ORIENTASI
Kelam menghujam. Butiran awan runtuh riuh berkecipak memandi kan bumi. Jeritan langit pun bersahut-sahutan menggelegar menampakkan kedudukannya. Membuat rembulan kembali meringkuk takut berselimut awan. sesekali mengintip ragu-ragu dengan raur durja yang masih melagu. Kelepak kelepak derit pun sontak menghilang, Semut dan - jangkrik mencari perlindungan, Burung-burung berarak rergesa menuju sarang. Hanya para katak yang berpesta, keluar kandang dan bertengger menyapa hujan. Berteriak teriak kegirangan saling mengejek dan tertawa. Manusia manusia kehas pun memilih bersembunyi di bilumah masing-masing. Mengusir lembab. Menangkis gigil yang mulai merasuk sumsum tulang.Pun truk-truks sampah yang masih satu-dua menghiasi tempat pembuang an sampah Kotabaru bergegas menyudahi hajatnya, terengah berlari menuju pos masing-masing pulang. Puluhan rubuh dekil yang sedari tadi mengais-ngais harta karun karun di tengah gunungan sampah TPS itu pun satu per satu lari cung gang langgang, menyelamatkan diri dari kebas. Memikul hasil jarahannya dengan tergesa. Namun tidak bagi Sohiri. Tubuh kurus kummal mengenaskan itu tetap tinggal bermandikan hujan, tengah asyik menekuri pekerjaan hariannya, sambil sesekali membetulkan letak belacu yang menutupi hidungnya. hidung menangkal bau sampah busuk terkena hujan Sekadar penyumpal di sekitarnya. Tangan dekilnya lagi-lagi mengorek-korek tumpukan sampah di hadapannya. Sedangkan sukmanya berkelana di peraduannya, kembali terbayang satu per satu wajah anggota keluarganya. Istrinya, Jamilah, yang sedang hamil tua, Adi, anak sulungnya yang tahun ini masuk sekolah dasar, Linggar. Surti, Lina, dan Yusuf yang hanya berjarak satu tahun, yang semuanya menggantungkan sesuap nasi pada rangka berbalut kulit yang hampir tak berdaya miliknya.
"Pak, hari ini jatahnya bayar kontrakan. Udah dua bulan kita nunggak, Pak Udin gak mau kasih kompromi lagi. Nanti jangan pulang sebelum dapat uang nya ya.... wanti-wanti istrinya radi pagi sebelum Sobri berangkat kerja.
Tangan Sobri kembali memilah-milah sampah yang ada di hadapannya sesekali ia berpindah tempat, tetap mencari botol botol bekas yang bisa dijual nya atau apa saja yang masih bisa layak pakai untuk kebutuhan sehari-hari. Baju baju bekas, sepatu untuk sekolah si sulung, mainan untuk si kecil, bahkan sisa-sisa nasi bungkus pun tak ragu sebagai buah tangan ketika kantong kusam nya tak sudi dihuni rupiah. Seperti hari ini. Namun, sepertinya hari sedang tak bersahabat dengannya. Hari ini ia hanya mendapatkan sekarung botol bekas, tak ada barang lain yang bisa ia temukan. Tak ada baju bekas seperti biasanya, tak ada mainan bekas atau buku bekas, bahkan sisa-sisa makanan pun tak ada.