Please enable JavaScript.
Coggle requires JavaScript to display documents.
OPTIMALISASI PENGELOLAAN HUTAN TANAMAN PINUS DI KPH KEDIRI DIVISI REGIONAL…
OPTIMALISASI PENGELOLAAN HUTAN TANAMAN PINUS DI KPH KEDIRI DIVISI REGIONAL II JAWA TIMUR
PENDAHULUAN
Perhutani merubah orientasi dari berbasis kayu menjadi berbasis getah pinus dengan memperpanjang umur 30 tahun menjadi 50 tahun untuk mengakomodir tingginya permintaan pasokan bahan baku getah pinus
Temuan lapangan menyatakan bahwa tegakan pinus yang berumur lebih dari 34 tahun sudah tidak produktif lagi
Banyak tegakan pinus yg sudah mencapai kondisi sadap jenuh tetapi td bisa ditebang karena belum mencapai rotasi.
Keterlambatan penebangan menyebabkan akumulasi struktur tegakan pada kelas umur tua.
Skenario Faustmann
Skenario faustmann hanya berlaku untuk kondisi pengelolaan tingkat tegakan, secara inheren tidak memenuhi asumsi dan tidak mampu menyelesaikan masalah pada berbagai tingkat tegakan, pengelolaan tingkat hutan, dan tingkat regional.
Skenario hutan normal berlaku untuk kondisi pengelolaan tingkat Hutan yang terdiri dari beberapa kelas umur
Penelitian ini dilakukan pada tegakan pinus yang memiliki banyak manfaat. Tegakan pinus di ujung putaran dapat menghasilkan kayu. Selain itu, mulai umur 11 tahun hingga dipanen sudah bisa menghasilkan getah pinus. Penelitian tentang penjadwalan panen yang tujuan utamanya adalah memaksimalkan pendapatan berbasis produksi resin dan menjaga stabilitas produksi resin pinus masih jarang diteliti saat ini.
Optimalisasi pengelolaan hutan pada hutan pinus dalam penelitian ini dilakukan dalam dua tahap, yaitu mengkaji ulang rotasi optimal tegakan pinus dan membenahi eksisting yang ada struktur berdiri dalam kerangka penjadwalan panen. Berdasarkan uraian di atas, maka tujuan dari penelitian ini adalah untuk menentukan rotasi keuangan yang optimal dan membangun model penjadwalan panen hutan pinus KPH Kediri.
METODE
Lokasi penelitian :
KPH Kediri Perum Perhutani Divisi Regional II Jawa Timur (hutan tanaman pinus)
7 bagian hutan: 5 bagian hutan pinus + 2 bagian hutan tanaman jati dan hutan tanaman sengon.
Lima bagian hutan meliputi bagian hutan Pace-Kediri, Tulungagung, Trenggalek, Kampak-Karangan, dan Dongko
Bahan dan peralatan
aplikasi Microsoft Word, Microsoft Excel , Add Solver, kalkulator, dan tabel hasil normal sepuluh jenis kayu industri
Tabel hasil normal masih relevan untuk digunakan dengan koreksi menggunakan data inventaris tahun 2015
Data inventarisasi : kerapatan dasar (KBD) untuk mengoreksi perkiraan volume kayu.
Data yang digunakan diperoleh dengan studi literatur dari Perhutani dan data instansi lainnya.
Data inventaris tahun 2015 (luas, bonita, dan kerapatan dasar), data produktivitas getah pinus untuk setiap petak sadap, harga kayu pinus 2015, harga getah pinus 2015, dan laporan realisasi biaya pengelolaan hutan KPH Kediri Tahun 2015.
Tahapan pengerjaannya
-
Analisis data
Kurva pertumbuhan tegakan pinus
Analisis biaya
Rotasi optimal di hutan tanaman pinus
HASIL DAN DISKUSI
Kurva pertumbuhan tegakan pinus
Model persamaan hasil resin pinus
Analisis pendapatan PPF
Biaya pengelolaan hutan
Penentuan rotasi yang optimal
Optimalisasi simulasi penjadwalan panen
KESIMPULAN
A
A
ABSTRAK
Tujuan:
menentukan rotasi optimal hutan tanaman pinus
merumuskan penjadwalan panen untuk memastikan produksi resin yang optimal.
Penentuan rotasi optimal dg memodifikasi rumus Faustman untuk diterapkan pada kondisi pengelolaan hutan di Perhutani.
Simulasi optimasi penjadwalan panen dilakukan dengan program linier.
Rotasi tanaman hutan pinus yang optimal terdiri dari rotasi kayu dan rotasi resin.
Nilai sekarang bersih kayu tertinggi diperoleh pada siklus 25 tahun dan nilai sekarang bersih resin tertinggi diperoleh pada siklus 35 tahun.
Dimasukkannya manfaat resin menghasilkan perpanjangan usia rotasi yang optimal.
Struktur tegakan yang tidak normal menyebabkan fluktuasi produksi getah pinus> upaya untuk memperbaikinya : menerapkan kerangka penjadwalan panen.
Penelitian menyimpulkan bahwa penjadwalan panen yang dilakukan selama delapan periode telah membuat struktur tegakan yang tidak normal menjadi kondisi hutan yang normal. Adanya kondisi hutan yang normal menyebabkan kepastian kelestarian produksi getah pinus.