukan juga sitokin proinflamasi lainnya, seperti interleukin 10 (IL-10) dan interferon γ (IFN- γ). Pada fase infeksi lanjutan, tubuh memproduksi antibodi yang membantu proses pembersihan parasit melalui jalur makrofag-sel T-sel B
Parasitemia pada malaria falciparum lebih hebat dibandingkan parasitemia spesies lain. Hal ini disebabkan karena Plasmodium falciparum dapat menginvasi semua fase eritrosit, sedangkan Plasmodium vivax lebih dominan menginfeksi retikulosit dan Plasmodium malariae menginvasi eritrosit matur. Tingkat parasitemia biasanya sebanding dengan respons tubuh manusia dan keparahan gejala klinis
Patofisiologi munculnya gejala pada malaria berkaitan dengan siklus eritrositik parasit. Parasitemia meningkat setiap kali terjadi lisis eritrosit dan ruptur skizon eritrosit yang melepaskan ribuan parasit dalam bentuk merozoit dan zat sisa metabolik ke sirkulasi darah. Tubuh yang mengenali antigen tersebut kemudian melepaskan makrofag, monosit, limfosit, dan berbagai sitokin, seperti tumor necrosis factor alpha (TNF- α).
Anemia pada malaria terjadi akibat proses hemolisis dan fagositosis eritrosit, baik yang terinfeksi maupun normal oleh sistem retikuloendotelial pada limpa. Peningkatan aktivitas limpa menyebabkan splenomegali. Anemia berat juga dipengaruhi oleh gangguan respons imun monosit dan limfosit akibat hemozoin (pigmen toksik hasil metabolisme Plasmodium), sehingga terjadi gangguan eritropoiesis dan destruksi eritrosit normal.
Malaria
Etiologi
Penyebab dari malaria adalah parasit Plasmodium yang ditularkan oleh gigitan nyamuk Anopheles betina.
Faktor Resiko
Plasmodium malariae menyebabkan malaria quartana
Plasmodium ovale menyebabkan malaria ovale
Plasmodium vivax menyebabkan malaria tertiana,
plasmodium knowlesi
Plasmodium falciparum menyebabkan malaria tropika
Defenisi
Malaria didefinisikan sebagai suatu penyakit infeksi dengan demam berkala yang disebabkan oleh parasit Plasmodium (termasuk Protozoa) yang ditularkan oleh nyamuk Anopheles betina.
Malaria merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh parasit Plasmodium di dalam darah atau di jaringan yang dibuktikan dengan pemeriksaan mikroskopik yang positif, pada tes cepat ditemukan adanya antigen malaria, dan pada pemeriksaan PCR ditemukan DNA/RNA dari parasit.
Malaria berasal dari bahasa Italia yaitu mal = buruk dan area = udara. Jadi secara harfiah malaria berarti penyakit yang sering terjadi pada daerah dengan udara buruk akibat lingkungan yang buruk.
CMD
Pemeriksaan fisik
Sklera ikterik
Pembesaran Limpa (splenomegali)
Konjungtiva atau telapak tangan pucat
Pembesaran hati (hepatomegali)
Suhu tubuh aksiler ≥ 37,5 °C
Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan dengan uji diagnostik cepat (Rapid Diagnostic Test)
Pemeriksaan dengan mikroskop
Ada tidaknya parasit malaria (positif atau negatif).
Spesies dan stadium plasmodium. c) Kepadatan parasit.
Anamesis
Riwayat sakit malaria dan riwayat minum obat malaria.
Riwayat berkunjung ke daerah endemis malaria.
Keluhan : demam, menggigil, berkeringat dan dapat disertai sakit kepala, mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.
Riwayat tinggal di daerah endemis malaria.
Penatalaksanaan
Pengobatan malaria ovale
menggunakan ACT yaitu DHP ditambah dengan Primakuin selama 14 hari. Dengan dosis selama 14 hari dengan dosis 0,25 mg /kgBB.
Pengobatan malaria malariae
diberikan ACT 1 kali perhari selama 3 hari, dengan dosis sama dengan pengobatan malaria lainnya dan tidak diberikan primakuin.
Pengobatan malaria vivaks yang relaps
diberikan dengan regimen ACT yang sama tapi dosis Primakuin ditingkatkan menjadi 0,5 mg/kgBB/hari.
Pengobatan infeksi campur P. falciparum + P. vivax/P.ovale
Pada penderita dengan infeksi campur diberikan ACT selama 3 hari serta primakuin dengan dosis 0,25 mg/kgBB/hari selama 14 hari.
Malaria falsiparum dan Malaria vivaks
malaria falsiparum hanya diberikan pada hari pertama saja dengan dosis 0,25 mg/kgBB, dan untuk malaria vivaks selama 14 hari dengan dosis 0,25 mg /kgBB → Primakuin tidak boleh diberikan pada bayi usia < 6 bulan.
Surveilensi
Surveilans kesehatan adalah kegiatan pengamatan yang sistematis dan terus menerus terhadap data dan informasi tentang kejadian penyakit atau masalah kesehatan dan kondisi yang mempengaruhi terjadinya peningkatan dan penularan penyakit atau masalah kesehatan untuk memperoleh dan memberikan informasi guna mengarahkan tindakan penanggulangan secara efektif dan efisien.
Pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan dengan cara aktif dan pasif. Jenis data Surveilans Kesehatan dapat berupa data kesakitan, kematian, dan faktor risiko.
Pengumpulan data dapat diperoleh dari berbagai sumber antara lain individu, Fasilitas Pelayanan Kesehatan, unit statistik dan demografi, dan sebagainya.
Pengolahan data
Sebelum data diolah dilakukan pembersihan koreksi dan cek ulang, selanjutnya data diolah dengan cara perekaman data, validasi, pengkodean, alih bentuk (transform) dan pengelompokan berdasarkan variabel tempat, waktu, dan orang.
Hasil pengolahan dapat berbentuk tabel, grafik, dan peta menurut variabel golongan umur, jenis kelamin, tempat dan waktu, atau berdasarkan faktor risiko tertentu. Setiap variabel tersebut disajikan dalam bentuk ukuran epidemiologi yang tepat (rate, rasio dan proporsi).
Analisis data
Analisis dengan metode epidemiologi deskriptif dilakukan untuk mendapat gambaran tentang distribusi penyakit atau masalah kesehatan serta faktor-faktor yang mempengaruhinya menurut waktu, tempat dan orang. Sedangkan analisis dengan metode epidemiologi analitik dilakukan untuk mengetahui hubungan antar variable yang dapat mempengaruhi peningkatan kejadian kesakitan atau masalah kesehatan. Untuk mempermudah melakukan analisis dengan metode epidemiologi analitik dapat menggunakan alat bantu statistik.
Diseminasi informasi.
Diseminasi informasi dapat disampaikan dalam bentuk buletin, surat edaran, laporan berkala, forum pertemuan, termasuk publikasi ilmiah. Diseminasi informasi dilakukan dengan memanfaatkan sarana teknologi informasi yang mudah diakses.
PHBS
Manfaat PHBS
Meningkatkan kesadaran masyarakat agar mau dan mampu menjalankan hidup bersih dan sehat. Hal tersebut menjadi penting untuk dilakukan agar masyarakat sadar dan dapat mencegah serta mengantisipasi atau menanggulangi masalah-masalah kesehatan yang mungkin muncul.
Melalui PHBS diharapkan masyarakat dapat mengenali dan mengatasi masalah sendiri dan dapat menerapkan cara-cara hidup sehat dengan menjaga, memelihara dan meningkatkan kesehatannya
PHBS adalah bentuk perwujudan orientasi hidup sehat dalam budaya perorangan, keluarga, dan masyarakat, yang bertujuan untuk meningkatkan, memelihara, dan melindungi kesehatannya baik secara fisik, mental, spiritual, maupun sosial.
pengendalian vektor khusus penyebab malaria
Pengendalian secara mekanis
Perangkap
Penutup Makanan
Menggunakan bednets (kelambu)
Pengendalian biologis
Bakteri (Bacillus thuringiensis israelensis) yang menghasilkan racun terhadap larva.
Pakis mengambang bebas yang mencegah pembiakan,
Menggunakan organisme hidup untuk pengendalian larva seperti ikan yang makan larva (ex. Ikan nila, ikan mas, guppies, dll.
Pengendalian lingkungan
Menjaga tempat penampungan
Kebersihan
Buang sampat secara teratur
Pengendalian kimiawi
Insektisida untuk penyemprotan (IRS, spray, fogging) untuk vektor dewasa.
Larvicides untuk pengendalian larva
Penggunaan repellents
Peran vektor dalam penularan penyakit
Penularan Mekanik
Penularan mekanik berlangsung karena kuman penyakit terbawa dengan perantaraan alat-alat tubuh vektor. Kuman penyakit dalam tubuh serangga tidak bertambah banyak ataupun berubah bentuk. Pada penularan penyakit melalui vektor secara mekanik agen dapat berasal dari tinja, urin, maupun sputum penderita hanya melekat pada bagian tubuh vektor dan kemudian dapat dipindahkan pada makanan atau minuman pada saat hinggap.
Penularan Biologis
Penularan biologis berlangsung dengan bertindak sebagai tuan rumah (host), berarti adanya kelanjutan hidup kuman penyakit yang dipindahkan. Penularan penyakit melalui vektor secara biologis, agen harus masuk kedalam tubuh vektor melalui gigitan ataupun melalui keturunannya. Selama dalam tubuh vektor agen berkembang biak atau hanya mengalami perubahan morfologis saja sampai pada akhirnya menjadi bentuk yang infektif melalui gigitan, tinja, atau cara lain untuk berpindah ke pejamu potensial.
Peranan vektor terhadap kesehatan manusia
Menimbulkan rasa takut atau ngeri (entomophobia)
Menyebabkan penyakit (parasit atau agent)
Mengandung dan menghasilkan zat racun (toksin)
Menularkan atau memindahkan penyakit disebut vektor
Menimbulkan dan menyebabkan gangguan (nuisance)
Malaria
Sifat
Faktor yang mempengaruhi terjadi penyakit
Faktor agen (plasmodium)
Faktor lingkungan
Ketinggian
angin
Curah Hujan
sinar matahari
Kelembapan
arus air
Suhu: 20-30 derajat celcius
Faktor Host (Manusia)
Kurangnya suatu enzim ex: defisiensi G6PD
Sistem imun
Ras atau suku bangsa ex: afrika
Morfologi
Plasmodium vivax
Plasmodium malariae
:
Plasmodium Falciparum
RAMYAS PRAREDA SUBHI
1808260046