Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
Implikasi Sosialnya Dalam Toleransi Beragama - Coggle Diagram
Implikasi Sosialnya Dalam Toleransi Beragama
Signifikansi Pola Trinitas dalam Relasi Sosial
Allah yang monoteisme unitarian
Allah tidak bisa datang ke dunia menebus dan menanggung dosa manusia karena tidak ada Pribadi Anak didalamnya
tidak bisa melakukan apa apa secara aktual selain berbicara dari atas dengan hukum-hukum keras yang ancaman
Satu pribadi yang dingin dan kaku dari Allah monoteisme ekstrim
seringkali terjatuh kedalam paham henoteisme, yaitu sejenis pandangan monoteisme semu yang keras, karena penuh persaingan dengan agama-agama lain yang saling melenyapkan agar muncul sebagai Allah yang nomor satu, tertinggi
Paham Allah yang kaku
secara tidak sadar merupakan politeisme terselubung atau tidak diakui
jika Allah adalah satu secara quantity maka tidak ada rasa persaingan, namun kalau satu secara kualitas pun dijalankan secara terhormat bukan berperang atau bermusuhan seperti dalam keradikalan tunggal (monoteisme ekstrim) yang dapat menjadi paranoid.
hanya berelasi jauh antara Tuhan-umat dan Tuan-hamba secara religius
Tanpa pengertian Trinitas Kristen yang ortodoks dalam tiga pribadi yang satu substansi
Allah monoteistik yang transpenden itu berjarak jauh secara unitarianistik ala deisme
bukan hanya tidak bisa bahkan tidak mau datang ke dunia
Walau berkonsep imanen dan tetap abstrak bagi manusia didalam kehadiran Roh secara pengetahuan dan perasaan
Allah hanya bertempat tinggal jauh dan mengontrol dunia dari atas sana dan sering dikontrol oleh manusia secara jauh dari dunia ini
Allah Trinitas bukan hanya dari jauh dan tidak nyata, tapi dapat diketahui, yang kehadiran nya tidak dapat dikenal secara personal seperti dalam kedekatan relasi Bapa dan Anak-anaknya
Allah tidak dapat hadir secara aktif dalam waktu dan ruang manusia, yang walaupun dikatakan berkonsep imanen namun kemahahadiran-Nya tidak nyata dalam presensi partisipatif dalam persoalan manusia, khususnya mendamaikan dunia dengan diri-Nya .
Karena faktor Trinitas
Allah ada perjanjian penebusan
Allah bisa datang secara aktif dan inisiatif dalam revelasi khusus melalui dalam inkarnasi personal (Yesus Kristus)
Pribadi yang Komunikatif
Paham Trinitarianisme
monoteisme konsisten pada prinsip teisme klasik dimana Allah yang Esa dan berpribadi sejati dalam relasi-relasi komunitas di dalam imanensi dan transedensi yang seimbang dan implementatif pada persoalan hidup manusia terutama masalah keselamatan dari jerat dosa
Paham teisme Kristen
bukan sekedar teisme klasik yang hanya sekedar konsep transenden dari jarak jauh dan pribadi yang tidak riil, sehingga tidak bisa datang langsung dari dunia atas ke dunia bawah, kecuali perintah-perintah agama yang menghukum dan memberatkan manusia
dalam Allah Trinitas
Allah sudah datang dalam tindakan inkarnasi Anak dalam Yesus Kristus
Keunikan monoteisme trinitarian
berbeda dengan monoteisme unitarianistik
yang menerima prinsip kepribadian Allah secara berhala di atas sana dan menjadi idol manusia di kejauhan dan cenderung paranoid di dalam tindakan dan perintahnya yang kejam tak berperikemanusiaan serta hanya ingin untuk menyelamatkan "muka" nya saja
Distingsi monoteisme trinitarian
kepastian keselamatan dalam argumen Trinitas salvafik untuk teologi masa kini yang dikelilingi orang beragama yang anti Trinitas dan tidak toleran adalah menafirmasi kepastian keselamatan
Paham Trinitas Kristen
yang otentik berdasarkan perbedaan pribadi dalam satu esessi Allah yang tunggal, namun bukanlah perbedaan tingkatan derajat di antara masing-masing pribadi
Trinitas juga bukan tiga substansi Allah yang bersatu membentuk persatuan ilahi, tetapi pribadi yang berbeda dalam peran dan karya yang setara dalam kesatuan esensial serta atribut ilahi yang setara
Prinsip misteri dari monoteisme Trinitas
berdasarkan teladan relasional diantara pribadi Tritunggal yang saling menghormati dan menghargai secara kesetaraan yang hangat antar personal
dasar prinsipil yang hangat bagi orang Kristen untuk saling menghargai, sabar dalam perbedaan dan tidak cepat tersinggung serta tidak bermusuhan jika tidak sependapat didalam keyakinan
Pribadi yang Berpartisipasi Setara
Dalam konteks kehidupan ibadah Kristen
tritunggal bukanlah hanya sebuah ide teologis apalagi agama
"itu adalah rumah kita"
panggilan untuk membangun kehidupan kita
Grenz
digambarkan bagaimana implikasi teologis doktrin Trinitas dalam mengerti esensi Allah adalah kasih
kasih sebagai esensi Allah dan sifat ilahi fundamental dan sekaligus dasar pengertian Kristen dengan apa yang disebut sebagai atribut moral-Nya seperti belaskasihan (mercy) dan kesetiaan (long sufferings)
Kasih yang otentik demikian tidak ada kalau tidak ada Allah Trinitas
untuk merealisasikan dan mengaktualisasikan sifat dan natur tersebut secara otentik haruslah allah bersifat "majemuk" dengan kepribadian yang seperti allah berhubungan dengan relasi dan selanjutnya orang Kristen dapat berinteraksi sosial dalam pola ilahi ini dengan dunia sekitar.
Tanpa pengertian Allah Trinitas
Allah hanya menjadi idol dan berhala di kejauhan dan berhubungan secara jarak jauh diatas sana
Allah dalam monoteisme abstrak
bersifat transenden imanen yang meskipun diakui berpribadi namun bersikap dingin dan kaku dan tidak mau datang karena tidak mungkin datang
Tanpa relasi pribadi yang riil seperti dalam Trinitas
monoteisme ekstrim atau henoteisme
Alllah hanya berkata dan memerintah agar dapat selamat dari jarak jauh dan tidak dapat bertindak secara aktual dalam mengorbankan diri-Nya sendiri secara aktif untuk manusia yang tidak tidak bisa keluar dari kedosaannya
Model Trinitas salvafis
pola "ucapan-tindakan" keselamatan yang pasti di dalam kemutlakan Allah sendiri
dalam penyataan khusus yang personal maupun proposisional atau dalam doktrin wahyu Allah
kita mengenal adanya penyataan yang bersifat keselamatan mengenai diri Allah sendiri secara inskripturasi dan inkarnasi
kata "
monos
"
berarti tunggal, esa,
single
,
echad
berbeda dengan kata
henos
, satu,
yachid
dimaknai henos akan membuat implikasi sosial yang keras yaitu persaingan ilah-ilah, dimana allah yang satu itu bersaing diantara allah allah yang lain
Apologetis
Norman Geisler
paham Allah mengenai ateisme, plteisme, monoteisme, ateisme, panenteisme ditambah deisme
Kepribadian yang Hangat dan Tidak Mudah Terbakar
Teisme klasik
Allah adalah tunggal dan kuantitas dan numerik dan berdasarkan keesaan numerik tersebut mengembang menjadi keesaan kualitas dalam term Allah yang cemburu, tidak mempersekutukan Allah
"Allah tidak beranak dan diperanakan" "Jangan ada allah lain selain Allah" dan tidak membuat "gambaran-gambaran mirip Allah"
Hubungan antara Allah dan manusia dalam keesaan kualitas yang demikian bersifat hubungan ketakutan dan kehambaan antara tuan dan hamba
Tanpa keselamatan maka keesaan kualitas menjadi sesuatu yang menakutkan dalam Allah yang pencemburu yang menghanguskan dan Allah yang tauhid yang menghukum
Dalam keselamatan yang demikian bergantung pada kehebatan dan kesetiaan manusia, semakin setia manusia semakin Allah setia, semakin taat manusia semakin Allah mengasihani
hampir tidak mungkin ada keselamatan sejati untuk manusia selain hukuman
pendamaian karena dosa tidak bergantung pada usaha manusia yang berdosa
Untuk itu, manusia memerlukan keselamatan dari luar manusia berdasarkan kasih Allah yang tidak bersyarat.
Pintu masuk dalam hubungan belas kasihan yang sejati sampai pada anugerah adalah kasih yang tak bersyarat
Kasih Allah berdasarkan diri-Nya sendiri bukan berdasarkan tindakan balas jasa transaksional
hubungan ketakutan yang ditingkatkan menjadi hubungan penebusan sehingga menghasilkan relasi keluarga bukan hanya relasi pekerjaan atau perbudakan
Dalam Tritunggal
relasi keluarga--Bapa dengan anak-anaknya dimana pokok keselamatan berdasarkan pemilihan, penebusan, dan penjaminan
Komunitas yang Damai dan Toleran
Monoteisme unitarianistik
ada kegelisahan yang terus menerus akan keselamatan agamanya sambil meminta penjelasan tritunggal secara positif dan kongkrit
Penyerangan
bentuk kegelisahaan religius dalam keselamatan agama
Trinitas adalah soal rohani dan iman sehingga proklamasi afirmatif menjadi sangat jalan satu-satunya untuk menjelaskan Tritunggal didalam keselamatan menjadi unik
tanpa konsep Tritunggal Allah tidak bisa datang dalam inkarnasi Anak untuk menyelamatkan
Esensi Allah Tritunggal
berdasarkan perbedaan pribadi dapat terjalin relasi kasih dan komunikasi
inti kekristenan yaitu "kasih"
Dalam relasi mengasihi, komunikasi antara pribadi Trinitas
terpraktekan secara aktual dan bukan hanya konsep abstrak
Allah masuk secara partikal ke dalam kehidupan manusia